wanitaindonesia.co, Jakarta – Pada masanya, Soekarno dikenal sebagai Bapak Bangsa yang begitu mencintai ragam kebudayaan Indonesia, salah satunya kuliner.
Banyak buku buah karyanya yang fenomenal diantaranya buku masak Mustikarasa yang membutuhkan proses pengerjaan hingga 7 tahun lamanya.
Dikomandoi Soekarno dengan pejabat pelaksana Menteri Pertanian pada masa itu. Juga melibatkan banyak unsur diantaranya Pamong Praja tiap desa, pakar kuliner, ahli gizi hingga ibu-ibu PKK
Melalui khasanah kuliner yang beragam, Soekarno ingin menekankan kepada generasi dahulu dan sekarang bahwa Indonesia merupakan negara besar, kuat dan unggul melalui potensi serta keberagaman kulinernya. Serta pentingnya ketahanan pangan bagi suatu bangsa.
Mustika Rasa dicetak tahun 1964, memuat 1. 600 resep Nusantara diantaranya minuman, makanan kecil, masakan, makanan jajanan, filosofi resep, pengetahuan seputar bahan pangan. Menjadi mini encyclopedia kuliner Indonesia.
Jika dibaca serta ditelaah, ada beberapa kekurangan dari Mustikarasa yang penyebabnya beragam. Utamanya keterbatasan pengetahuan seputar kuliner, kurang menguasai teknik penyusunan serta penulisan resep masakan baku.
Banyak resep yang justru bahan pentingnya ditulis tidak dicantumkan. Diantaranya proses pembuatan Gudeg yang harusnya menyertakan daun jati untuk memberikan efek warna merah. Selain resep yang tidak diujicoba sehingga akurasinya masih dipertanyakan bila ada pembaca yang berminat untuk mempraktekannya.
Beragam upaya dilakukan agar buku masak fenomenal tersebut tidak hanya sekedar kitab pintar kuliner yang hanya dijadikan koleksi, tapi dapat membawa kemashalatan bagi masyarakat.
Diantaranya talkshow dan demo masak beberapa resep terpilih oleh praktisi kuliner. Serta upaya akademisi UGM dengan membuat seri lanjutan Pusaka Cita Rasa Indonesia, diterbitkan 12 jilid yang memuat lebih banyak resep dan informasi seputar kuliner heritage Indonesia.