WanitaIndonesia.co, Jakarta – Lima busana terinspirasi oleh lima tarian klasik Indonesia menjadi penambat pandang para tamu Undangan di Acara Kawan Nusantara “The Dancer”, yang diselenggarakan di Nusantara Ballroom, The Dharmawangsa, Jakarta.
“The Dancer” dibuka dengan pertunjukan yang merupakan penggabungan tari, dan fashion show dikoreografi oleh Josh Marcy, seniman,
koreografi bereputasi internasional yang berbasis di Jakarta. Performance yang dipersembahkan untuk perayaan Kawan Lama, merupakan penggabungan tari,serta fashion show yang melibatkan publik figur, serta selebriti.
Auguste Soesastro sang kreator busana menyampaikan ke WanitaIndonesia.co saat diajak untuk bergabung dalam kolaborasi ini, ia merasakan limpahan energi kreatif karena ada banyak sekali ide-ide baru yang siap diolah untuk menampilkan maha karya sempurna.
“Awalnya yang mengganggu pikiran, kok hanya tarian dari 5 daerah yang diinterpretasikan, lalu bagaimana dengan perasaan masyarakat dari daerah lainnya?,” ujar Auguste.
“Lewat diskusi dengan Te Happy dan Sri, saya tercerahkan bahwa hal ini bukanlah pengkotak-kotakan, adigung, adiguna tapi merupakan sinergi yang menghadirkan harmoni dari sebuah tema tentang kebahagiaan lewat tarian, serta adanya peran mumpuni sosok perempuan yang dihadirkan lewat “The Dancer”. Tarian itu merupakan sebuah elemen alam yang memiliki keberagaman, tapi bisa harmonis bila disatukan, “imbuh pemilik brand KRATON.
Auguste menambahkan, “Saya membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan untuk membuat desain, serta mewujudkannya menjadi busana yang menyelaraskan dengan konsep perhiasan TULOLA, yang kemudian akan dipresentasikan sebagai karya seni instalasi.”
Untuk Kedigdayaan Indonesia
“Desain yang saya buat terinspirasi oleh gerakan tari lewat struktur tegas, menitikberatkan pada gerak tangan, jari-jemari, kerlingan mata, serta gerakan badan.
Untuk kesulitan itu tak ada, karena dalam keseharian, saya lekat dengan konsep desain yang mengedepankan wastra Indonesia premium dengan looks modern, “tegas desainer yang memiliki latar pendidikan arsitektur dari Australia.
Lewat KRATON, pria yang bicaranya tipis-tipis ini selalu tertantang untuk mengeksplor tekstil Indonesia seperti tenunan tangan, ikat, serta batik yang diproses alami, yang dapat ter-biodegradasi dalam pakaiannya yang diminati oleh masyarakat modern.
Ketika ditanya apakah karyanya bisa digunakan untuk runway, desainer dengan background fashion dari Paris ini tak menampik. Kami sering melakukannya, hanya untuk material “The Dancer” saya memilih menggunakan bahan sintetis yang lebih mudah diaplikasikan pada desain berdetil rumit. ”
Happy Salma yang mendampingi Auguste menambahkan, ”
Tentunya tak hanya berfokus sebagai wujud dari karya seni instalasi, tapi kelak bisa diaplikasikan sebagai busana yang menyertai beragam momen spesial Wanita Indonesia. Tentunya lewat penyesuaian bentuk desain seperti perwujudan hiasan selendang yang dirangkai dari ratusan mutiara air tawar, bebatuan alam, serta hiasan berbentuk bunga, yang bisa disalin rupa menjadi gelang, kalung, cincin, dlsbnya yang fungsional.”
Happy menambahkan, “Tentunya tak hanya sekedar untuk perayaan 3 hari Kawan Nusantara saja, tapi saya akan membawa karya seni instalasi ini kemasyarakat luas dengan menjadikannya sebagai unsur dekoratif di sejumlah outlet TULOLA.”
Kolaborator lainnya yang berperan strategis adalah Fiametta Gabriela. Merupakan seniman visual, pengarah artistik, perfomer, serta projek Manager di bidang kesenian.
Karyanya lekat dengan eksplorasi tema psikologis, performatif, serta kehidupan sehari-hari. Dia menggunakan beragam medium yang dikolaborasikan bersama seperti lukisan, drawing, video, performans, dan instalasi. Seniman visual ini memiliki latar belakang pendidikan D3 dari Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura.