Site icon Wanita Indonesia

Kepala BKKBN: Makanan Bergizi Tak Harus Mahal, Ikan Lele Jadi Solusi Cerdas!

acara 'Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Nutrisi Anak Remaja Melalui Menu Dashat Berbahan Dasar Ikan untuk Percepatan Penurunan Stunting', Jumat (26/7/2024), di Ballroom Gedung Mina Bahari III, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta. Foto : Istimewa

WanitaIndonesia.co – Di hadapan sekitar 600 siswa sekolah, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto, menegaskan bahwa asupan makanan bergizi untuk tubuh, termasuk bagi bayi dan remaja, tidak harus mahal.

Hal ini disampaikan dr. Hasto dalam acara ‘Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Nutrisi Anak Remaja Melalui Menu Dashat Berbahan Dasar Ikan untuk Percepatan Penurunan Stunting’ pada Jumat (26/7/2024) di Ballroom Gedung Mina Bahari III, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta.

Menurut dr. Hasto, makanan berprotein tinggi dan bergizi bisa diperoleh dengan mudah. Salah satunya adalah ikan lele yang harganya relatif terjangkau oleh masyarakat.

“(Makanan) yang bagus belum tentu mahal. Daging sapi mengandung lemak jenuh, sedangkan ikan tidak mengandung lemak jenuh dan kaya akan protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Ikan, seperti ikan lele, jauh lebih murah dari daging sapi tapi lebih bagus kandungan gizinya,” jelas dr. Hasto.

Ia juga menjelaskan bahwa stunting disebabkan oleh tiga faktor utama: kekurangan gizi kronis, sering sakit, dan pola asuh yang kurang optimal. Dr. Hasto mengingatkan agar waspada terhadap bayi yang berat badannya melebihi batas normal. Bayi yang gendut dianggap sehat, tetapi ini bisa menjadi indikasi masalah di kemudian hari.

Acara ‘Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Nutrisi Anak Remaja Melalui Menu Dashat Berbahan Dasar Ikan untuk Percepatan Penurunan Stunting’, Jumat (26/7/2024), di Ballroom Gedung Mina Bahari III, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Foto : Istimewa

“Bayi gendut disangka sehat, hati-hati. Ketika bayi usia di bawah dua tahun terindikasi stunting, kemudian tubuhnya gendut karena asupan makanannya, tetap harus hati-hati,” ujarnya.

Riset menunjukkan bahwa bayi gemuk berpotensi terserang penyakit degeneratif seperti jantung, hipertensi, dan diabetes di usia dewasa. Idealnya, tubuh harus proporsional.

Dr. Hasto juga mengingatkan para siswa agar hati-hati saat membeli makanan. Ia mencontohkan panganan seperti cilok dan seblak yang harus jelas isinya. “Cilok bagus asalkan diisi ikan atau telur. Tapi isinya harus kelihatan agar kita yakin. Kalau hanya rasanya saja, tidak terlihat isinya, itu sangat berbahaya,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan remaja perempuan agar berhati-hati dalam bergaul dengan lawan jenis. “Laki-laki sangat dipengaruhi oleh pandangan visual. Jadi, hati-hati menunjukkan penampilan fisik. Hati-hati saat berpacaran,” ujarnya.

Dalam paparan interaktifnya, dr. Hasto juga membahas tentang menstruasi yang normal dan pentingnya asupan gizi yang tepat. Menstruasi yang ideal berlangsung selama 5-7 hari. Jika lebih dari itu, bisa menyebabkan anemia.

Selain itu, calon pengantin juga diingatkan untuk memprioritaskan prekonsepsi daripada prewedding. “Prekonsepsi penting sekali. Asupan protein hewani dari ikan sangat penting untuk mencegah lahirnya bayi stunting,” jelasnya.

Dr. Hasto juga menyarankan calon pengantin untuk mengukur lingkar lengan atas (Lila) minimal 23,5 cm dan memeriksa Hb untuk mengetahui anemia. Asupan makanan bergizi, terutama ikan, sangat dianjurkan.

Sementara itu, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Dr. Budi Sulistiyo, M.Sc, dalam sambutannya menekankan pentingnya menyiapkan anak bangsa untuk menjadi kuat, cerdas, dan tangguh melalui penguatan gizi.

Menandai komitmen KKP dan BKKBN dalam mengatasi stunting, dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara KKP dan BKKBN. Kerja sama ini meliputi penguatan kualitas keluarga melalui konsumsi ikan, edukasi promosi ikan dalam upaya penurunan stunting.

“PKS ini akan menambah peluang kita dalam percepatan penurunan stunting,” ujar dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.FOR, MARS, Direktur Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan BKKBN.

Dengan kerja sama ini, diharapkan para lansia dapat lebih memahami pola asuh yang tepat dan pemberdayaan ekonomi keluarga untuk optimalisasi pemanfaatan protein hewani maupun nabati.

“PKS ini merupakan kesempatan luar biasa untuk membantu pemerintah dalam percepatan penurunan stunting,” ujarnya.

Dr. Hasto menutup dengan mengingatkan bahwa ikan, termasuk lele dan tuna, mengandung DHA Omega 3 dan kalsium yang penting untuk kesehatan. Ikan tuna juga tinggi kalsium, dan asupan vitamin D penting menjelang menikah.

“Mulai hari ini, kuatkan tekad kita untuk meningkatkan konsumsi ikan demi mewujudkan Generasi Emas di tahun 2045,” ujar Dr. Budi Sulistiyo mengakhiri sambutannya. (vay)

Exit mobile version