wanitaindonesia.co – “ Bunda jelas amat sangat, sih, ngomongnya,” tutur anak aku Nami( 7thn), sehabis aku ngoceh mengenai permohonan ia buat singgah jajanan sementara itu hari itu bukan hari jajanan cocok perjanjian kita.
Baca Juga : Tips Yang Harus Orang Tua Lakukan Ketika Anak Jadi Korban Bullying
Jika Nami pendapat seperti gitu, maksudnya aku sudah buat ia“ deg” serta kadangkala aku pula jadi sertaan“ deg”, sembari mikir, iya pula, sih mengapa ngomel. Jika aku bilang dengan bunyi latar aja, toh ia tidak bisa jadi dapat jajanan jika aku tidak“ nyerah”, terbebas ia akan bete.
Durasi Nami sedang berumur dekat 3, 5 tahun, aku mulai siuman kalau marah dengan aksen besar nama lain merajuk tidak sering sukses membuat anak aku bersikap lebih bagus. Marah, kan, beda dengan merajuk. Jika marah itu bagi aku alami saja, anak butuh tahu marah yang beraneka ragam. Tidak bisa jadi pula ia tidak sempat amati ibu dan bapaknya marah. Serta, dalam ekspedisi hidupnya ia akan banyak berdekatan dengan marah marah, tidak tahu dirinya yang marah ataupun memandang orang lain marah.
Tetapi jika merajuk, tidak hanya aksen besar dilengkapi ngomel plus nyindir ditambah nasihatin jauh luas. Bentuk seperti demikian ini kerapkali membuat anak aku kelakuannya justru kian menggila. Sementara itu aku maunya dengan aku merajuk itu, ia jadi taat serta tidak mengulangi lagi. Yang terjalin kebalikannya, serta aku cermati power struggle ini terjalin kesekian kali.
Kira- kira kurang ingat gimana turning point- nya, sesuatu hari aku merasa wajib terdapat yang diganti dari“ strategi” komunikasi aku paling utama dikala mengalami kelakukannya yang memancing marah. Metode yang cocok untuk aku merupakan: cocok ia“ berkelakuan” aku bilang ke diri aku dalam batin:“ cool mari cool aja.”: p ataupun“ hening, bebas, raih nafas.”
Pastinya semenjak aku ganti metode komunikasi ini tidak seketika anak aku jadi manis serta tidak berkelakuan lagi, sih. Pergantian sikap senantiasa memerlukan durasi. Serta, walaupun sudah coba lalu buat hening, senantiasa terdapat dikala aku terlanjur ngomel serta nyoba hingga aku bertemu metode yang cocok buat kita berdua.
Ini ia yang kesimpulannya aku lakukan, jika ia‘ berkelakuan’
- Bertahan dengan perjanjian. Tidak bisa goyah cuma sebab ia ngamuk. Jadinya, berarti amat sangat buat memiliki perjanjian, paling utama buat aku, biar terdapat referensi buat tidak berubah- ubah. Jika sudah akur saat sebelum ke Plaza tidak akan beli mainan, betul sudah bertahan dengan itu. Aksen latar, hening serta senantiasa cool.
- Dikala ia ngamuk serta mau melanggar perjanjian, kasih empati. Empati merupakan mencermati tanpa mempersalahkan ataupun membetulkan. Aku suka mikirnya, jika aku lagi ngamuk, aku pula maunya didengar. Hehehe. Aku umumnya bilang dengan mengusahakan terdapatnya kontak mata: Bunda ketahui kalian ingin amat sangat beli mainan, jika bunda jadi kalian, bunda pula mau, sih. Mainannya aksi, terkini lagi. Tetapi kita udah akad, saat ini bukan waktunya beli mainan. Jadi saat ini kita tidak akan beli mainan.
- Di lain durasi, malamnya ataupun besoknya, dikala mood ia lagi OK( ini berarti amat sangat buat lihat- lihat mood), aku akan bahas lagi, mengapa kemarin ngamuk memohon beli mainan sementara itu sudah akur buat tidak beli. Yang ini bahasnya harus luar biasa bebas amat sangat, terdapat selipan becanda, bahas lagak ia serta aku, serta gimana biar lain kali tidak butuh terdapat peristiwa semacam ini lagi.
Setelahmencoba berulang kali terkini kesimpulannya sukses, satu paket dengan malu diamati orang serta tidak tidak sering malu serupa sahabat ataupun orangtua lain yang bertepatan serempak serupa aku pada dikala peristiwa. Tetapi saat ini sudah cukup, jika aku bilang tidak sebab sudah jadi perjanjian, anak aku sudah berat kaki pula buat ngamuk.
Aku bisa panduan ini dari para psikolog anak yang menulis Terdapat 2 postingan yang aku kira berarti ialah:
Mengenai merajuk, serta metode mengatur marah kita serta pula anak
Sekeliling patuh positif, mengapa reward serta punishment tidak efisien buat anak, ini pustaka berarti buat orangtua yang merasa jika“ lembut” ke anak, takut anak akan jadi aleman, serta jika“ keras” ke anak takut akan jadi orangtua yang absolut serta tidak dekat serupa anak,
Tiap orangtua tentu memiliki metode individual menanggulangi marah diri sendiri serta marah anak.
Jika mom, dikala lagi jengkel, gimana metode menanganinya?
Let’ s share and learn together.