WanitaIndonesia.co – Nabi Musa AS lahir dari keturunan Bani Israil di Mesir, saat Firaun memerintah dengan tangan besi. Firaun, yang mendapatkan ramalan bahwa seorang laki-laki dari Bani Israil akan menggulingkan kekuasaannya, memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israil.
Ibu Nabi Musa AS, yang sangat khawatir akan keselamatan anaknya, mengikuti petunjuk dari Allah SWT. Ia segera memasukkan bayinya ke dalam sebuah peti dan menghanyutkannya di Sungai Nil. Asiyah, istri Firaun, menemukan peti itu di tepi sungai. Asiyah langsung membawa bayi Musa ke istana dan berhasil membujuk Firaun untuk mengadopsi bayi tersebut. Musa akhirnya dirawat oleh keluarga Firaun, tanpa mereka menyadari identitasnya yang sebenarnya.
Sementara itu, Musa menolak untuk disusui oleh semua ibu yang datang ke istana. Kakak Nabi Musa, yang sejak awal mengawasi adiknya, mendengar kesulitan tersebut dan menawarkan bantuan. Ia menyarankan seorang ibu yang mungkin dapat diterima oleh bayi itu. Ternyata, ibu kandung Nabi Musa yang kemudian datang dan berhasil menyusui bayinya.
Setelah masa menyusui selesai, ibu Nabi Musa mengembalikan Musa ke istana. Ia dibesarkan sebagai anak angkat Firaun, dikenal sebagai Musa bin Firaun, dan hidup di lingkungan istana layaknya anak-anak bangsawan lainnya.
Allah SWT telah mengatur segalanya dengan sempurna. Nabi Musa tetap berada dalam asuhan ibunya selama masa menyusui sebelum kembali ke istana. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an, Surah Al-Qasas ayat 4 hingga 13. (Ver)