WanitaIndonesia.co, Jakarta – Ramai kejadian in-toleransi yang menimpa sekelompok masyarakat karena beragam sebab. Padahal generasi sebelumnya sukses mempratikkan toleransi antar kehidupan suku, serta umat beragama.
Ada banyak penyebab yang memungkinkan kasus in- toleransi terjadi, utamanya tercerabutnya akar sosial yang telah ada, yang telah dibangun generasi sebelumnya pada sejumlah aspek kehidupan. Utamanya saat hidup berdampingan antara masyarakat yang berbeda suku dan keyakinan.
Sayangnya, masih ada kelompok masyarakat yang mudah dipengaruhi karena fanatisme berlebihan pada aspek kesukuan, agama, maupun pilihan politik. Serta belum maksimalnya kehadiran negara dalam menjembatani in-toleransi dengan mengedepankan sikap adil kepada kelompok mayoritas dan minoritas.
Sejatinya sejak dahulu, bangsa Indonesia mampu memperkenalkan jati dirinya sebagai bangsa besar yang memiliki sikap toleransi. Hal ini yang kemudian dijadikan acuan masyarakat dunia dengan menjadikan Indonesia sebagai kiblat toleransi.
Kunci toleransi itu ada pada kedua belah, mayoritas dan minoritas! Kelompok masyarakat harus paham dan mampu mempratikkan sikap saling menghargai. Peran pemerintah, aparat, serta tokoh masyarakat penting untuk bersikap tegas, juga tak memihak, serta memojokkan suatu kelompok.
Memeringati Hari Lahir Pancasila 2023, Unilever Indonesia bekerjasama dengan SETARA Institute
menyelenggarakan diskusi “Merawat Toleransi, Bicara Equity, Diversity dan Inclusion”.
Diskusi membahas komitmen Unilever Indonesia untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Termasuk inisiatif yang melibatkan generasi muda.
Kristy Nelwan Heaf of Communicator & Chairman of Equity, Diversity & Inclusion Board Unilever Indonesia mengatakan, “Unilever Indonesia akan terus menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, serta menghormati keberagaman di masyarakat. Hal ini diterapkan pada lingkungan kerja, juga melalui kampanye atau program perusahaan maupun brand.”
“Kami juga turut berkontribusi pada berbagai upaya kolektif untuk mewujudkan budaya yang merangkul individu dan keluarga, dengan latar belakang, kemampuan, serta perspektif yang berbeda-beda. Equity, Diversity dan Inclusion (Keadilan, Keberagaman dan Inklusi) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya merawat toleransi, “lanjut Kristy.
Ada 3 fokus komitmen ED&I Unilever Indonesia.
Keadilan Gender
Beberapa tahun belakangan Unilever Indonesia bukan lagi bicara mengenai kesetaraan, melainkan keadilan. Memberikan kesempatan yang sama, perlakuan adil, serta support yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan dari setiap perempuan, dalam menunjukkan potensi dan kiprahnya.
Keadilan untuk penyandang disabilitas dengan menciptakan lingkungan kerja yang ramah disabilitas. Membuka peluang yang adil bagi penyandang disabilitas, untuk membuktikan kemampuan mereka.
Penghapusan diskriminasi dan stigma.
Mempromosikan rasa saling percaya, menghormati hak asasi manusia, serta memberikan kesempatan yang adil bagi semua orang dengan melawan diskriminasi dan stigma.
Untuk terus menghidupkan semangat toleransi khususnya kepada generasi muda yang kian peka, serta mendukung upaya-upaya ED&I muncul fakta yang menggembirakan.
61 persen milenial mendukung kesetaraan Gender. 62 persen percaya, perempuan memiliki kemampuan setara untuk menjadi pemimpin (millennial report 2022).
Lebih dari 160 program yang dimotori generasi muda untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas (situs indorelawan. org).
Sebanyak 72 persen Gen – Z mendukung adanya tempat ibadah agama minoritas di sekolah. (INFID dan Lembaga Demografi FEB UI 2022). (RP).