Site icon Wanita Indonesia

Limpahan Energi Kreatif Maudy Koesnaedy, dan Kebaya Kutu Baru Raden Ajeng Soekirah

Lewat sosok RA Soekirah, Maudy Koesnaedy ajak Wanita Indonesia kuat, lagi mumpuni. Foto : Istimewa.

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Mendapat kesempatan memerankan RA Soekirah, istri Pahlawan Oto Iskandar Dinata energi kreatif Maudy Koenaedy diuji lewat kebaya kutu baru, serta dialek Jawa.

Hal tersebut diceritakan Maudy pada peluncuran seri monolog Di Tepian Sejarah Musim ke – 3, di Jakarta, pekan lalu.
Merupakan inisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI melalui Direktur Jenderal Kebudayaan, yang bekerja sama dengan Titimangsa, dan Kawan-Kawan Media. Bertujuan untuk memberikan literasi, hingga edukasi ke masyarakat, khususnya para anak-anak muda,
lewat sejumlah tokoh yang kurang disadari kehadirannya. Mereka tersisih dalam catatan besar sejarah bangsa, namun menjadi bagian dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.

Maudy memulai, Awalnya tuh, aku kan ngarep banget ingin diajak Teh Happy, agar bisa kolab Di Tepian Sejarah. Sebelumnya sempat memandu acara pembacaan referensi Oto Iskandar Dinata lewat buku Nina Lubis “Si Jalak Harupat”

Tak lama berselang, Maudy serasa mendapat hadiah terindah manakala tawaran datang untuk terlibat pada seri monolog Di Tepian Sejarah musim ke -3. “Senang banget manakala tahu monolog “Suamiku Oto dan Bel Pintu” merupakan tribute
buat Oto Iskandar Dinata, dan RA Soekirah, dari cicitnya Teh Nia Dinata, Sutradara ternama Indonesia, beserta seluruh keluarga besarnya.

Beliau merupakan sosok Bunga Bangsa dari Bumi Tatar Pasundan, sementara aku kan Sunda pisan euy, ditambah Teh Nia Dinata sutradaranya juga hurang Sunda. Klop deh batinku senang.
Tapi tak berselang lama, setelah membaca naskah monolog, baru tersadar, sosok yang akan aku perankan adalah istri dari Oto Iskandar Dinata, RA Soekirah. Beliau adalah perempuan Jawa dari kalangan ningrat.

“Wah, sempat bikin aku galau. Sungguh tak kepikiran untuk beralih rupa dalam waktu sekejap menjadi sosok yang dikenal memiliki perilaku, tutur kata dengan logat bahasa Jawa halus yang memiliki kesulitan tinggi.

Pun sosok RA Soekirah itu identik dengan bangsawan Jawa berjiwa tegar, berwibawa, disiplin. Beliau mampu menjaga marwahnya tanpa mau menunjukan kesedihan, kecewa, serta amarah di depan orang banyak.

Padahal beliau mengalami kepahitan hidup, trauma saat melihat langsung suami yang dicintainya, dihilangkan paksa oleh gerombolan pengacau. Serta harus memikul tanggung jawab besar sebagai orang tua tunggal, yang harus menyapih, serta membesarkan anak-anaknya yang masih kecil, di tengah zaman yang tak pasti.

Tribute buat Oto Iskandar Dinata, dan RA Soekirah dari cicit tercinta Nia Dinata
Foto : Istimewa.

Role Model dan Akting Menantang

Ini sangat related dengan kondisi Wanita Indonesia sekarang.
Tentu sulit memerankan tokoh yang mampu menyembunyikan perasaannya, tapi Maudy perlu menghadirkan emosi, layaknya seorang wanita, namun dengan cara elegan, agar marwah darah biru RA Soekirah tak hilang. Ia mempraktikkan pengalamannya sebagai wanita, istri, dan ibu di kehidupan nyata untuk memberikan tekanan emosi dari sosok Soekirah. Alhamdulillah, berhasil.

Tantangan lain saat peralihan penggunaan bahasa Jawa, dan Sunda dengan dialek. Aku butuh konsentrasi, agar perpindahan pelafalan dapat mengalir dengan baik.
Namun bagi Maudy apapun tantangan dalam dunia peran, semua harus dihadapi, serta ditaklukkan dengan jiwa profesionalitasnya.

Di awal membaca naskah Maudy merasa pilu, hingga tanpa terasa larut meneteskan air mata. Membayangkan perjuangan sosok ibu Soekirah yang harus berjibaku dengan banyak hal. Hidup dalam zaman revolusi yang serba sulit, harus menghidupi ke – 11 anak-anaknya, melindungi dari ancaman kekerasan penjajah, serta mengasuhnya dengan segenap jiwa-raga. Kian pilu menyaksikan langsung suaminya Oto Iskandar Dinata diculik di rumahnya, dan kemudian tak diketahui nasibnya. Tak mudah, tak mungkin banyak wanita yang sekuat, dan setegar beliau.

Abadi, Kebaya kutu baru warisan RA Soekirah
Foto : Istimewa.

Saat memulai latihan aku banyak mendapat masukan, serta bimbingan dari Teh Nia Dinata. Maudy menceritakan, Bagaimana ia memasukkan jiwa wanita, ibu, istri nan hebat lewat keseharian sang tokoh. Sangat detil. Yang membuatku terkenang-kenang, saat mengenakan kebaya kutu baru (kebaya klasik wanita Jawa zaman dahulu). Melengkapinya dengan jarik wiron. (Kain batik yang dilipat kecil pada salah satu sisi kain, dengan ukuran tertentu, menyesuaikan dengan arah, dan jenis motif kain batik). Kesemuanya harus menyelaraskan dengan setiap adegan. Sebagian kebaya kutu baru yang merupakan peninggalan RA Soekirah didominasi motif bunga (Alfatihah tiga kali), “terang Maudy.

Menjadi momen tak terlupakan saat adegan berganti kebaya, membuat konsep perut dalam keadaan hamil yang kerap diulang, karena ada detil yang terlewat, saking antusiasnya kami.
“Gerakku harus tangkas, mengganti kebaya dalam waktu singkat di belakang layar, lalu bersalin dengan warna serta corak lain.
Pun saat memasang perut dalam kondisi hamil muda, hingga saat kandungan membesar. Cara mengelus bagian perut semua harus terlihat natural, “jelas Maudy.

Maudy menambahkan, “Aku ingat ada kejadian lucu, saat monolog pada babak ke -5. Posisi bayinya dipasang terbalik, kepalanya berada di bawah. Ini tak mudah, menantang, serta turut menguji kesabaran. Terlebih lagi saat harus melafalkan dialek Jawa kromo inggil yang intonasi, serta bunyi suaranya harus terdengar pas. Sampai-sampai anak Teh Nia yang menjadi dalang muda di Yogya, Gibran Papadimitriou mengirimkan contoh suara dialek yang tepat. Pun, halnya dengan keluarga besar Oto Iskandar Dinata lainnya, banyak memberikan sumbang saran, serta masukkan untuk menyelaraskan peranku sebagai sosok RA Soekirah. ”

Ki-ka : Marsya Timothy, Happy Salma, Maudy Koesnaedy peran penting Wanita Indonesia Di Tepian Sejarah Musim Ketiga.
Foto : Istimewa.

Legacy Pekerja Seni Untuk Bangsa

“Semua tantangan yang membuatku cemas, sempat aku bagi ke Teh Happy Salma selaku produser. “Sepertinya peran ini bukan buatku. Namun dengan rekam jejak beliau sebagai macan panggung teater, ia memberikan suport sepenuh hati dan hasilnya terjawab dengan sangat memuaskan, “ujar Maudy.

Maudy melanjutkan, “Tentu kebahagiaan ini hadir berkat dukungan keluarga besar Oto Iskandar Dinata, RA Soekirah, spesial Teh Nia Dinata dan Putranya Gibran. Juga berkat penulis naskah yang hebat Ahda Imran, serta seluruh tim kreatif Titimangsa, dan KawanKawan Media.”

Lewat penayangan perdana di Teater Salihara atmosfer bahagia, serta mengharu-biru pecah mewarnai suasana saat itu. Bagi sosok Zaenab di Sinetron Si Doel Anak Sekolahan, seri monolog Di Tepi Sejarah mampu memberi warna baru pada seni, dan perkembangan teater di Indonesia.

“Cerita perjalanan hidup RA Soekirah merupakan sumber ide, kala generasi sekarang ingin mengangkat sosok Pahlawan melalui sudut pandang berbeda.
Sangat menarik, prestisius dari rekam jejak karirku di industri panggung teater Indonesia, “jelas Maudy.

Walau sering melakukan pertunjukan monolog, Maudy mengakui konsep monolog Di Tepi Sejarah merupakan hal baru buatnya. Setiap sekmen yang berubah dalam menghadirkan suasana perjalanan sang tokoh saat mendampingi, lalu harus hidup tanpa suami.

“Hal ini menjadi legacy buat generasi sekarang, dan berikutnya bahwa sosok Wanita Indonesia itu harus mumpuni, menginspirasi, kuat, tanpa melupakan kodratnya selaku istri, dan seorang ibu. Serta beragam predikat terpuji lainnya, “pungkas Maudy.

Bagi Anda yang penasaran, ingin menyaksikan peran Maudy Koesnaedy di seri monolog Di Tepi Sejarah musim ketiga “Suamiku Oto dan Bel Pintu”. Saksikan hanya di Indonesiana TV, Rabu 10 Juli 2024, Pukul : 20.00 WIB.

Exit mobile version