wanitaindonesia.co – Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dinilai berat bagi semua siswa. Inilah salah satu alasan mengapa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi mendorong agar sekolah mulai mengadakan kegiatan belajar tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Tepat setahun setelah PJJ diberlakukan di Indonesia, Save the Children menyampaikan fakta bahwa lebih dari 600 ribu sekolah di Indonesia harus tutup, karena sekitar 60 juta siswa harus menjalani PJJ. Namun, karena berbagai faktor, misalnya tidak memiliki dana untuk membeli kuota, tidak semua anak mampu belajar online. Organisasi ini mencatat, kondisi tersebut memengaruhi dunia pendidikan di Indonesia. Motivasi belajar anak menurun, kemampuan membaca dan menghitung juga menurun. Ditambah lagi, situasi ini berpotensi menambah jumlah anak yang putus sekolah karena harus bekerja.
Ketika itu CEO Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung, memaparkan, melalui studi global yang dilakukan di 46 negara, termasuk Indonesia, terungkap bahwa 8 dari 10 siswa tidak bisa mengakses materi belajar yang memadai selama kegiatan belajar dari rumah. Sementara itu, 4 dari 10 siswa mengalami kesulitan dalam memahami pekerjaan rumah. Dan, paling tidak 1% siswa tidak belajar apa pun selama PJJ.
Selina menegaskan, “Tahun 2021 harus menjadi tahun yang memastikan anak tetap mendapatkan akses belajar yang berkualitas, karena pendidikan merupakan hak anak yang harus dipenuhi dan juga kunci membangun generasi Indonesia”.
Beberapa waktu lalu hasil studi terbaru kembali disampaikan, salah satunya tentang pemerataan paket internet bagi siswa. Ternyata, 42% siswa sama sekali tidak mendapatkan kuota gratis untuk belajar, baik dari pemerintah maupun sekolah. “Hasil survei kami menemukan, anak-anak tersebut tidak mendapatkan kuota gratis karena tidak terdata, padahal secara ekonomi mereka sangat membutuhkan. Jadi, banyak anak yang merasa sedih, kecewa, bahkan merasa ini tidak adil,” kata Gya, Koordinator Child Campaigner Save The Children di Yogyakarta, mengutip dari Medcom.
Selina menyebutkan perlunya semua pihak untuk bersama-sama mengantisipasi kesulitan belajar yang membuat siswa kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar (learning loss). Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak pada kurangnya keahlian ketika mereka dewasa nanti. Jika mengalami learning loss, mereka bisa kehilangan kemampuan untuk bersaing di dunia kerja. Ujung-ujungnya, kesempatan untuk dapat penghasilan yang baik juga menurun.
Jadi, dear parents, yuk, pastikan anak-anak kita tetap mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, tanpa membuatnya jadi stres. (wi)