
WANITAINDONESIA.CO – Di Banyuwangi, Jawa Timur, Pak Imam Bukhori, atau biasa dipanggil Pak Imam, akrab dikenal sebagai petani yang tekun sekaligus dermawan dalam berbagi ilmu. Sejak tahun 2000, pria berusia 45 tahun ini, telah menekuni bidang pertanian atas bimbingan orang tuanya. Saat ini, dengan lahan seluas 2 hektar, ia mengelola berbagai komoditas sayuran yang menggunakan benih unggul Cap Panah Merah, di antaranya Cabai Merah Besar BAJA F1, Cabai Merah Keriting TANGGUH F1, Tomat SERVO F1, Melon GRACIA F1, dan Bunga Kol LARISSA F1. Adanya keragaman tanaman ini dimaksudkan untuk menjaga lahannya tetap produktif sekaligus mampu memenuhi permintaan pasar yang beragam sepanjang tahun.
Kini, hasil panen yang ia peroleh, bukan hanya mencukupi kebutuhan ekonomi, tapi juga memungkinkan ia membeli mobil, menyekolahkan anak, dan memperluas lahan garapannya. Namun, bagi Pak Imam, pencapaian itu hanyalah bagian dari perjalanan panjang sebagai petani. Hal yang lebih ia banggakan adalah bisa mengajak 10 petani lain untuk meniru praktek budidaya yang baik, sekaligus menjadikan lahannya sebagai tempat belajar bersama.

Antusiasme Pak Imam tak berhenti pada dirinya sendiri. Ia bahkan mengajak para petani lain untuk belajar bersama menanam benih unggul dan mencoba teknologi baru. Dalam kesempatan itu, lebih dari 90 orang petani hadir, bersemangat mengikuti langkahnya dan menyerap pengetahuan yang ia bagikan di lapangan. Konsistensinya ini membuahkan hasil. Ia menjadi salah satu petani yang diberi penghargaan sebagai Master Panen dari Cap Panah Merah. Gelar ini lahir bukan semata karena hasil panen besar, tetapi karena kiprahnya yang nyata yaitu aktif berbagi, mengajak, dan memberi dampak positif pada sesama petani.
Dalam perjalanan Pak Imam sebagai petani, Cap Panah Merah hadir bukan sekadar sebagai penyedia benih, tetapi juga sebagai mitra yang senantiasa mengamati perkembangan usahataninya, memberikan dukungan melalui pendampingan dan edukasi, serta memberi apresiasi atas setiap kontribusi dan keberhasilan yang ia raih dalam membangun pertanian yang lebih baik.
Semangat Pak Imam juga membawanya memperoleh undangan ke Learning Farm Cap Panah Merah, sebuah pusat edukasi pertanian yang memungkinkan petani belajar langsung dengan dukungan teknologi dan bimbingan praktisi. Disana Pak Iman juga berkesempatan membagikan pengalamannya dalam budidaya, sehingga dapat menjangkau lebih banyak petani dari berbagai daerah.
Bagi Pak Imam, bertani bukan hanya soal panen, tetapi juga soal memberi manfaat. Ia percaya ilmu yang dibagikan tidak akan habis, justru makin bernilai ketika bisa membantu sesama. Saat lahannya jadi tempat belajar atau ketika ia mendampingi petani lain mencoba teknik baru, ada kepuasan tersendiri yang ia rasakan. Baginya, semakin banyak ilmu tersebar, semakin besar pula kebaikan yang tumbuh di tengah komunitas petani. (wib)




