Kids Biennale Indonesia Lawan Kekerasan dan Diskriminasi Anak Lewat Energi Kreatif Berkesenian

Ki-ka : Ir. FB. Didiek Santosa, Perencana Ahli Madya Pada Asdep Perlindungan Khusus Anak, Gie Sanjaya, Ketua Yayasan Kids Biennale Indonesia dan Kurator, Cornelia Agatha S.H., M.H., Ketua Kommas Perlindungan Anak DKI Jakarta. Foto : WanitaIndonesia.co

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Seni bisa dijadikan media untuk menjembatani terciptanya kesejahteraan pada anak Indonesia yang rentan mengalami kekerasan.

Inisiasi kreatif ini digaungkan oleh Yayasan Kids Biennale Indonesia yang melihat sudut pandang bahwa seni berperan dalam membantu mengentaskan tiga permasalahan dosa besar di bidang Pendidikan. Merujuk dari Mendikbud Nadiem Makarim menyebut tiga dosa besar pendidikan berupa kekerasan seksual, perundungan (kekerasan), serta intoleransi.

Ketua Yayasan Kids Biennale Gie Sanjaya menyampaikan, “Dasar pembentukan Yayasan ini adalah untuk merayakan kreativitas dan ekspresi Generasi Muda. Lewat Seni mereka diajak belajar menghargai keindahan, memahami emosi, serta mengembangkan empati yang kelak berguna sebagai dasar mereka menjadi agen perubahan. ”

Gie melanjutkan, “Sebagai generasi senior, kami memiliki kepedulian untuk turut berkontribusi, ikut melawan kekerasan, serta diskriminasi pada anak. Melalui Alternatif Space dan Edukasi kami menyelenggarakan Pameran bertema “Speak Up” untuk melawan kekerasan seksual pada anak, dan remaja. ”

“Barometer keberhasilan pameran, selain mereka menjadi lebih mampu mengapresiasi seni, dan budaya, serta merangsang kreativitas. Anak-anak, dan remaja menjadi pribadi kritis dalam
memahami inti permasalahan mereka, “imbuh Gie.

“Berani berbicara, serta sangat antusias diajak berdiskusi untuk mencari solusi praktis yang bisa dipraktikkan bagi diri, serta inner circle mereka tentunya dibingkai lewat kesenian. Kesemuanya itu menjadi tolak ukur bagi mereka untuk menjadi agen perubahan, “imbuh wanita yang berprofesi sebagai kurator.

Foto : Istimewa.

Seni, Kasih Sayang = Kekuatan Besar Perubahan

Acara peresmian Yayasan diikuti oleh rangkaian acara menarik seperti Road To Kids Biennale Indonesia. Turut hadir mengapresiasi Ketua Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta Cornelia Agatha, S.H., M.H., dan Perencana Ahli Madya Pada Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ir. FB. Didiek Santosa.

Cornelia menyambut baik inisiasi, serta kiprah Kids Biennale. “Percaya seni, dan kasih sayang memiliki kekuatan besar bagi perubahan. Saya berharap Kids Biennale dapat menjadi platform bagi perubahan bersama. Wadah bagi anak-anak, dan remaja untuk menemukan suara mereka. Bisa mengekspresikan diri secara bebas, serta tumbuh menjadi individu kreatif, percaya diri, serta berempati penuh cinta dan kasih.”

Salah satu anak yang terlibat pada
pameran “Speak Up 2 : On bullying and Intolerance”
Foto : Istimewa.

Ir. Didiek menambahkan, “Seni, dan Budaya merupakan salah satu cara ampuh bagi perlindungan anak Indonesia. Lewat ekspresi kreatif mereka dapat menemukan suara mereka, mengatasi trauma, serta membangun masa depan yang lebih cerah. Kids Biennale Indonesia merupakan langkah penting dalam menciptakan ruang aman bagi anak-anak Indonesia untuk berkembang jadi agen perubahan.

Gie melanjutkan, “Berpedoman pada kesuksesan penyelenggaraan event perdana tahun lalu, kian memicu semangat kami untuk mewadahi energi kreatif, sembari lantang menyeruakan ketiga dosa besar tersebut lewat seni melalui Kids Biennale.”

“Berfokus pada kegiatan pameran seni, dan budaya
khusus anak-anak dan remaja. Bergerak pada seni kontemporer berskala besar, nirlaba, yang berorientasi pada masyarakat Indonesia, mampu berkolaborasi di kancah Nasional, dan Internasional masa depan, “terang Gie.

Foto : Istimewa.

Agenda Pameran 20 Juli – 10 Agustus

Pameran diselenggarakan dua tahun sekali dengan menghadirkan partisipasi praktik seni modern, serta aktivitas publik intelektual, dan budaya dalam menanggapi isu-isu relevan.
Pameran juga menjadi platform bagi anak-anak, dan remaja untuk menggairahkan minat pada seni, budaya. Turut berpartisipasi, dan inklusi. Merangsang kreativitas, pengembangan emosional, dan sosial, serta memberikan pengalaman seni yang beragam.

“Obsesi kami sederhana ingin anak-anak, serta remaja diberikan ruang untuk memamerkan ragam karya mereka baik itu lukisan, kolase, video, game patung yang menjadi dasar program “Speak Up 2: On bullying and Intolerance, “pungkas Gie.

Event sangat spesial karena menampilkan karya anak, dan remaja berkebutuhan khusus, difabel, neurodiversity berusia 6-17 tahun. Selain sebagian peserta pameran merupakan penyintas perundungan dan intoleransi.

Berlangsung 20 Juli – 10 Agustus 2024, Creative Indonesia (Neha Hub), Cilandak Tengah No. 11 A Jakarta Selatan menjadi saksi, serta asa dari potensi seni mereka yang mumpuni, lewat beragam karya unik nan mengagumkan.

Kids Biennale Indonesia mengajak semua pihak, para orang tua, guru, seniman, serta masyarakat umum, untuk mendukung, dan berpartisipasi dalam biennale. Bersama pasti lebih bisa dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas, ekspresi, dan pertumbuhan generasi muda Indonesia yang andal, serta membanggakan.

Adapun komitmennya memberikan kesempatan belajar tentang seni, budaya, serta isu sosial. Mengembangkan keterampilan emosional, dan sosial lewat ekspresi kreatif, serta meningkatkan aksesibilitas seni bagi anak-anak, dan remaja dari berbagai kalangan.