Site icon Wanita Indonesia

Omset Nasi Kebuli Hadidjah Meningkat Berkat Bantuan Modal Usaha

Galih Geraldi Primayana dukungan sepenuh hati untuk UMKM Indonesia bangkit.(Foto : Istimewa.)

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Punya keahlian kuliner dan menjalankan bisnis yang mengakomodir kebutuhan, selera dan lifestyle bukan perkara mudah bagi pelaku UMKM jika tidak disupport dengan modal yang memadai.

Hal ini dialami Hadidjah IRT (52) yang telah menekuni Nasi Kebuli street food dua tahun silam. Produk nasi berbumbu khas Timur-Tengah yang populer di Jakarta di up-grade dari rasa, serta konsep berjualan.

Awal berbisnis ia hanya mampu menjual 10 sampai 15 kotak, penyebab utama lokasi berjualan yang kurang strategis di halaman rumahnya, minim lalu-lalang pengguna jalan. Sisa nasi yang tak laku lalu dibagikan gratis sebagai sampel ke tetangga terdekat. Siapa tahu ada yang tertarik untuk memesannya.

Nasi Kebuli Dapoer Mpok Iyah kian sukses dengan program PKBL PT JIEP ( Foto : Istimewa)

Seiring waktu, saat pandemi kian memuncak dan pengetatan PPKM suaminya Dharmawan (55) tergerak untuk mencari lokasi strategis di Rawaterate, Cakung, Jakarta Timur di mana traffic pengguna jalan yang masih boleh berkegiatan di sejumlah sektor esensial terbilang ramai.

Awalnya pun sama, hanya laku beberapa porsi. Mungkin orang berpikir harga mahal, atau rasanya meragukan. Pembeli pun bisa dihitung jari. Karena modalnya minim sementara cash flow yang tidak stabil, pasutri yang aktif mengikuti beragam pelatihan kuliner ini berhenti berjualan. Ini risiko terbesar orang berjualan makanan yang tidak memiliki masa simpan lama, sulit memutar modal usaha, selain dampak harga yang tidak stabil pada bahan dan bumbu, “keluh Hadidjah.

Beragam upaya dilakukan oleh pasutri kreatif untuk menarik pembeli, diantaranya menata dagangan dengan rapi di atas meja yang diberi taplak. Terlihat menarik, ditambah standing banner berisi foto dan harga, yang hanya dijual Rp. 10 ribu, menyesuaikan daya beli masyarakat.

Yang mengharu biru, walau dalam kondisi sulit mereka rutin melakukan sedekah Nasi Kebuli ke kaum Dhuafa di momen Jum’at Berkah. “Kami percaya usaha dengan iringan doa, ikhtiar, serta sedekah utamanya dalam keadaan sulit Inshaa Allah lebih cepat dikabulkan Allah, “ujar Dharmawan optimis.

Walau murmer Nasi Kebuli Dapoer Mpok Iyah bukan kelas kaleng-kaleng lho.
Satu porsi terdiri dari nasi kebuli dengan porsi yang lebih banyak dari kompetitor, diberi telur dadar iris, kerupuk, acar timun dan sambal.
Aroma nasi berbumbu kari tercium nyata, harum sedap menggoda selera. Cukup mengenyangkan bagi mereka yang ingin sarapan praktis, lezat dengan harga terjangkau. Menariknya,
dikemas dalam box putih tebal dengan lapisan minyak food grade, terkesan mewah.

Berbisnis Sesuai Sunah Rasul

Teman-temannya sempat protes, kok nasinya enak, porsinya banyak dikemas mewah hanya dihargai Rp.10 ribu? Gak rugi tuh? Dharmawan menjelaskan ini merupakan bagian strategi bisnisnya melalui konsep promosi yang pernah dia pelajari sewaktu bekerja di sebuah penerbitan ternama di Indonesia.

Strategi marketing pelaku UMKM rumahan ini berbuah manis. Pembeli yang awalnya meragu, mulai tertarik untuk menghentikan kendaraan, singgah untuk membeli. Keesokan kembali dan membeli dengan jumlah yang lebih banyak. Paten, promosi dari mulut ke mulut. Namun mereka masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan untung dan membangun usahanya agar bisa naik kelas. “Keuntungan yang terkumpul hanya cukup buat makan sehari-hari. Apalagi kami hanya menggantungkan hidup dengan berjualan, “kata Hadidjah lirih.

Hingga takdir baik yang mempertemukan Pasutri era 80 – an ini bergabung dalam Program PKBL PT JIEP. Nasi Kebuli Dapoer Mpok Iyah menjadi salah satu mitra binaan. Selain mendapat bantuan modal, mereka diberikan pendampingan intensif oleh ahlinya dengan mengedepankan strategi dalam menjalankan bisnis agar eksis dan kian berkembang.
Kombinasi keahlian, mindset, bantuan modal yang membuat usaha kuliner berbasis rumahan mengalami progres yang sangat cepat.

Tak butuh waktu lama, usaha Nasi Kebuli Dapoer Mpok Iyah semakin eksis. Saat ini kami sudah mampu menyediakan tenda, meja dan kursi untuk pelanggan makan di tempat, selain kian banyak pembeli untuk di bawa pulang. Kami juga menerima pesanan untuk perusahaan. Jika dahulu keuntungan berjualan hanya cukup buat makan sehari-hari, sekarang bisa dibuat untuk mengembangkan usaha dan ditabung. Mereka memperluas pasar dengan merambah penjualan secara online.

Pasutri Dharmawan – Hadidjah berbisnis sesuai sunah Rasul( Foto : Istimewa)

Dukungan Sepenuh Hati UMKM Bangkit dan Berkembang

“Alhamdulilah, berkat Program PKBL PT JIEP usaha kami kian maju dan meraih omset yang sangat bagus. Terima kasih atas bantuan modal usaha, sejumlah pelatihan dari mentor, serta pesanan khusus dari PT JIEP, Insha Allah kami akan segera melengkapi semua perijinan pada bisnis kuliner ini,
ujar pasutri ini sumringah.

Saat ini hadir 3 varian paket nasi dari harga Rp. 13 ribu hingga 18 ribu yang menghadirkan lauk utama telur, ayam dan gepuk. Namun mereka tetap mempertahankan nasi yang harganya Rp. 10 ribu karena memikirkan daya beli masyarakat kecil.

Galih Geraldi Primayana Coorporate Communication PT JIEP menyampaikan, “Upaya kami membina para mitra merupakan bagian dari CSR perusahaan dalam membantu dan memberikan spirit bagi para pelaku UMKM yang terdampak krisis pandemi Covid-19.”

“Kreativitas, inovasi dan kerja keras merupakan kunci-kunci sukses keberhasilan mitra binaan dalam meningkatkan omset, menjadi pemenang dalam persaingan bisnis yang ke depannya selalu menghadirkan tantangan yang berbeda, dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan motivasi berupa latihan dan upaya membantu mempromosikan produk UMKM binaan pada acara internal perusahaan, kiranya mampu menghadirkan spirit UMKM kuat, maju dan sejahtera, “lanjut Galih.

Galih meneruskan, “Semoga Allah SWT meridhoi seluruh usaha kita bersama, serta berharap kelak mitra binaan Program PKBL PT JIEP dapat menjadi entrepreuneur – entrepreuneur sukses yang mampu menjawab tantangan zaman, “pungkasnya. (RP).

Exit mobile version