
WANITAINDONESIA.CO, Jakarta – Oktober menjadi bulan heroik untuk memerangi penyakit kanker payudara, yang masih menjadi penyakit mematikan bagi Wanita-wanita Indonesia.
Beragam acara, kegiatan bahkan program digelar oleh Pemerintah, pihak swasta, serta komunitas penyintas Kanker Payudara. Intinya untuk mengingatkan kembali sejumlah upaya -upaya preventif yang sangat mudah dilakukan para individu, lewat deteksi dini SADARI, maupun melakukan pemeriksaan secara medis (SADANIS).
SADARI, Periksa Payudara Sendiri dilakukan dengan cara meraba, serta melihat payudara apakah ada terjadi perubahan fisik. SADARI dilakukan sebulan sekali yaitu seminggu setelah periode menstruasi berakhir. Sedangkan SADANIS atau Periksa Payudara Klinis dengan mendatangi faskes. SADANIS dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih Dokter, Bidan, Perawat. Pemeriksaannya lebih mendalam dibandingkan dengan SADARI.
Tapi ada berapa banyak wanita yang secara rutin mau melakukannya?. Lebih banyak yang tak mau periksa karena beragam alasan. Salah satunya faktor ketakutan, serta stigma negatif masyarakat. Takut diartikan bila terdeteksi terpapar kanker payudara, takut karena akses, serta biaya pengobatan kanker yang mahal. Serta masih adanya stigma negatif masyarakat ihwal penderita penyakit yang memuncaki angka kematian tertinggi untuk varian kanker di dunia, dan Indonesia.
Jika ada yang berani memeriksakan diri, ketika mereka menerima vonis Dokter, berapa banyak yang mau berobat secara medis?. Mereka lebih memilih opsi pengobatan alternatif, yang tak terbukti secara klinis, dapat menyembuhkan penyakit kanker payudara.
Ihwal lain yang butuh perhatian serius Pemerintah, penggunaan layanan kesehatan BPJS. Banyak keluhan terutama pada masyarakat yang tinggal di pelosok.
Lewat momen Oktober yang diisi dengan beragam kegiatan, kiranya sekecil apapun bentuknya, dapat bermanfaat bagi kemaslahatan Wanita Indonesia keseluruhan, tanpa terkecuali.
Dikarenakan penyakit kanker payudara itu tak memandang strata.
Kekinian kanker payudara banyak menyasar kelompok usia produktif. Bahkan ditemukan pada wanita di usia 18 tahun!, dengan penyebab terbesar faktor gaya hidup.
Gaya hidup yang dianggap ‘bersahabat’, dengan penyakit yang sesungguhnya bisa disembuhkan, asal terdeteksi di stadium awal. Dan penderitanya tekun untuk melakukan pengobatan secara medis dengan dokter spesialis onkologi.

Foto: Istimewa.
Hempas Gaya Hidup Jorok, Jangan Terjebak Seremonial Oktober!
Faktor gaya hidup tak sehat, dengan mengonsumsi makanan yang tidak mengacu kepada gizi seimbang, kaya lemak, dan miskin serat. Selain kurang bergerak, mudah stres, merokok, serta mengonsumsi alkohol.
‘October Alert’, kiranya bukan hanya berfokus ke seremonial semu, manakala sejumlah instansi, serta institusi
berlomba-lomba menyelenggarakan acara peringatan dengan beragam edukasi, serta pemeriksaan.
Memang patut dipujikan, namun tentunya dengan catatan, bahwa setelah selesai acara, dampak sosialnya terasa nyata.
Diantaranya, kanker payudara tak lagi dijadikan momok, turunnya jumlah angka penderita, serta kematian. Wanita Indonesia kian sadar untuk melakukan SADARI, dan SADANIS, hijrah dengan menjalankan gaya hidup sehat sembari ikut menjadi agen perubahan bagi keluarga, dan lingkungan dengan turut menyuarakan ‘Stop Kanker Payudara’ lewat sejumlah langkah preventif.
October Alert memiliki pesan bagi mereka yang rutin menggelar acara, juga para peserta agar tak terjebak euforia. Mereka-mereka ini hendaknya bisa menjadi ujung tombak perubahan, untuk turut menyebarkan kembali ilmunya ke lingkungan terdekat, melalui beragam media yang sering mereka gunakan. Sehingga dampak dari acara yang terselenggara beberapa jam tersebut dapat terasa manfaatnya, bagi wanita lainnya yang tak terlibat dalam acara.
Tentu akan lebih bijak bila di internal Mal Ciputra Jakarta juga dapat menjadi role model. Turut mengajak para staf wanita, untuk ikut melakukan pemeriksaan Pap Smear, memahami ihwal penyakit kanker payudara, serta rutin melaksanakan SADARI, dan SADANIS. Ini baru tepat!.
Benang merah dari tingginya prevelansi angka penderita penyakit kanker payudara, yang kemudian diikuti oleh tingginya angka kematian di Indonesia, dikarenakan ketakutan para wanita untuk melakukan pemeriksaan, dan melakukan pengobatan secara medis.

Foto: Istimewa.
Lawan dengan SADARI, SADANIS, Gaya Hidup Sehat
Dari circle, serta narasumber yang ditemui Wanitaindonesia.co, ihwal ketakutan, dipicu oleh beragam hal seperti takut terdiagnosa. Ketika divonis menderita kanker payudara sebagian besar wanita dihinggapi perasaan takut. Utamanya takut dengan kematian. Vonis mati masih menjadi stigma kuat di masyarakat.
Ketakutan juga muncul dari masalah biaya pengobatan yang mahal, terutama yang telah memasuki stadium lanjut. Juga proses pengobatan yang panjang, serta dampak dari tindakan yang menyakitkan bagi tubuh saat kemoterapi.
Ketakutan yang sangat tidak beralasan, dikarenakan semakin cepat terdeteksi, dan dilakukan pengobatan medis, kanker payudara stadium dini lebih mudah disembuhkan, dibandingkan dengan stadium lanjut.
Kekinian, sudah banyak diciptakan obat, serta teknologi pengobatan yang lebih canggih, yang membuat tindakan medis pada pasien kanker payudara tak terlalu sakit, dibandingkan waktu sebelumnya.
Ihwal pembiayaan, masyarakat dapat mengakses bantuan pembiayaan JKN, dengan menggunakan BPJS. Tapi ini masih memiliki kendala yang sering dialami pasien kanker payudara.
Kerap ditemukan terjadinya ketidak seragaman pada aturan pemakaian obat yang ditanggung BPJS Kesehatan seperti, pasien kanker payudara HER2 positif stadium dini yang tak bisa mengakses pengobatan trastuzumab. Obat hanya diperuntukan bagi pasien dengan stadium lanjut, yang penyakitnya sudah metastase.
Juga layanan dibatasi hanya 8 siklus.
Selain itu masih dijumpai implementasi kebijakan yang berbeda-beda di setiap daerah. Serta waktu tunggu pengobatan yang cukup lama, dikarenakan sistem rujukan hingga proses pengobatan di Rumah Sakit. Terjadi antrean panjang pada layanan pengobatan yang berkisar 9-15 bulan sejak terdiagnosis.
Pun dengan antrean
radioterapi, kemoterapi, serta bedah dikarenakan terbatasnya fasilitas, serta tenaga medis.
Patut diingat, waktu kritis yang harus dipenuhi antara satu terapi dengan terapi berikutnya yang tak boleh terlalu lama terjeda, dikarenakan penundaan di luar jendela waktu, bisa mengurangi efektivitas pengobatan yang akan merugikan pasien.
Mengingat jumlah penderita penyakit kanker payudara yang semakin meningkat, serta diikuti oleh angka kematian yang tinggi,
Harusnya tak hanya di Oktober, namun setiap bulan dalam keseharian Wanita Indonesia itu adalah momen penting untuk berjibaku melawan kanker payudara.
Perlu disadari, kaum pria juga dapat terkena penyakit kanker payudara, walau prevelansi lebih kecil daripada wanita. Karenanya akan lebih baik bila satu keluarga, mulai sekarang bertekad penuh untuk melawan kanker payudara dengan saling mengingatkan, saling menjaga, serta melaksanakan SADARI, SADANIS, serta Gaya Hidup Sehat.
Mal Ciputra Dukung Edukasi & Pap Smear Cuma-cuma
Memaknai Oktober sebagai bulan edukasi, serta upaya-upaya yang telah dilakukan untuk melawan kanker payudara, Mal Ciputra Jakarta kembali menyeleggarakan kegiatan Free Pap Smear, dan Merajut prostesis dengan membuat payudara artifisial bersama Knitted Knockers Indonesia.
Acara terselenggara berkat kolaborasi Bakti Bagi Negeri oleh Mal Ciputra Jakarta, Pink Ribbon, Yayasan Kanker Indonesia DKI Jakarta, yang dikhususkan untuk pelanggan Mal.
Ini menjadi konsen penting, serta bentuk kepedulian kami dalam turut membantu, serta meningkatkan derajat kesehatan Wanita Indonesia, yang menjadi mayoritas pengunjung Mal Ciputra Jakarta, dari penyakit mematikan nomor satu di Indonesia.
Kami turut mendukung program kesehatan wanita, khususnya dalam upaya deteksi dini kanker payudara, dan kanker serviks. Guna memberikan wawasan bagi peserta, hadir talkshow “Peduli Kanker Payudara Sejak Dini” dengan pembicara inspiratif Dokter Agatha Magistalia C, dari YKI, DKI Jakarta.
Selain gong acara berupa pemeriksaaan Pap-Smear secara cuma-cuma, peserta diajak rilek dengan belajar merajut. Mereka diajarkan untuk membuat prostesis (payudara artifisial), yang digunakan untuk penyintas, yang telah melaksanakan operasi pengangkatan payudara yang terkena kanker (mastektomi).
Ferry Irianto, General Manager Mal Ciputra Jakarta menyampaikan, “Berperan lebih dari sekedar pusat perbelanjaan, kami telah banyak melakukan beragam kegiatan sosial. Salah satunya di bulan Oktober untuk memperingati kanker payudara sedunia, yang dijadikan momentum serentak dalam melakukan perlawanan terhadap kanker payudara.”
“Berharap lewat acara yang inspiratif ini, dapat membawa perubahan yang berarti bagi upaya Pemerintah, serta Mal Ciputra Jakarta dalam berjibaku untuk menekan prevelansi angka penderita kanker payudara, yang terdeteksi pada stadium lanjut. Serta mendorong lebih banyak lagi wanita, khususnya pengunjung Mal, juga yang di luar sana untuk lebih peduli dengan aspek penting kesehatan payudara mereka, “ujarnya.
“Lewat langkah kecil yang dilaksanakan secara rutin di bulan Oktober, kami percaya akan berdampak nyata dalam upaya mencegah, serta mengobati kanker secara medis pada stadium awal, “pungkas Ferry.




