Site icon Wanita Indonesia

Kurangi Garam Subsitusi dengan MNG

wanitaindonesia.co – Marak konsumsi garam berlebih di kalangan generasi Milenial. Hadir ancaman serius
yang berdampak pada meningkatnya penyakit hipertensi, serta sejumlah penyakit degeneratif. Ayo cegah dari sekarang!

Selain sebagai penyedap masakan, garam merupakan zat yang dibutuhkan tubuh karena kandungan sodium dan chlor. Jika dikonsumsi berlebihan atau malah kekurangan akan berdampak tidak baik bagi kesehatan.

Seperti sudah menjadi tradisi dalam menyajikan makanan sehari-hari, baik yang dijual, maupun yang dimasak sendiri umumnya mengandung garam dalam jumlah tinggi. Selain makanan, pelengkap sajian seperti kecap, saus, sambal, kerupuk yang sangat digemari juga mengandung garam. Garam dalam jumlah berlebih ditemukan pada makanan instan serta olahan lekat dengan keseharian masyarakat.

Godaan kuliner kaya garam.
foto : istimewa

Data Riskesdas 2018, prevelansi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1 persen. Sebanyak 34,1 persen masyarakat Indonesia usia 18 tahun ke atas (generasi Milenial) menderita hipertensi. Hipertensi harus segera diobati, agar tidak memunculkan sejumlah penyakit degeneratif seperti stroke, jantung, gagal ginjal dan diabetes melitus.

Beragam upaya telah dilakukan oleh Kemenkes RI dengan mengampanyekan Isi Piringku yang salah satu poin penting mengurangi konsumsi garam, guna menyiapkan program Generasi Emas 2045.

Sesuai anjuran Kemenkes dan WHO, dalam sehari kebutuhan garam orang dewasa sebanyak 1 sendok teh.
Agar tidak berlebih muncul anjuran untuk mensubsitusi garam dengan pangan lain seperti MNG.

Prof Purwiyatno Phd, pakar pangan IPB mengatakan, “Ada cara mudah untuk mengurangi konsumsi garam dalam kegiatan memasak sehari-hari, yaitu dengan mengurangi hingga 30% garam dan menggantinya dengan MNG.
Cara ini mampu menghasilkan masakan yang lebih sehat dan istimewa dibandingkan sebelum disubsitusi dengan MNG.”

Menurut Freddy Demianus, Corporate Executive Chef Hotel, “Jika olahan yang dimasak menggunakan garam berlebih. Rasa asin menjadi sulit untuk dinetralisir, walau dengan air atau gula. Hasilnya malah kurang sedap. Berbeda jika olahan kelebihan MNG. Cukup ditambah air dan sedikit bahan utama yang dimasak, hasilnya mampu menetralisir rasa gurih berlebih, sehingga olahan tetap tersaji otentik.

Penting untuk memasukkan garam diakhir memasak untuk olahan kaldu dan tumis. Cara ini mampu mengontrol penggunaan garam berlebih agar rasa masakan tidak terlalu asin. Pun membuat tekstur bahan yang ditumis menjadi renyah.

Prof Pur menganjurkan, “Selain mengurangi garam, penting mengurangi makanan olahan, makanan instan dan junk food yang tinggi kadar garam. Utamakan mengonsumsi makanan segar yang diolah untuk sekali santap. Perbanyak minum air putih untuk mengurangi kecanduan garam, gula dan lemak. Jangan lupa perbanyak mengonsumsi serat dari sayur dan buah, jauhi stress. (RP).

Exit mobile version