Sambut Idul Adha: Siapkan Diri dengan Puasa Arafah dan Tarwiyah

foto : ilustrasi

WanitaIndonesia.co – Bulan Dzulhijjah telah tiba, membawa berkah besar bagi umat Islam dengan dekatnya Hari Raya Idul Adha. Momen istimewa ini tidak hanya menjadi waktu untuk berkurban, tetapi juga untuk mengoptimalkan amalan sunnah seperti Puasa Arafah dan Tarwiyah.

Keutamaan Puasa Arafah: Puasa Arafah memiliki keutamaan yang besar, antara lain menghapus dosa dua tahun sebelumnya dan sesudahnya, serta menyamai pahala haji dan umrah bagi orang yang tidak mampu berhaji.

Keutamaan Puasa Tarwiyah: Puasa Tarwiyah menghapus dosa satu tahun, mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah SWT, dan menjadi persiapan spiritual bagi jamaah haji sebelum wukuf di Arafah.

Panduan Niat Puasa:

  • Niat Puasa Arafah pada malam 9 Dzulhijjah: “Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala.”
  • Niat Puasa Arafah pada hari 9 Dzulhijjah: “Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.”
  • Niat Puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah: “Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.”

“Ini adalah kesempatan berharga bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan amalan-amalan yang dianjurkan,” kata seorang ulama terkemuka dalam khotbah Jumatnya. “Puasa Arafah dan Tarwiyah bukan hanya menghapus dosa-dosa kecil, tetapi juga memperkuat ikatan spiritual dalam persiapan menyambut Hari Raya Idul Adha.”

Para ulama menyarankan agar umat Islam memanfaatkan bulan Dzulhijjah dengan memperbanyak doa, dzikir, sedekah, serta membaca dan merenungkan Al-Quran. Semua amalan baik ini diyakini dapat membawa berkah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dengan semakin dekatnya Hari Raya Idul Adha, umat Islam di seluruh dunia diharapkan dapat merasakan kedamaian dan keberkahan melalui pelaksanaan ibadah yang benar dan penuh keikhlasan. Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah dan memberikan pahala yang berlipat ganda kepada umat-Nya yang berusaha keras.

Sumber: Hadis Rasulullah SAW (diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). (vay)