WanitaIndonesia.co, Jakarta – Banyak pasangan yang terjebak dalam ritual pernikahan hambar yang dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya warisan trauma yang tak diselesaikan dari sebuah garis keturunan. Petaka pun datang!.
Faktanya, kehidupan berumah tangga bukan cita-cita utama generasi sekarang. Prosentase pernikahan menurun layaknya di sejumlah negara maju seperti Singapura, Korea, dan Jepang. Di Indonesia kian diperparah dengan angka perceraian yang meningkat tajam.
Tak ada yang buruk dari sebuah pernikahan. Jawabannya pun klise, jika Anda menemukan belahan jiwa, yang senantiasa mengedepankan hubungan sehat dalam rumah tangga. Relationship itu sumber kehidupan bahagia, penting seluruh pasangan untuk menciptakan, serta menjaga hubungan yang sehat sebagai fondasi sebuah rumah tangga.
Fenomena gagalnya rumah tangga dalam llmu konstelasi keluarga (family constellation) disebabkan oleh tidak pulihnya pola rantai toksik yang diwariskan dari setiap generasi. Dari buyut, ke kakek, berlanjut ke orang tua, lalu kemudian ke anak-anak mereka. Penting mempraktikkan ajaran klasik masyarakat Jawa bobot, bibit, bebet dengan mengenali pasangan, keluarga, serta cerita diri sendiri yang menjadi upaya mutlak, sebelum memasuki hubungan jangka panjang.
Meilinda Sutanto seorang terapis Family Constellation bersertifikat, komit dengan keahlian terhadap dinamika budaya keluarga Asia. Perempuan dengan limpahan energi kreatif ini, mumpuni dalam mengatasi masalah terkait bakti, dan rasa hormat kepada orang tua. Konflik antar generasi, ekspektasi budaya, dampak kolektivisme pada identitas, serta hubungan personal. Serta bagaimana memberdayakan pribadi, dan keluarga dalam perjalanan menuju hubungan yang harmonis, dan sejahtera.
Wanita Inspiratif yang memiliki jam terbang tinggi sebagai Pelatih Family Constellation ingin meneruskan energi positif dalam cakupan yang lebih luas. Melalui ilmunya Linda dikenal sebagai penulis best – selling Family Constellation yang mana sepanjang tahun 2023, telah dicetak sebanyak 4 kali.
“Wow, kian bersinar saat ia kembali menulis buku kedua “I DO” yang didedikasikan buat keluarga Indonesia. Juga wajib dibaca buat mereka yang sedang berpacaran. Atau yang tak percaya dengan pernikahan. Dianjurkan untuk mereka yang ingin menjalin hubungan, tapi terkendala waktu, tanggung jawab, atau trauma. Penting dipahami oleh pasutri yang bercerai, serta berkeinginan untuk menikah kembali. Last but not least mereka yang telah menikah tetapi hubungannya terasa hambar.
Buku Baru Legacy Berharga
Buku barunya itu, tak membahas bagaimana menciptakan pernikahan seindah cerita fairy tale. “Tidak!. Namun memberikan panduan untuk mengenali, serta memutus trauma turun-temurun yang berpotensi merusak hubungan,
lewat metode konstelasi keluarga, yang dapat mengidentifikasi masalah hingga ke akar. Kemudian menemukan jalan untuk membangun, serta membina, dan menstransformasikan hubungan berpasangan yang lebih sehat, intim, serta memuliakan.
Relationship menjadi tema utama dari buku ini menjadi semacam alert pentingnya pasangan untuk dapat menciptakan, serta menjaga hubungan yang sehat sebagai Fondasi dalam membangun, serta membina rumah tangga.
Pembicara internasional, serta pelatih perusahaan yang tergabung dalam Fortune 500 Global mengingatkan, relationship tak serta merta dapat dilalui begitu saja. Alih-alih langsung ke urusan parenting, serta anggapan yang penting anak, yang dikhawatirkan kelak akan memicu dampak negatif, baik pada perkembangan jiwa si kecil, terhadap karir, maupun tingkat kepuasan hidup. ”
Seiring berjalannya waktu, cinta, dan pernikahan akan berevolusi sesuai zaman. Dahulu identik sebagai cara perempuan untuk bertahan hidup, zaman now sebagai pilihan, dan bukan keharusan.
Agar memiliki cara pandang baru, penting setiap pasangan mampu menavigasi perubahan, dikarenakan kebahagiaan memiliki nilai yang tak sama bagi setiap orang.
Pun Linda mengingatkan, saat pembaca memperjuangkan kebahagiaan versi masing-masing, apapun pilihan hidupnya. Berumah tangga, memilih hidup sendiri, bercerai, atau hendak menikah lagi, kebahagiaan itu menjadi hal mendasar dalam kehidupan Anda!.
Tak hanya itu, wanita mumpuni penerus legacy perjuangan RA Kartini berupaya hadir memberikan secercah asa lewat workshop Family Constellation, serta private consultation online, dan offline yang terbukti telah banyak memberikan asa, perubahan hidup yang lebih baik, serta sikap optimisme melewati tantangan selaras jaman.
Alumni Institute of Integrative Nutrition New York menebar kebaikan
dalam memberikan semangat, serta asa, bagi jiwa-jiwa lara lintas generasi. Datang dari latar belakang agama, budaya, serta sosial yang berbeda agar semuanya menemukan kebahagiaan hidup yang hakiki, sekarang, untuk masa depan selamanya.
Menurut terapis Family Constellation bersertifikat, tak elok hidup yang singkat ini, dironai oleh nestapa, terlebih trauma warisan dari generasi sebelumnya. “Ayo tuntaskan trauma, ubah kehidupan Anda semua menjadi bermakna, penuh binar-binar kebahagiaan.
Jum’at (5/7) suasana panas di luar, berganti menyenangkan kala para tamu-tamu undangan peluncuran buku kedua Meilinda Sutanto” I DO” memasuki Function Hall, Plaza Indonesia. Mereka datang dengan Semangat untuk menata kembali kehidupannya, lewat hidup kedua sebagai bagian dari ekosistem Family Constellation yang digawangi oleh Meilinda Sutanto.
Sebagian lainnya berkeinginan kuat untuk mengubah jalan jalan hidupnya lewat limpahan energi positif Linda melalui sharing, serta praktik mini session Family Constellation yang paling banyak dinanti, serta diberikan secara cuma-cuma.
Terlihat support system dari keluarga inti Mama-Papanya, serta saudara-saudaranya yang menjadikan persona Linda bersinar.
Dan, wajah-wajah dengan rona bahagia, lekat dengan optimisme, serta gairah hidup turut menjadi saksi, serta memberikan support atas peluncuran buku kedua Meilinda Sutanto “I DO”, yang diterbitkan Gramedia, dan Elexmedia.
Beragam testimoni diceritakan kembali oleh para klien.
Sangat inspiratif, mengharu – biru ketika pasutri berhasil menemukan kekuatan cinta, dan nilai dari sebuah keluarga yang hakiki, setelah keduanya melakukan Family Constellation ke Linda.
Mereka mengaku kualitas hidupnya jauh lebih baik. Relasi suami – istri, terpenting hubungan dengan inner cyrcle mereka kedua orang tuanya.
Mini Session Family Constellation Selamatkan Hidup
Saat Linda meminta tamu undangan untuk menjadi relawan dari mini session Family Constellation, sebagian besar terlihat antusias untuk melakukannya. Tanpa risih mereka mau menceritakan sisi kelam dalam relasi kehidupan berumah tangga, yang disebabkan oleh trauma pola rantai toksik, yang diwariskan oleh orang tua, dan leluhur.
Padahal sebagian besar undangan merupakan sosok-sosok yang baru saling mengenal.
Linda memutuskan untuk memilih seorang ibu muda yang mengalami bully, serta kekerasan dalam rumah tangga oleh ayahnya.
Pemimpin keluarga itu kerap menghina, merendahkan, serta membanding-bandingkan Katyusha (nama imajiner). Pun perlakuan yang sama juga diterima oleh Ibu, serta saudaranya yang kebetulan kesemuanya adalah wanita. Demikian relasi kuasa, serta ketidakadilan harus dialami Katyusha selama puluhan tahun!.
Ketika ia berumah tangga, serta hidup terpisah dengan pasangan yang dicintai, Katyusha tak sanggup untuk menghilangkan jejak trauma tersebut. Pun suaminya yang tak paham dengan kondisi masa lalu kehidupan sang istri, tak banyak membantu.
Dampak traumanya sangat dahsyat. Ia menjadi pribadi yang tak percaya diri, takut dengan laki-laki, serta tak ingin punya anak. Khawatir akan mengalami hal sama dengan dirinya.
Karenanya ia ingin merubah keadaan saat ini menjadi lebih baik, dengan mengikuti sesi Family Constellation.
Linda kemudian meminta tamu-tamu undangan lainnya maju, ikut berperan membantu sang klien sebagai bagian dari inner cyrcle keluarga inti. Ada yang berperan sebagai suami, ayah, ibu, orang tua suami, serta kakek-nenek buyut.
Saat sesi berlangsung tak ada hal yang istimewa. Linda hanya meminta relawan utama itu menceritakan keluh-kesahnya tanpa takut, malu, serta merasa dihakimi.
Ia juga meminta yang menyaksikan turut menjaga suasana kelas agar kondusif. Tak ada yang keluar masuk, berbicara, maupun berkegiatan. Semua fokus kepada orang-orang yang berdiri di depan, dengan posisi yang menurut mereka nyaman, yang mengikuti Family Constellation.
Sambil menangis histeris, dalam suasana hati yang diliputi kemarahan Katyusha menceritakan deritanya, keinginan, serta harapan. Suasana hening, pecah dengan tangis histeris. Pun halnya kejadian yang sama pada orang yang berperan sebagai ibu Katyusha, yang mendapatkan perlakuan elok suaminya itu.
Adegan ini mampu memancing emosi yang menyaksikan. Sebagian mata mereka berkaca – kaca turut merasakan trauma Katyusha.
Linda berkeliling ke orang-orang terdekat Katyusha sambil meminta tanggapan mereka. Bila terkendala, tak tahu harus berkata apa. Linda menuntun targetnya itu untuk menirukan kalimat yang tersusun dari rangkaian kata yang dapat mensugesti, serta memberikan cara pandang baru bagi seseorang.
Penting, Memahami Mengintervensi Trauma Antar Generasi
Tanpa terasa waktu seperti berlari. Mini session Family Constellation berakhir dengan perasaan happy ending. Katyusha yang mengalami trauma merasa jauh lebih baik, walau masih ada sisa yang mengganjal, tapi ia merasa lebih rileks, sesekali ia masih terlihat menangis. Pun halnya dengan relawan yang berperan sebagai ibu yang mengaku ikhlas memaafkan ke mantan suaminya itu.
Orang tua, kakek, nenek, serta buyut turut menyesalkan keadaan tak baik yang menimpa keturunan mereka.
Akan halnya dengan suami durjana, Ayah yang memberikan trauma bagi istri, dan anak mengaku bersalah, lalu meminta maaf, dan menjadikan hal ini bagian dari pembelajaran penting dalam hidupnya. Ia tak menyangka, karena perbuatannya tersebut berdampak panjang, hadirkan trauma mendalam terutama buat putrinya.
Ada yang khas dari suasana pelatihan. Tokoh utamanya tak boleh sungkan untuk menceritakan rasa gundahnya, namun mereka diijinkan untuk menyamarkan sebagian lainnya yang membuat mereka merasa tak nyaman. Mereka dibebaskan untuk meluapkan emosi dengan menangis sekeras-kerasnya guna meredakan emosi, kemarahan akan keadaan yang dialami.
Usai bercerita mereka diajarkan untuk menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskan dalam hitungan tertentu. Endingnya saat beberapa orang perempuan yang terkait dengan rantai toksik saling menguatkan, memberi spirit dengan menyentuh, saling berpelukan sembari menguatkan satu dengan lainnya.
Linda berharap dari sesi Family Constellation peserta memahami, serta mampu mengintervensi trauma antar generasi guna menyembuhkan luka masa lalu. Membuat mereka berdaya, memutus siklus yang berbahaya bagi kesehatan mental. Serta menghentikan efek trauma ke generasi selanjutnya. Sehingga dapat melangkah dengan mudah, mendapat dukungan leluhur.