Kesehatan mental menjadi isu yang sering kita dengar selama pandemi. Selain orang dewasa, anak-anak bisa mengalami dampak negatif dari kesehatan mental.
Kesehatan mental yang baik pada anak, bila kondisi batin anak berada dalam keadaan tenang. Dapat menikmati kehidupan sehari-hari, juga menghargai orang-orang di sekitarnya.
Ada banyak dampak negatif kesehatan mental pada anak yang sering dipaparkan oleh pakar. Utamanya bisa terlihat di masa sekarang, juga pada masa depan.
Salah satunya anak sulit mencapai kualitas hidup yang baik, mengalami masalah perkembangan, prestasi belajar yang kurang memuaskan, kurang produktif.
Agar mental anak sehat,
penting bagi orang tua untuk mengajarkannya aktif bergerak, diantaranya dengan berolahraga.
Anak yang aktif secara fisik, selain sehat dan bugar, biasanya lebih gembira.
Selain itu, aktivitas fisik terbukti dapat menstimulasi otak yang membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih santai.
Tak heran setelah berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, anak akan merasa lebih segar dan tanpa beban.
Dengan tubuh dan pikiran segar membuat emosi anak lebih stabil. Sikapnya lebih tenang, tidak mudah marah, sedih, atau tertekan.
Karenanya, olahraga sebaiknya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak.
Selain aktivitas fisik, pastikan anak mendapatkan gizi seimbang dalam jumlah cukup.
Mengacu kepada kebutuhan kalori anak per hari (1500 – 1800 kalori).
Bila tidak terpenuhi dapat membuat anak kekurangan berat badan. Kekurangan kalori yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan dan mengganggu kesehatan anak.
Penting memastikan anak cukup mengonsumsi cairan untuk menggantikan cairan yang hilang pada saat berolahraga. Maksimalkan perbaikan otot anak dengan mengonsumsi makanan kaya karbohidrat nasi, sereal, roti.
Konsumsi protein seperti susu, telur sekitar 1 atau 2 jam setelah berolahraga. Protein berperan dalam pembentukan otot, memerangi infeksi, mengontrol pertumbuhan serta perbaikan jaringan tubuh.
Adapun komposisi asupan energi seimbang bagi anak aktif 50 – 55% kalori dari karbohidrat seperti nasi, pasta. 10 – 15% dari protein telur, ikan, susu. 25 – 30% lemak yang berasal dari daging dan minyak kelapa.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah ibadah. Mengajarkan pendidikan agama sejak dini diantaranya dengan mengerjakan sholat, dapat membentuk karakter anak menjadi lebih baik.
Anak lebih menghargai waktu, membangun fondasi keimanan yang kuat.
Sholat juga menjadi bagian keseharian mereka untuk aktif bergerak. (RP).