Pengusaha Seni Ukir Jepara Tembus Pasar Global Lewat BRI UMKM EXPO(RT) 2025

Ikuti BRI UMKM EXPO(RT) 2025, Pengusaha Seni Ukir Jepara Tembus Pasar Global.

wanitaindonesia.co, Jakarta – Berawal dari kecintaan pada seni ukir Jepara yang diperkenalkan oleh R.A. Kartini, Lenny Silas mendirikan Els Artsindo pada tahun 1991. Perusahaan ini fokus memproduksi mebel dan produk kustom berbahan kayu mahoni dan jati yang diukir oleh para perajin Jepara. Berkat kepedulian terhadap kesejahteraan para pengrajin lokal, Els Artsindo terus berkembang hingga mampu menembus pasar internasional dan menjangkau lima benua.

Saat ini, Els Artsindo mengandalkan sekitar 500 tenaga kerja yang terdiri dari pengrajin, tim pemasaran, supplier, dan lainnya untuk memenuhi permintaan pasar.

“Saat ini, kita banyak melayani pasar Asia, utamanya dari Malaysia, Singapura, Thailand. Terakhir, kita baru kirim ke Dubai, Uni Emirate Arab. Untuk pasar Eropa sedang proses ke sana. Kalau dalam negeri, ELS ARTSINDO banyak diminati di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Sumatera,” kata Renato S. Filemon, Export Division Els Artsindo.

Els Artsindo menjadi salah satu dari 1.000 UMKM unggulan kategori Home & Decor yang terpilih mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) 2025. Pada pameran tersebut, Els Artsindo menampilkan berbagai produk kursi dengan ukiran khas serta meja berdesain estetik.

Seperti diketahui, BRI sukses menggelar BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang berlangsung dari 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD City, Tangerang. Acara ini berhasil menarik lebih dari 69 ribu pengunjung dengan total transaksi mencapai lebih dari Rp40 miliar serta kontrak ekspor sebesar USD 90,6 juta atau sekitar Rp1,5 triliun.

Selain memproduksi mebel untuk berbagai kebutuhan properti, Els Artsindo juga menerima pesanan proyek khusus seperti pembuatan gorden, wallpaper, dan interior lainnya.

“Harga jual produk kita bervariasi. Kalau kursi mulai sekitar Rp 2 jutaan sampai ada yang puluhan juta. Kalau mau satu set itu bisa sekitar 30-40 juta. Harganya tergantung pilihan model dan bahan, ada pilihan kain lokal dan kain impor,” sebut Renato.

Proses produksi membutuhkan waktu sekitar tiga bulan, tergantung tingkat kerumitan dan jumlah pesanan. Jika permintaan tinggi, waktu pengerjaan bisa lebih lama, seperti saat Els Artsindo mengerjakan pesanan dari Malaysia beberapa tahun lalu.

Renato mengungkapkan, dalam menjalankan bisnis mebel selama puluhan tahun, tantangan terbesar yang dihadapi berasal dari regulasi ekspor, legalisasi dokumen, dan dinamika permintaan pasar.

“Setiap pemerintahan baru memiliki regulasi tersendiri, mulai dari sertifikasi, legalisasi, hingga pengiriman. Kendala utama biasanya terkait sertifikasi, keabsahan, dan kelengkapan dokumen. Kami tentu memahami pentingnya kepatuhan terhadap aturan, tetapi alangkah baiknya jika regulasi bagi pengusaha UMKM bisa dipermudah agar tidak menimbulkan kendala,” ujarnya.

Dari sisi desain, Renato menyebutkan tren pasar saat ini mulai beralih ke model minimalis, khususnya di kalangan pasangan muda.

“Peminat untuk barang-barang berukiran banyak sudah mulai berkurang. Kalau pasar sekarang, pasangan muda itu lebih suka yang minimalis. Itu tantangan buat Els Artsindo untuk mengembangkan produk yang inovatif,” kata Renato.

Meski begitu, pasar seperti Dubai masih memiliki permintaan tinggi untuk produk berukiran besar dan mewah. Hal ini membuat Els Artsindo tetap fleksibel menyesuaikan produk dengan kebutuhan pasar.

Sebagai pelaku UMKM, Els Artsindo telah menjalin kemitraan erat dengan BRI, terutama dalam hal permodalan dan sistem transaksi keuangan.

“BRI banyak membantu Els Artsindo terkait permodalan. Kalau ada orderan besar kita otomatis butuh modal dan pembiasaan baru. BRI ini sangat membantu. Sistem penggajian karyawan juga sudah pakai BRI, jadi tidak lagi cash tapi sudah system payroll. Semua transaksi, transfer semakin mudah dengan BRI, untuk pembayaran buyer dalam negeri dan ekspor juga sudah pakai BRI,” ujar Renato.

Ia menambahkan bahwa keunggulan BRI terletak pada jaringan layanan yang luas hingga ke pelosok daerah. “Supplier kami banyak di daerah-daerah. Kalaupun tidak ada Kantor Cabang, masih ada AgenBRILink. Jadi masalah pembayaran, keuangan antar karyawan dan supplier itu mudah, sampai ke pelosok-pelosok desa sekalipun,” sebutnya.

Selain bantuan permodalan, Els Artsindo juga pernah mendapatkan pelatihan pengelolaan keuangan dari Tim Financial BRI. Renato pun mengapresiasi keikutsertaan Els Artsindo dalam BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang kedua kalinya.

“Ini keikutsertaan kami yang kedua kalinya. Pertama pada tahun 2023 lalu. Bangga sekali Els Artsindo bisa mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) 2025, dari ribuan peserta yang dikurasi, kita bisa terpilih,” imbuhnya.

Di kesempatan terpisah, Direktur Commercial, Small, and Medium Business BRI, Amam Sukriyanto, menegaskan komitmen BRI dalam mendukung UMKM untuk naik kelas dan menjangkau pasar internasional. Hal ini sejalan dengan Asta Cita Pemerintah dalam memperluas lapangan kerja, mendorong kewirausahaan, dan pemerataan ekonomi.

“Els Artsindo adalah bukti bahwa dari daerah Jepara, karya-karya luar biasa dan berkualitas bisa lahir dan menembus pasar global. Semoga kisah inspiratif ini bisa direplika oleh pengusaha UMKM lainnya di berbagai daerah di Indonesia,” tegas Amam. (Adv)