WanitaIndonesia.co, Jakarta – Claudia Joseph pakar mode dan Royal Expert menuliskan fakta miris dalam buku terbarunya ada beberapa gaun warisan Putri Diana yang berakhir di thirthing.
Claudia menuliskan temuannya pada sebuah buku terbarunya “Diana A Life in Dresses dari Debutante hingga Style Icon.
Diceritakan oleh Claudia bahwa ia mendapat info dari sumber terpercaya. Informan tersebut menyampaikan
Susan Barrantes Ibunda dari Sarah Ferguson mantan istri Pangeran Andrew menemukan gaun mendiang Putri Diana di thrifting kelas atas di Hampshire.
Ia kaget melihat ada beberapa gaun ikonik Putri Diana diantaranya gaun tartan bewarna hijau yang dikenakan saat berkunjung Braemar Highland Games. Terlihat pula gaun warna turquoise rancangan desainer Catherine Walker yang dipakai Diana untuk tur kerajaan ke Australia dan Selandia Baru. Selain ditemukan mantel tartan yang digunakan saat mendiang Putri Diana berkunjung ke Italia. Mantel cantik tersebut karya desainer yang membuat gaun pernikahannya lho.
Di thrifting lain Hereford ditemukan gaun cantik mendiang Putri Diana yang dikenakan saat berkunjung ke Bahrain Timur – Tengah. Ditengarai gaun ini diberikan oleh Putri Diana kepada sahabatnya Caroline Twiston – Davies. Karena tak menyadari nilai historis ia kemudian melegonya.
Pada tahun 1996 pengurus rumah tangga Diana membawa gaun, pakaian sehari-hari ke thrifting Chameleon di dekat perkebunan keluarga Caroline. Pakaian tersebut kemudian dibeli oleh pelayan yang bekerja paruh waktu di toko tersebut.
Awalnya sih hendak dikenakannya sendiri. Namun entah kenapa gaun nan cantik tersebut tak sekalipun ia kenakan. Gaun yang dibeli seharga Rp.3,6 juta masih tersimpan rapi dalam dusnya, hingga akhirnya ia menyadari nilai historis dari gaun mendiang Putri Diana tersebut.
Katyusha pemerhati masalah sosial berpendapat Putri Diana dikenal sebagai sosok yang dermawan.
Baginya berbagi adalah hal lazim, tak ada yang istimewa jika dalam banyak kesempatan ia memberikan atau mendonasikan busana, maupun atribut miliknya.
Saat ia wafat segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya menjadi memoribilia berharga. Dibutuhkan perhatian terhadap upaya menginventaris busana warisannya agar tidak berakhir menyedihkan di thrifting.
Yang harus dipertanyakan busana seperti apa yang bernilai sejarah? Apakah semua busana yang pernah dikenakan, termasuk busana sehari-hari yang diproduksi massal?
Menurut Katyusha busana memoribilia bersifat khusus, diciptakan oleh desainer untuk sejumlah moment. Biasanya ada tanda pada kancing, label yang mencirikan busana tersebut milik sang putri, serta dokumentasi.
Setelah beliau wafat, ada lembaga resmi yang memberikan sertifikasi akan orisinalitas busananya. Tidak ada duplikat, mengingat busana merupakan karya seni yang sangat mudah diduplikasi tegasnya.(RP).