wanitaindonesia.co – Wahana baru Ngopi in the Sky (ngopi di atas langit) berlokasi pantai Nguluran – Kabupaten Gunung Kidul – Yogyakarta menyajikan sensasi menikmati kopi dan teh di atas ketinggian tebing.
Hadir atmosfer instagramable dari spot teras berlantai kaca di atas tebing, dikelilingi alam indah memesona.
Layanan ini terinspirasi dari destinasi serupa di Dubai, yang baru di uji coba pada tanggal 2/1/2022, ditawarkan
dengan harga murah Rp. 100.000,- selama 15 – 20 menit.
Crane berbentuk limasan dengan kursi yang akan berputar mengelilingi meja racik tempat pramusaji meracik kopi dan teh. Pengunjung akan dibawa naik ke puncak dengan ketinggian 30-40 meter, selama 15 – 20 menit, kemudian crane akan turun secara perlahan.
Di tengah kontroversi tentang aspek aman buat pengunjung, manajemen yang diwakili oleh Nur Nasution, CEO Teras Kaca menegaskan kembali akan komitmen rasa aman dan nyaman.
1. Pengunjung dibatasi, hanya untuk 14 penumpang. Berusia di atas 15 tahun, tidak menderita penyakit dalam seperti asma atau jantung.
2. Crane menggunakan double slink yang masing-masing slink mampu mengangkat beban hingga 4 ton.
3. Double safety hadir atap kaca menggunakan 2 slink. Jika salah satu putus, masih ada satunya yang menahan pengunjung agar tidak jatuh.
4. Kapasitas maksimal 4 ton pada ke 2 slink, manajemen hanya memperbolehkan 3,5 ton untuk kapasitas pengunjung, dengan fasilitas 20 kursi. Setiap kursi dilengkapi dengan sabuk pengaman pada 3 titik.
5. Operasional berpanduan kepada BMKG. Wahana tidak akan dioperasikan bila cuaca buruk, angin kencang, hujan dan petir.
6. SOP harian, tali crane dicek setiap hari dengan teliti oleh teknisi berpengalaman. Bila perlu, tali crane akan diganti tiap 3 bulan sekali.
Katyusha pengamat lifestyle menegaskan “Ngopi in the Sky hanya menawarkan sensasi dari perasaan tegang. Walau hadir look indah dan romantis berupa pemandangan alam Gunung Kidul, saya melihat dan ikut merasakan, feel romantisnya tidak bakalan sampai ke pengunjung.
Duduk dalam posisi terikat tentu tidak nyaman. Apalagi hanya untuk menikmati secangkir kopi/teh serta makanan ringan. Mungkin hanya untuk memanjakan indra penglihatan serta keperluan foto. Walau belum jaminan bisa mendapatkan angle foto terbaik, mengingat posisi duduk dan berputar “katanya.
“Sebaiknya pengelola menghadirkan juga suasana romantis yang mengedepankan aspek keamanan, serta kenyamanan pengunjung, “kata Katyusha.
Aspek keamanan menjadi sorotan utama masyarakat. Tangkapan layar media sosial @teraskaca umumnya netizen menanyakan aspek keamanan dari alih fungsi crane barang yang diperuntukkan buat mengangkut manusia.
Pakar telematika dan mantan Menpora Roy Suryo, yang terkenal aktif menyorot beragam permasalahan sosial dari sisi teknis, tidak merekomendasikan konsep ngopi ala teraskaca.
“Maaf, ini Berbahaya…!, karena peralihan crane barang sebagai angkutan manusia, terlebih untuk wisata. Meskipun double slink.
Jika pengelola tetap yakin dengan konsep seperti ini, Roy menyarankan untuk menghadirkan teknisi dengan mengenakan Alat Pelindung Diri yang sesuai, “kata Roy menegaskan. (RP)