wanitaindonesia.co – Kala umur kehamilan aku 7 bulan, obgyn berkata kalau bocah aku terbelit ikatan pusat, letaknya pula sedang miring, tidak membidik ke jalur lahir. Pengobatan bersujud, semacam yang Binar ceritakan di postingan Khawatir Melahirkan pula aku jalani supaya bocah membidik ke jalur lahir.
Dikala itu aku berasumsi,“ Ah, sedang 7 bulan, tentu dapat turun ke jalur lahir, kenapa”. Tetapi warnanya, durasi sangat kilat lalu. Sampai pekan ke- 38, posisi bocah sedang pula jauh dari jalur lahir. Sementara itu aku sedang senantiasa beraktifitas semacam lazim, apalagi sepekan saat sebelum due date aku kian giat jalur petang( mengapa tidak pagi? Sebab tidak dapat bangun pagi, hehe), bersujud, gimnastik berbadan dua, konsentrasi, dsb yang tuturnya dapat menolong‘ merendahkan’ bocah ke jalur lahir.
BACA JUGA: 8 Sifat Perempuan yang Nggak Disadari Bikin Lelaki Jatuh Hati
Hingga waktunya datang, nyatanya sang bocah sedang asyik‘ ngendon’ di atas, jauh dari jalur lahir. Mungkin besar sebab terbelit serta lingkar kepala bocah aku yang lebih besar ukurannya dibandingkan bocah pada biasanya sedangkan situasi panggul aku tidak luas. Obgyn luang menawarkan 2 alternatif, induksi ataupun cesar. Sebab satu serta lain perihal( salah satunya aku rasa merupakan rasa khawatir aku yang sedemikian itu besar mengalami kelahiran, sangat banyak‘ what if’ di dalam kepala aku), serta suami kayanya belas memandang aku yang takut- takut berani, kesimpulannya menyudahi buat pembedahan.
Sepanjang menunggu pembedahan, aku sedang harap- harap takut, loh, siapa ketahui seketika aku kontraksi, tahu- tahu rusak ketuban, tahu- tahu mules. Paling tidak hadapi salah satu dari 3 ciri kelahiran, deh! Tetapi nyatanya, cocok uji debar jantung, dst dsb, debar jantung bocah justru tidak teratur alhasil sang obgyn menyudahi memajukan agenda pembedahan dikala itu pula. Dikala itu yang aku pikirkan cuma: saat ini ataupun esok, bersama pergi kenapa, bayinya.
Nah, Mom yang ingin melahirkan, bila sih, wajib cesar?
Placenta Previa, semacam pengalaman Darina yang berbadan dua dengan placenta previa.
Dimensi panggul yang sangat kecil. Anatomi badan wanita memanglah didesain sedemikian muka buat berbadan dua, melahirkan serta menyusui. But hey, jika memanglah begitu, tata cara cesar ini tidak hendak ditemui, dong: D Terdapat pula CPD ataupun cephalo pelvic disproportion( nisbah panggul serta kepala bocah yang tidak cocok, alhasil kelahiran tertahan). Nah, ini kayanya yang terjalin pada aku, deh.
Bunda hadapi kendala kesehatan. Misalnya pre eclampsia, bunda mengidap darah tinggi, keanehan jantung ataupun terkena penyakit semacam herpes ataupun HIV.
Kekalahan kelahiran dengan perlengkapan tolong, bagus induksi atau vakum
Bocah besar( makrosomia), ataupun berat bocah diatas 4, 2 kilogram. Meski mertua aku melahirkan adik ipar seberat 5, 5 kilogram lewat vaginal birth: D
Sampai dikala ini sedang banyak perbincangan hal, jika tidak melahirkan wajar, tidak ngerasain jadi bunda. Astaga, aku sih, nyengir saja jika dengar terdapat statment begitu. Ataupun terdapat yang pendapat, jika melahirkan melalui pembedahan cesar, lama pemulihannya. Ah tidak pula, aku satu hari sehabis melahirkan langsung bimbingan jalur apalagi 3 bulan sesudah melahirkan telah sertaan bermain futsal. Perbincangan melahirkan wajar vs cesar ini salah satu ilustrasi narasi tidak berakhir: D
Nah, Mom, ketetapan melahirkan dengan tata cara apa, seluruhnya terdapat di tangan Mom sendiri. Yakinkan, apa yang diseleksi merupakan yang nyaman buat kesehatan bagus bunda serta pasti bayinya. Jika aku, sih, bila diserahkan kegagahan buat berbadan dua lagi, Insya Allah ingin berupaya vaginal birth after cesar( VBAC). What about you, Mom