Site icon Wanita Indonesia

Pakar Pangan IPB Ingatkan

Pengusaha kuliner harus memperhatikan pangan berkelanjutan diantaranya menggunakan bahan lokal.

wanitaindonesia.co – Di penghujung tahun jelang tahun baru 2022 hadir sejumlah prediksi seputar tren pangan.

Hadir wacana baru dari prediksi pangan tahun 2022 untuk Indonesia yang dipaparkan secara rinci oleh Prof Purwiyatno Hariyadi PhD, pakar pangan IPB.

Hal ini menjadi ulasan menarik untuk menambah wawasan pelaku usaha kuliner, UMKM, Enthusiast, Influencer di acara virtual ‘Tren Pangan 2022 Bersama MNG, kolaborasi WanitaIndonesia dan P2MI.

Prof Purwiyatno Hariyadi PhD, Pakar Pangan IPB

Prof Purwiyatno mengatakan, “ketika menghadirkan prediksi, pelaku harus memperhatikan kondisi pada tahun depan. Kita masih hidup bersama pandemi, aspek keamanan jiwa serta raga menjadi prioritas utama, serta peran fungsional makanan harus dikuatkan oleh pelaku dan konsumen, menyelaraskan dengan konsep gaya hidup hijau.
Jadi tidak sekedar menjual sensasi dan keunikan semata.

Prof Purwiyatno menyampaikan, “Tren pangan 2022 yang mengacu kepada hidup di masa pandemi harus memperhatikan aspek berikut:

1. Halal

Mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim yang memiliki aturan baku, tidak boleh mengonsumsi produk haram. Aspek halal harus meliputi hulu ke hilir, diantaranya perlakuan hingga ke pemotongan hewan sembelihan sesuai syariah Islam. Selain halal, aspek aman yang memberi manfaat bagi kesehatan mutlak (halalan thayyiban).

2. Aman

Mencakup keseluruhan aspek seperti sumber bahan pangan, cara pengolahan, penyajian, tempat produksi, tempat berjualan, hingga ke pelaku usahanya sendiri. Kesemuanya harus mengedepankan aspek keamanan pangan utamanya kebersihan.

Pelaku UMKM yang ingin sukses berbisnis, tidak serta merta hanya trampil berjualan di media sosial saja, namun mereka juga harus paham aspek aman dari hulu ke hilir. Jika tidak atau belum aman, produk kuliner belum bisa dikatakan sebagai makanan.

3. Sehat

Hidup di masa pandemi membuat masyarakat lebih peduli dengan konsumsi makanan sehat. Jika dikonsumsi tidak menimbulkan penyakit, tapi justru meningkatkan imun tubuh.
Bahan pangan harus bersih, bebas residu pestisida, tidak menimbulkan alergi, serta faktor lain penyebab gangguan pada kesehatan.

Makanan yang baik tidak tercemar rambut, potongan serangga, serpihan kayu, isi stapler. Selain teksturnya harus konsisten, tidak liat/alot, mudah dikunyah dan dicerna.
Tidak membahayakan penikmatnya, khususnya anak dan lansia yang rawan tersedak dan tidak bisa bernapas.

4. Memiliki Nilai Fungsional

Apresiasi makanan sehat kian meningkat. Peran fungsional harus meliputi jiwa, raga dan pikiran. Lezat, berdampak baik buat kesehatan, juga kecantikan kulit.

Tren pangan di masa pandemi harus memperhatikan rasa aman bagi jiwa dan raga.

Hadir tren kuliner Comfort Food (makanan yang menimbulkan perasaan nyaman atau senang) yang tersaji di mal, gerai kopi dan teh kekinian.

Untuk pelaku usahanya harus bisa menampilkan kemasan dan bentuk makanan yang menarik, menggunakan lebih banyak bahan segar. Selain memperhatikan kandungan gizi, serta citarasa lezat.

Penting mengedepankan rasa lezat yang identik dengan rasa puas setelah bersantap. Hal ini juga menjadi faktor pendukung menguatnya imun tubuh. Kesemuanya menjadi poin penting buat pelaku usaha khususnya UMKM agar sukses bersaing di masa pandemi.

Tren memasak di rumah harus disupport pemerintah karena ini menjadi salah satu cara ampuh melaksanakan physical distancing. Bahan pangan bisa dipesan melalui layanan delivery. Selain support atas keberagaman kuliner lokal untuk menyelamatkan UMKM yang terdampak pandemi.

Pelaku usaha kuliner harus mulai menghadirkan pangan ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta mengurangi sampah makanan. Memilih produk lokal untuk mengurangi emisi gas karbon yang disebabkan pengiriman jarak jauh.

Memasak ala minute, prediksi jumlah tamu atau pesanan sehingga tidak membuat stok makanan berlebih.

Penting menghadirkan value chain (rantai nilai) dengan mengurangi penggunaan garam, gula dan lemak. Penting untuk mengurangi penggunaan garam hingga setengah dari takaran yang disarankan dan men-substitusi-nya dengan MNG. Sehingga hadir kuliner yang lebih sehat dan lezat.

Penting menyertakan rasa dasar ke lima dari rasa gurih (umami) karena konsumen milenial sangat menggemarinya.

Waktu memasak juga harus dipersingkat. Jual masakan yang diproses ala minute diantaranya dengan menggunakan bumbu instan yang variannya sangat banyak. Pengunjung tidak suka menunggu makanan terlalu lama. Harganya pun harus lebih terjangkau.

Intinya pelaku usaha UMKM menghadirkan kuliner halal, aman, sehat, lezat dan fungsional guna meningkatkan kesehatan mental di masa pandemi. (RP)

Exit mobile version