Site icon Wanita Indonesia

Perubahan Iklim dan Ulah Manusia

Perubahan Iklim dan Ulah Manusia

wanitaindonesia.co – “Perubahan iklim itu nyata dan sedang terjadi saat ini,” cetus Leonardo Di Caprio, saat menerima piala Oscar sebagai Pemenang Pemeran Pria Utama Terbaik Academy Award 2016. Aktor tampan yang didaulat sebagai Duta Perubahan Iklim tahun 2014 oleh PBB ini mencuri golden moment-nya untuk menyentil banyak orang akan pentingnya menjaga lingkungan. Perubahan iklim bukan hanya memengaruhi lingkungan, tapi juga jadi isu serius karena memicu berkembangnya penyakit. Peneliti dari Pusat Penelitian Perubahan Iklim Universitas Indonesia, Dr. Budi Haryanto, SKM, MKM, M.Sc., menjabarkannya.

Perubahan iklim menurut Enviromental Protection Agency (EPA) adalah perubahan iklim secara signifikan yang terjadi pada periode waktu tertentu, diartikan sebagai perubahan suhu yang drastis, curah hujan, pola angin, dan lain sebagainya. Suhu bumi  telah naik satu derajat dalam tempo 100 tahun terakhir atau sejak masa pra-industri.

“Perubahan iklim lebih banyak terjadi akibat aktivitas manusia yang salah seperti pembalakan liar, berubahnya daerah resapan jadi ‘hutan’ gedung bertingkat, danau disulap jadi perumahan, atau menimbunnya sampah, ketimbang gejala alam seperti gunung meletus dan gempa,” kata Dr. Budi, menjelaskan.
Akibatnya, tak hanya memengaruhi lingkungan, perubahan iklim juga memicu berbagai penyakit, baik penyakit akibat infeksi virus, bakteri, parasit, dan jamur maupun penyakit noninfeksi yang disebabkan bahan-bahan kimia.

Sebelumnya, wilayah tropis banyak didominasi penyakit-penyakit infeksi virus, bakteri, parasit, jamur serta hewan yang menjadi penyebarnya, seperti nyamuk, kecoak, lalat, dan tikus, yang mudah berkembang karena suhu, kelembapan, dan curah hujan yang mendukung. “Namun, sejak 15 tahun terakhir, penyakit noninfeksi lebih mendominasi karena pencemaran lingkungan. Sebaliknya, penyakit-penyakit infeksi yang semula jarang ditemukan di negara subtropis, kini mulai banyak ditemukan di negara-negara subtropis,” papar Dr. Budi. (wi)

Exit mobile version