WanitaIndonesia.co, Jakarta – Pesatnya perkembangan ilmu, dan teknologi di bidang kedokteran di Indonesia telah menghadirkan talenta-talenta dokter mumpuni.
Pencapaian emas penanda sejarah dari Rumah Sakit Siloam Mampang Jakarta, berkat kolaborasi yang melibatkan sejumlah lintas disiplin ilmu.
Tim dokter sukses menangani sejumlah permasalahan kesehatan yang sangat pelik seperti
Polytrauma, dan Multiple Fractures pada sendi, utamanya Pelvic Acetabulum.
Kinerja gemilang ini disampaikan oleh manajemen Rumah
Sakit Siloam Mampang pekan ini.
Sebagai sebuah Rumah Sakit dengan jaringan terbesar di Indonesia yang memiliki pelayanan berkompeten, serta terintegrasi, yang ditangani oleh para para dokter ahli, terkenal sebagai pusat unggulan Ortopedi yang menawarkan diagnosis, perawatan, serta rehabilitasi bagi pasien.
Kabar baik ini menjadi berkah buat masyarakat Indonesia yang mengalami permasalahan kesehatan pada sendi, khususnya Pelvic Acetabulum yang merupakan kasus dengan tingkat kesulitan tinggi, dikarenakan membutuhkan penanganan multidisiplin para para pakar.
Dijelaskan oleh Prof. Dr. dr. Ismail, ada dua permasalahan yang melibatkan kesehatan sendi yaitu Polytrauma, dan Multiple Fractures. Keduanya membutuhkan penanganan yang mengedepankan aspek kehatian-hatian, serta dengan mengedepankan kolaborasi multidisiplin ilmu oleh dokter Emergency, SpBS, Anestesi, SpPD, Rehab Medik yang mengacu kepada keahlian khusus oleh dokter SpOT.
Prof. Dr. d. Ismail Hadisoebroto Dilogo SpOT(K) Pelvic, Hip, dan Knee bersama tim dr. M Triadi Wijaya SpOT(K), serta dokter Riky SpOT mampu menghadirkan kolaborasi emas, yang mewarnai sejarah panjang bagi dunia kesehatan di Indonesia. Hal ini tentunya layak diapreasi Pemerintah, serta masyarakat Indonesia. Pasien yang mereka tangani, kekinian dapat kembali beraktivitas secara normal.
Prof.Dr. dr. Ismail mengatakan, “Polytrauma merupakan trauma yang terjadi di beberapa bagian tubuh, disertai dengan penurunan fungsi fisiologi. Dampak ke penderita sangat mengkhawatirkan karena menyebabkan disfungsi organ multipel, bahkan kematian pada penderita.”
“Sedangkan permasalahan Multiple Fraktur merupakan kondisi hilangnya kontinuitas jaringan tulang dari satu garis fraktur yang disebabkan oleh tekanan secara langsung, maupun tak langsung pada permukaan tulang dengan gaya yang tinggi, “terang Prof.Dr. dr. Ismail.
Tingkat Kesulitan Tinggi Ditaklukkan Lewat ORIF dan Percutaneus Screwing
Prof. Dr. dr. Ismail melanjutkan, “Kasus ini merupakan kasus dengan tingkat kesulitan tinggi, dikarenakan pasien yang didiagnosa Polytrauma, dan Multiple Fractures dengan kejadian patahan hampir kesemuanya terletak di artikuler (sendi), yang mana penanganannya jauh lebih sulit, dibandingkan fraktur yang berada di diafisis (batang tulang panjang). Serta dampak operasi pada artikuler, biasanya lebih buruk, dibandingkan pada fraktur yang berada pada diafisis. ”
Prof. Dr. dr. Ismail bersama tim handal melakukan tindakan ORIF (Open Reduction Internal Fixation), dan Percutaneus Screwing. ORIF merupakan operasi yang dilakukan dengan pemasangan internal fiksasi, yang dilakukan ketika fraktur tidak dapat direduksi secara tertutup.
Sedangkan tindakan operasi Percutaneus Screwing merupakan operasi dengan minimal invasive untuk memfiksasi tulang patah, yang salah satunya untuk Fraktur Acetabular dikarenakan kompleksnya anatomi dari pelvis (panggul).
Tentunya setelah tindakan selesai, pasien tetap disarankan untuk rutin melakukan fisioterapi selama masa penyembuhan, agar kinerja tim dokter handal dapat tercapai secara maksimal, “Urai Prof. Dr. dr. Ismail SpOT(K)
Selain kasus Polytrauma dan Multiple Fractures, tim dokter spesialis bedah ortopedi Rumah Sakit Siloam Mampang sukses menangani kasus tersulit pada sendi pinggul dengan tindakan operasi Primary difficult THR (Total Hip Replacement) on Secondary Osteoarthritis echealed Tuberculosis Coxitis with 3cm leg lenght discrepancy.
THR merupakan operasi yang dilaksanakan bagi pasien yang memiliki komorbid dengan gangguan pada tulang, atau jaringan lunak. Tim dokter melakukan prosedur yang sama dengan penggantian-penggantian sendi pada panggul secara keseluruhan.
Akan tetapi pada pasien paska Coxitis TB dengan sendi yang sudah menyatu, serta memendek 3cm, merupakan kasus dengan tingkat kesulitan penanganan yang tinggi. Dibutuhkan pendekatan secara terencana, komprehensif oleh dokter ortopedi subspesialis konsultan, yang berpengalaman agar hasilnya pasien tak berjalan pincang, memiliki tungkai yang sama panjang, selain itu bebas nyeri, pulihnya rentang gerak sendi pinggul.
Yang mengharukan bagi pasien beragama Islam dapat kembali menjalankan sholat dengan duduk sempurna. Serta tak membuat adanya komplikasi setelah operasi.
THR merupakan operasi penggantian sendi pinggul yang rusak, penggantian tulang, dan tulang rawan yang rusak. Kepala tulang femur akan diganti menggunakan logam, atau keramik. Serta permukaan tulang rawan yang rusak dari soket akan dihilangkan, serta diganti dengan soket berbahan logam.
Kasus ditangani melalui pendekatan yang komprehensif, orthopaedi rekonstruksi,
penyakit dalam, anasthesi, bedah saraf, serta rehabilitasi medis yang berbasis team work mumpuni. (RP).