WanitaIndonesia.co– Jakarta – Persona Linda Agum Gumelar terkenal gigih menyuarakan, mengkampanyekan, serta berjuang dalam upaya penanggulangan kanker payudara
di Indonesia. Ia memiliki persepsi akan kesejahteraan kesehatan Wanita Indonesia dari ancaman nyata kanker payudara, bersama organisasi nirlaba Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI).
Yayasan yang didirikan bersama sahabat-sahabatnya penyintas kanker seperti Andy Endriartono Sutarto, Tati Hendropriyono, Rima Melati dan dr. Sutjipto Sp. B (K) Onk bertujuan untuk membantu pemerintah dalam kegiatan penyuluhan dan penanggulangan kanker payudara di Indonesia. Target YKPI menurunkan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap kanker payudara.
Ditemui dalam momen Bulan Kanker Payudara Sedunia pada kampanye Kemenkes “Menuju 0 Penemuan Kanker Payudara Stadium Lanjut” yang berkolaborasi dengan Charm dan YKPI di Hotel Mulia Senayan, Kamis (6/10/2022),
penampilan Linda Agum Gumelar masih terlihat sama saat tahun 2003 kala ia dan beberapa sahabatnya mendirikan Yayasan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ) yang sekarang telah berganti nama menjadi Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI).

Menjabat sebagai Ketua Umum YKPI, ibu dan eyang putri ini masih enerjik, penuh semangat dan ramah untuk terus mengedukasi, membangkitkan semangat penderita dan penyintas kanker payudara agar terus bersemangat dan berkarya.
WanitaIndonesia.co mewawancarai Linda Agum Gumelar yang merupakan wanita penyintas, yang menjadi agen perubahan bagi masyarakat Indonesia dengan berperan memberikan edukasi, serta sosialisasi untuk menanggulangi kanker payudara di Indonesia.
Berharap muncul cara pandang baru tentang Kanker Payudara yang 98% bisa sembuh jika Wanita Indonesia yang masih sehat melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan SADANIS (Periksa Payudara Klinis) secara rutin.
WanitaIndonesia.co :
Ibu, terima kasih sudah berbuat kebajikan melalui YKPI dengan terus menyuarakan, mengupayakan, serta melakukan banyak hal kepada bangsa dan negara, khususnya para penderita, keluarga pendamping, penyintas, masyarakat, serta pemangku kepentingan ikhwal penyakit kanker payudara. Di Indonesia prevelansi penderita kanker payudara merupakan tertinggi dari jenis kanker lainnya, dan menjadi penyebab kematian tertinggi.
Apa urgensi, serta harapan ibu dari kolaborasi ini ?
Linda Agum Gumelar :
Isu utamanya kami ingin menyadarkan masyarakat, khususnya Wanita Indonesia pentingnya melakukan SADARI dan SADANIS
Kolaborasi terbaru YKPI dengan PT Uni-Charm Indonesia Tbk dan Kemenkes melalui program Charm ‘Ayo SADARI Setelah Menstruasi’ dengan melakukan SADARI pada hari ke 7 hingga ke 10 setelah hari pertama menstruasi, atau tanggal tertentu untuk yang menopause.
SADARI yang dilakukan secara mandiri dengan menekan bagian payudara secara melingkar dan di bagian puting menggunakan jari, bertujuan untuk mengetahui gejala awal kanker payudara.
Sedangkan SADANIS harus memeriksakan diri ke dokter Spesialis Bedah Onkologi. Lakukan SADANIS untuk wanita usia 20-40 tahun dilakukan 2 tahun sekali.
Bagi yang berusia di atas 40 tahun ke atas dilakukan 1 tahun sekali.
Manfaatnya besar, jika terdeteksi dan langsung mendapatkan layanan medis kesempatan untuk sembuh hingga 98% lebih besar. Dan kanker payudara menjadi tidak mematikan. Faktanya sekarang, pasien berobat ke dokter setelah memasuki stadium lanjut 3 dan 4, tentunya proses pengobatannya menjadi sangat sulit karena sel kanker telah menyebar. Selain memerlukan biaya pengobatan yang sangat besar, kualitas hidup pasien menjadi menurun.
Selain terlambat terdeteksi, banyak yang masih enggan dan takut berobat secara medis. Penyebabnya-pun beragam ya. Mulai dari biaya pengobatan yang dianggap mahal dan memakan waktu lama. Takut sakit dampak dari kemoterapi, merasa sudah tak berguna karena kondisi fisik yang menurun, serta pesimis akan sembuh.
Sembari mensosialisasikan SADARI, YKPI ingin mematahkan stigma negatif dari seluruh ketakutan penderita, sehingga muncul cara pandang baru bahwa sejatinya kanker payudara tersebut tidak mematikan, mudah dan cepat proses pengobatannya, serta tidak sakit dan tidak memerlukan biaya mahal, jika terdeteksi sejak dini dan langsung diobati secara medis.
Hal ini sebetulnya sejak lama kami lakukan, namun belum berdampak secara signifikan karena terkendala oleh banyak hal.
Penting bagi orang yang terdeteksi kanker payudara untuk bergabung atau mengakses YKPI guna mendapatkan beragam informasi terpercaya seputar langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan seperti
pengobatan, diet, pendampingan, serta hal-hal lainnya dapat mengembalikan rasa percaya diri, serta semangat untuk sembuh dan meneruskan hidup seperti sebelum terkena kanker payudara.
Kami percaya dengan konsep kolaborasi antara YKPI, Pemerintah dan Charm bisa menjadi role models bagi upaya percepatan Program Menuju 0 Penemuan Kanker Payudara Stadium Lanjut.
WanitaIndonesia.co :
Apa penyebab Wanita Indonesia abai melakukan SADARI dan SADANIS?
Linda Agum Gumelar :
Pengetahuan dan mindset seputar kanker payudara masih sangat kurang. Masih banyak wanita yang belum mendapatkan informasi ikhwal kanker payudara secara jelas dan komprehensif, diantaranya terkendala oleh wilayah Indonesia yang sangat luas dengan geografi yang berbeda.
Selain pengaruh budaya, stigma, terkendala akses pengobatan karena tidak memiliki uang (pasien delay) dan terkendala untuk mengakses fasilitas kesehatan (provider delay) seperti tidak ada rumah sakit khusus dengan peralatan mammografi dan tenaga medis, terutama bagi penderita yang berdomisili di pelosok. Tidak mendapat dukungan keluarga, sahabat, serta beragam aspek lainnya.
WanitaIndonesia.co :
Ibu dan beberapa founder YKPI lainnya telah menggagas banyak program untuk mensejahterakan penderita, penyintas juga mendukung program
pemerintah dengan turut berkolaborasi.
Apa harapan ibu dengan keberadaan YKPI?
Linda Agum Gumelar :
Tertegun sejenak, kemudian dengan suara lirih ia menyampaikan, “YKPI sebagai organisasi nirlaba, mitra pemerintah dalam kegiatan penyuluhan dan penanggulangan kanker payudara di Indonesia.Kami melakukan inisiasi, serta membantu memfasilitasi pasien dan penyintas kanker payudara agar dapat mengakses faskes, mendapatkan informasi yang benar secara komprehensif.
Tujuannya agar penderita dan penyintas dapat hidup secara normal, tanpa terkendala stigma atau apapun itu. Kami mengajak Wanita Indonesia yang sehat, penderita, serta penyintas kanker payudara untuk bergabung bersama YKPI. Mereka dapat menjadi agen perubahan dan Srikandi terdepan yang dapat menjangkau masyarakat secara luas di lingkungannya masing-masing untuk mensosialisasikan, serta mendorong wanita melaksanakan SADARI dan SADANIS.
Salah satu kunci keberhasilan program YKPI kuncinya ada pada upaya – upaya yang telah dilakukan masyarakat, khususnya penderita dan penyintas yang tak kenal putus asa untuk terus berjuang agar dapat sembuh.
Kelak, kami ingin melihat penderita kanker payudara dapat terdeteksi sejak dini dan langsung mendapatkan penanganan medis guna menekan angka kematian yang masih sangat tinggi. Sejatinya penyakit kanker payudara tidak dapat hilang, namun bisa diminimalisir angka kematiannya dengan SADARI dan SADANIS. Menyontoh negara Jepang, penderita kanker payudara di sana terbilang tinggi,namun angka kematiannya relatif kecil karena mindset Wanita Jepang yang lebih peduli.
Bersyukur ketika upaya yang telah kami lakukan secara organisasi, maupun kolaborasi dengan pihak yang berkompeten, serta pemangku kepentingan diapresiasi oleh pemerintah dengan penghargaan. Bagi kami penghargaan itu esensinya bila Wanita Indonesia sadar, peduli dan mau bergerak sebagai agen perubahan untuk melawan kanker payudara untuk menekan prevelensi angka kematian, dengan melakukan SADARI dan SADANIS dalam rangka Menuju 0 Penemuan Kanker Payudara Stadium Lanjut.
WanitaIndonesia.co :
Tentunya banyak program yang dihadirkan oleh YKPI untuk mensosialisasikan pencegahan kanker payudara melalui SADARI, serta ragam inovasi dan kreativitas untuk keberhasilan visi-misi. Apa saja program yang bisa di highlights dari YKPI?
Linda Agum Gumelar :
Ada banyak program yang dibuat, yang kesemuanya mengacu kepada kebutuhan bagi penderita dan penyintas kanker payudara yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Layanan mobil Mammografi merupakan upaya YKPI melakukan skrining, serta deteksi pada orang yang sehat untuk mencegah timbulnya kanker payudara. Pemeriksaan ini telah menjangkau puluhan ribu orang yang umumnya berasal dari ekonomi tak mampu. Ini kami lakukan secara cuma-cuma yang jangkauan di wilayah Jabodetabek dan di luar wilayah tersebut. Selain melakukan pemeriksaan mammografi kami juga melakukan penyuluhan ikhwal kanker payudara.

Kami juga melakukan pelatihan bagi pendamping penderita kanker payudara bersertifikasi internasional dari TUV Rheinland. Para pendamping nantinya akan membantu pasien dan keluarganya, untuk lebih memahami cara menghadapi kondisi pasien yang emosinya tidak stabil, agar terus semangat melakukan rangkaian pengobatan.
Melatih para dokter dan juru rawat untuk melakukan SADARI sehingga nantinya bisa diimplementasikan ke masyarakat di lingkungan masing-masing.
Juga menyediakan rumah singgah bagi pasien yang kurang mampu, serta masih banyak upaya lainnya.
WanitaIndonesia.co :
Apa Harapan Ibu dengan Kolaborasi bersama pemerintah dan Charm?
Linda Agum Gumelar :
Muncul kesadaran masyarakat khususnya buat anak-anak muda, karena mereka merupakan generasi penerus yang menjadi kunci keberhasilan program ‘Ayo SADARI Setelah Menstruasi’. Mereka ini nanti yang risiko terpaparnya jauh lebih besar saat memasuki usia 40 tahun.
Kolaborasi YKPI bersama Charm telah memasuki tahun ke dua, yang mana pada tahun kedua ini jangkauannya diperluas dengan menggandeng pemerintah, kami semua tentunya berharap kolaborasi tiga pihak ini bisa memberi dampak yang lebih masif lagi.
Bagi masyarakat Indonesia dapat mendukung kami dalam mensosialisasikan SADARI dan SADANIS di lingkungannya masing-masing, dan menyalurkan donasi demi keberlanjutan sejumlah program sosial. YKPI. Sejauh ini kami menggalang dana dengan mendesain pin, serta menjualnya untuk layanan mammografi
“Ayo, Kita Saling Jaga, Saling Peduli”. (RP).