Nunung Srimulat: Perjuangan Melawan Kanker dan Kesedihan Jauh dari Keluarga

Nunung dan tim OVJ

WanitaIndonesia.co – Komedian legendaris Nunung Srimulat, yang dikenal dengan perannya dalam grup lawak Srimulat, tak hanya berjuang melawan kanker tetapi juga menghadapi cobaan emosional yang mendalam. Saat sedang menjalani pengobatan kanker, Nunung mengungkapkan rasa kecewanya karena merasa anak-anaknya tidak menunjukkan perhatian yang cukup terhadap kesehatannya. Dalam sebuah curahan hati, ia menyatakan bahwa dirinya selalu menanyakan kabar anak-anaknya, bahkan hal kecil seperti makanan, meskipun ia sendiri sedang dalam keadaan sakit.

Rasa kecewa itu akhirnya membuat Nunung memblokir kontak keluarga besarnya, termasuk anak-anaknya, sebagai bentuk luapan emosi. Namun, setelah refleksi panjang dan doa, ia merasa bahwa tindakannya mungkin tidak tepat. Dalam momen introspeksi, Nunung berdoa agar diberikan petunjuk dan solusi dari Tuhan untuk memperbaiki hubungannya dengan keluarga.

Nunung mengakui bahwa tindakan memblokir kontak keluarganya diambil dalam kemarahan dan kebingungan. Ia merasa berat hati dan berharap melalui doanya, ia bisa mendapatkan jalan keluar yang terbaik. Di tengah kesulitan ini, Nunung juga berharap agar keluarganya bisa memahami perasaannya.

“Saat aku salat, aku berdoa, ‘Ya Allah, aku salah nggak ya mengambil jalan seperti ini? Tolong kasih jalan keluar, ya Allah,’” cerita Nunung dengan penuh harapan.

Selain beban emosional yang ia rasakan terkait keluarganya, Nunung juga harus menghadapi perjalanan yang tidak mudah dalam melawan kanker. Sebagai salah satu komedian yang telah berkecimpung lebih dari tiga dekade di dunia hiburan, Nunung tetap menunjukkan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi tantangan ini. Ia menjalani pengobatan secara rutin, termasuk kemoterapi yang membuat rambutnya rontok, namun semangatnya tak pernah pudar. Dukungan dari teman-temannya, termasuk sesama pelawak seperti Sule dan Andre Taulany, turut memberikan kekuatan baginya untuk terus berjuang.

Meski dibayangi berbagai masalah, baik fisik maupun emosional, Nunung tetap optimis. Ia berharap agar pengalamannya ini bisa menjadi pelajaran bagi banyak orang, khususnya keluarga, untuk lebih saling peduli dan menjaga satu sama lain di saat-saat sulit. Nunung juga berharap agar hubungannya dengan anak-anaknya bisa kembali harmonis seiring waktu dan melalui dialog yang lebih terbuka.

Melalui doa dan harapan yang tak pernah surut, Nunung percaya bahwa selalu ada cahaya di ujung terowongan. (Ver)