WanitaIndonesia.co, Jakarta – Banyak cerita inspiratif sekaligus mengharu-biru yang dibagikan oleh para penyintas kanker payudara di “Ayo SADARI Setelah Menstruasi Fun Walk Dengan 100 Survivor Kanker Payudara yang diselenggarakan oleh Charm bersama YKPI.
Triyan Meriana, S.Kep. Ners dan Dewi wanita paruh baya terlihat antusias membagikan kisahnya kepada pengunjung yang memadati Gelora Bung Karno.
Momen Car Free Day dipenuhi masyarakat yang beraktivitas lari, jalan santai, serta berolahraga. Berharap tak banyak lagi kaum wanita, khususnya anak-anak muda yang terkena kanker payudara, maupun terlambat melakukan pemeriksaan, dikarenakan kurang peduli atau tak memahami kanker payudara.
Keduanya mengaku terlambat mengetahui, serta memeriksakan penyakitnya. Hal serupa banyak ditemukan pada penderita lainnya. Umumnya riwayat penyakit kanker payudara diketahui setelah memasuki stadium lanjut, stadium 2 dan 3. Tentunya upaya pengobatan menjadi lebih sulit, membutuhkan waktu panjang, serta biaya yang mahal!
Triyan Awalnya Cuek Muncul Kesadaran Setelah Bergabung di YKPI
Triyan menderita kanker di usia relatif muda 23 tahun. Kanker pertama tyroid, oleh dokter ia diprediksi akan sulit memperoleh keturunan. Walau tahu terpapar kanker, ia mengaku tak peduli dan menganggap remeh penyakit yang paling ditakuti masyarakat itu.
Untuk periksa dan berobatpun ia merasa enggan dikarenakan jarak tempuh dari rumahnya di Tangerang ke RSPAD Gatot Subroto terbilang jauh. Ia hanya meneruskan meminum obat yang dulu diberikan dokter waktu divonis kanker. Saya beli obat tersebut di apotik.
Tiga tahun setelah terdeteksi kanker Tyroid, ia menikah dan tak lama setelahnya dikaruniai dua anak yang sehat dan lucu-lucu. Ia pun merasa terharu karena apa yang telah diprediksi oleh dokter ternyata tak tepat.
Karena kurangnya pemahaman ikhwal kanker, di tahun 2019 Triyan kembali divonis dokter menderita kanker payudara.
Awalnya ia tak merasakan gejala apapun dikarenakan kesibukan sebagai wanita karir.
Rangkaian pengobatan dijalankannya dengan disiplin, dikarenakan kanker payudaranya telah memasuki stadium 2. Ia kemudian menjalankan kemoterapi.
Saat menjalankan pengobatan kemoterapi ia mengaku merasa berat. Selain rasa sakit, Triyan mengalami permasalahan kesehatan mental. Sulit menerima penampilannya yang berubah drastis. Saya meratapi nasib, terpuruk dan mengurung diri di dalam kamar. Dunianya serasa hancur, karena ia merasa dirinya sudah tak menarik lagi. Apalagi ia masih aktif bekerja.
Berkat dukungan keluarga suami dan anak-anaknya…. perlahan Triyan bangkit, mulai menata diri untuk menjadi lebih baik. Triyan mengaku keluarganya kian sayang dan perhatian. Demikian pula dukungan sepenuh hati keluarga besarnya menjadi asa bagi hidup ke depan. Lambat-laun setelah ia membuka diri, pemahaman tentang penyakit kanker payudara berubah setelah bergabung dengan YKPI.
“Yang membuatku kian semangat untuk menjalani hidup, setelah bergabung di komunitas Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Di sini aku menemukan banyak teman senasib, yang memiliki kepedulian tinggi untuk saling menjaga, saling peduli dalam menghadapi tantangan penyakit, “kata Triyan.
Dukungan utama juga datang dari Kepala Rumah Sakit Kesdam Jaya RS Daan Mogot, Tangerang, serta teman-teman sekerja. Walau harus masuk setiap hari, Triyan diijinkan untuk melakukan pekerjaan yang tak menguras tenaga dan pikiran. Serta mendapatkan ijin saat harus kontrol ke Rumah Sakit.
Survivor Inspiratif Taklukan Penyakit dan 30 Gunung!
Dewi, penyintas kanker lainnya menceritakan saat pertama divonis kanker. Gak bergejala, hanya waktu itu muncul benjolan tanpa rasa sakit, yang lokasinya menetap. Saat periksa, dokter menerangkan bahwa ia menderita kanker payudara. Beragam perasaan campur aduk, kaget, takut, sedih terlebih kankernya sudah memasuki stadium 2.
Ia pun harus menjalankan program kemoterapi sebanyak 12 kali.
Hal yang mengharukan saat ia bercerita harus menjalankan kemoterapi sendiri, dikarenakan suaminya sedang dinas ke luar kota. Ia mengaku memiliki semangat untuk sembuh dan tak risau saat harus mengendarai motor seorang diri.
Jarak tempuh 3 jam pergi-pulang dari rumahnya di Cimahi ke Rumah Sakit di Bandung ditempuh dengan penuh sukacita. Pada saat pulang, ia telah mempersiapkan dua kantung plastik hitam, yang menjadi andalan bila ia muntah di perjalanan. “Efek kemo sering membuat saya mual, keluh Dewi.
Dewi bersyukur kekhawatirannya dibalas oleh Sang Pencipta dengan dimudahkan semua urusannya.
Ia tak mengalami mual, maupun muntah.
Namun perjuangannya untuk sembuh ternyata tak mudah, butuh kesabaran tinggi. Saat menjalankan kemoterapi ke -6, ia kemudian tak bisa melanjutkan kemoterapi ke, – 7 sampai ke – 12 dikarenakan
BPJS hanya menanggung biaya kemo maksimal hitungan ke -6!.
Ia harus mencari biaya sendiri di tengah beban ekonomi keluarganya. Akhirnya atas saran dokter, Dewi melakukan terapi dengan meminum obat seumur hidup, agar sel kankernya tak aktif. Selain disiplin melakukan gaya hidup sehat diantaranya tak mengonsumsi makanan berpengawet, serta berperisa. Juga rutin kontrol ke dokter.
Agar tak terpuruk meratapi penyakit yang akan membuat sel kankernya menjadi aktif dan menyebar, Dewi melakukan aktivitas anti mainstream sebagai pendaki gunung. Sudah 30 gunung di Indonesia yang berhasil ia taklukkan dengan kondisi kesehatannya yang sedang tak baik-baik saja.
Baginya hidup senantiasa harus dilalui dengan ungkapan rasa syukur ke Sang Khalik dikarenakan ia masih diberikan nikmat iman, keluarga, serta circyle yang peduli dengan dirinya.
“Kala menjalani kemoterapi ke -2, kebahagiaan saya membuncah, anak saya diterima di Polri.
Dan pada momen istimewa “Ayo SADARI Setelah Menstruasi Fun Walk 100 teman-teman Survivor Kanker Payudara saya diberi kesempatan oleh Pengurus YKPI untuk hadir, bersilaturahmi dengan teman-teman lainya. Serta menjadi inspirasi bagi masyarakat melalui kisah perjuangan saya untuk sembuh dari penyakit kanker payudara.
“Acara ini sangat menginspirasi karena hadir edukasi oleh YKPI dan Charm dengan menyediakan 2 Booth yang akan mengedukasi masyarakat seputar kanker payudara, serta praktik SADARI agar tak banyak kaum wanita lainnya yang mengalami nasib seperti saya, “ujar Dewi.
“Momen ini pun menjadi kado terindah karena Senin (2/10), saya berulang tahun. Bersyukur Allah SWT masih memberi kesempatan saya hidup, serta memberi manfaat buat keluarga dan sesama, “pungkas Dewi. (RP).