wanitaindonesia.co, Jakarta – Sepekan ini masyarakat Indonesia dikejutkan dengan tragedi sirup penurun demam yang merenggut nyawa anak-anak lucu, cantik dan tampan.
Mereka harus terpisah secara dini dengan cara memilukan, dari ikatan keluarga yang mencintainya. Ke depan menjadi masa-masa sulit yang harus dijalani oleh keluarga yang kehilangan permata hatinya tersebut, serta menjadi pekan yang meresahkan bagi orang tua yang memiliki anak balita.
Walau obat penawarnya telah ditemukan, namun muncul pertanyaan “Apakah anak yang berhasil sembuh dapat kembali beraktivitas dengan normal? Apakah obat penawar yang diimpor tersebut mencukupi kebutuhan? Bagaimana dengan kendala pendistribusiannya?
Tentunya pertanyaan tersebut harus bisa diselesaikan, melalui proses tahapan yang tepat dan cepat oleh pemerintah.
Perkembangan terbaru Kemenkes RI Budi Gunadi Sadikin, Jum, at (21/10/2022) mengatakan telah ditemukan obat penawar Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal atau Acute Kidney Injury (AKI) berupa Fomepizole (injeksi) yang diimpor dari Singapura. “Pemerintah telah memesan 200 vial Fomepizole dengan harga satuan Rp. 16 juta. Walau ada beberapa kali injeksi, tapi bisa cukup untuk sekali injeksi dulu, sudah terlihat responsif, “ujar Budi.
Sebelumnya, Kemenkes RI resmi melarang peredaran, penjualan dan konsumsi jenis obat sirup penurun demam di Indonesia.
Hal ini sebagai dampak meluasnya anak-anak yang menderita gagal ginjal akut setelah diberi obat sirup penurun demam tersebut.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, “Segala jenis obat berbentuk sirup maupun cairan, agar tidak diberikan dahulu kepada anak-anak untuk sementara waktu, sambil menunggu pihak-pihak terkait menemukan penyebab pasti Gagal Ginjal Akut Misterius pada anak-anak.
Pengganti obat sirup atau cairan dapat digunakan obat tablet, kapsul,
obat melalui anal, dlsbnya, “ujarnya.
Terdeteksi Agustus Kenali Gejala Berikut!
Diketahui sejak akhir Agustus 2022 lalu, Kemenkes dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) telah menerima laporan Progresif Atipikal /Acute Kidney Injury (AKI) yang tajam pada anak, utamanya anak di bawah usia 5 tahun.
Adapun gejalanya berupa diare, mual, muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk, keluar air seni sedikit,
bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.
Menurut Kemenkes hingga Hari Rabu, tanggal 18 Oktober 2022 jumlah kasus Gagal Ginjal Akut yang dilaporkan sebanyak 206 dari 20 Provinsi di Indonesia, dengan angka kematian sebanyak 99 pasien dan yang terbanyak wafat di RSCM Jakarta.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, “Sejumlah obat yang dikonsumsi pasien anak dengan Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal mengandung Etilen Glikol hingga Dietilen Glikol yang merupakan zat kimia berbahaya, yang merusak ginjal, ” kata Budi.
Menurutnya sejumlah obat dengan kandungan cemaran zat berbahaya di produksi di Indonesia. Budi Gunadi menyarankan untuk tidak memberikan obat sirup untuk sementara waktu, hingga ditemukan hasil penyelidikan penyebab pasti penyakit Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal.
Etilen Glikol merupakan senyawa organik yang digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan fiber poliester, industri pabrik, serta polietilena tereftalat (PET) yang digunakan pada pembuatan botol plastik.
Senyawa ini tidak bewarna dan berbau. Etinol Glikol cukup beracun dengan LDLO = 786 mg/kg.
Bahaya utama terletak pada rasa senyawa yang manis, anak sering mengkonsumsinya melebihi dosis maksimal yang diperbolehkan. (RP).