Site icon Wanita Indonesia

Kiat Tasya Kamila Rawat Planet Bumi dengan Manajemen Sampah

Tasya Kamila bersama keluarga kecilnya 'Rawat Planet Bumi' Foto : Istimewa.

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Tasya Karmila pekerja seni, IRT, Enthusiast lingkungan punya cara merawat Bumi dengan praktikkan manajemen sampah.

Hadir memberikan dukungan pada peluncuran 3 produk inovatif Uni-Charm berbahan Bio Material yang ramah lingkungan, Tasya berbagi kiat, serta ajak masyarakat melakukan kebaikan kecil

Ia mengapresiasi, senang karena brand favorit keluarganya ini memiliki kepedulian nyata untuk menjaga hidup berkelanjutan lewat produk inovatif, terbaru edisi terbatas.

Dalam kesibukan sebagai IRT dan pekerja seni, Tasya menjadi pribadi istimewa karena memiliki kepedulian atas sejumlah isu lingkungan. Lewat media sosial miliknya, Ibu dari Arrasya, dan Shafanina ini kerap membagikan tulisan
tentang kerusakan lingkungan yang berdampak terjadinya cuaca ekstrem tak ramah.

Musibah banjir, tanah longsor, kebakaran hutan.
Walau bukan pakar, ia merasa terpanggil untuk bicara, lantang menyerukan kepada pengikutnya himbauan, serta ajakan. Juga melakukan langkah kecil dalam upaya merawat planet Bumi.

Ihwal pentingnya hidup berkelanjutan menurut Tasya harus dimulai dari setiap rumah, individu, serta kelompok masyarakat. Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh setiap individu dalam menjalankan gaya hidup hijau.

Tasya membiasakan diri, serta keluarga diet plastik. Saat bepergian mereka terbiasa membawa kantung belanjaan, wadah makanan, hingga thumbler wadah air. Walau tak belanja, maupun jajan ia siaga, untuk berjaga-jaga saja.

Pun di rumah, kebiasaan merawat planet Bumi berlanjut dengan memilah sampah organik, dan bukan organik. Ada beberapa wadah sampah yang disiapkannya untuk memudahkan tugas memilah untuk anaknya Arrasya. Kian mudah dengan dibantu oleh asisten rumah tangga.

Sampah organik atau sampah basah merupakan sisa siangan ikan, sayuran, cangkang telur, maupun sisa makanan harian dimasukkan ke dalam wadah tertutup. Dan hanya bisa disimpan dalam durasi singkat, dikarenakan cemaran bau. Beda dengan sampah bukan organik seperti botol plastik, kaleng yang bisa disimpan lebih lama.

Edufan buah hati dan inner cyrcle-nya lewat goodie bag bibit tanaman
Foto : Istimewa.

Lakukan Komposter, Katakan Tidak untuk Food Loss, Food Waste

Soal sisa makanan, Tasya bijak untuk tak sering memproduksi sampah makanan terlebih dalam. jumlah besar.
Sampah makanan bisa berasal dari bahan makanan yang belum sempat diolah tapi sudah rusak seperti sayuran, daging dikenal dengan istilah food loss. Sedangkan food waste merupakan sisa makanan yang tak layak makan seperti basi,

Agar tak memproduksi sampah makanan Tasya bersama asisten rumah tangga hanya memasak untuk sekali makan,
agar tak bersisa, serta harus dipanaskan berulang. Food Loss dan Food Waste merupakan penyumbang terbesar sampah di Indonesia, selain sampah fesyen, dan sampah plastik dari plastik kemasan, kantung belanja, maupun styrofoam.

Sampah organik diolah menjadi kompos lewat komposter. Komposter cocok dilakukan buat keluarga yang memiliki halaman rumah terbatas.
Komposter merupakan cara pengolahan sampah organik menjadi kompos dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme pengurai seperti bakteri, jamur, serta serangga.
Diakui, tak seratus persen sampah organik mampu diolahnya menjadi kompos.

Solusinya, ia memasak untuk sekali makan, tak berbelanja bahan pangan yang mudah rusak seperti sayur-mayur dalam jumlah banyak. Serta memastikan makanan berlebih telah dibagikan ke orang terdekat.

Treatment sampah kimia yang berasal dari kemasan deterjen, baterai, kabel charger memerlukan perlakuan khusus karena mengandung zat kimia aktif. Biasanya dimasukkan ke dalam wadah kedap udara, serta tak disimpan dalam waktu lama.

Sampah yang telah dipilah, dan jumlahnya cukup banyak, kemudian akan disetorkan ke Bank Sampah. Kalau dibuang ke tong sampah di rumanya, takut diacak-acak pemulung, dan akan bercampur kembali.

Kebetulan jarak rumah dengan Bank Sampah tak terlalu. Ada kepuasan tersendiri saat aku nembawa sampah-sampah itu karena bisa menjadi bagian dari edukasi, serta charity.
Saat terkendala waktu, ia tak sungkan mengakses layanan jemput sampah lewat sejumlah penyedia layanan.

Kekinian, menurut isteri dari Randi Bachtiar, memilah sampah lebih mudah, praktis di masa sekarang, dikarenakan banyaknya layanan seperti Bank Sampah, jemput sampah. Yang susah itu justru menumbuhkan kesadaran, niat, serta upaya nyata.

Di awal memilah sampah, sempat merasa bosan, serta malas. Selain kondisi rumah terlihat jadi tak rapi. Berkat dukungan asisten rumah tangga, serta menyadari dampak yang serius, serta masif bagi kehidupan,
rasa malas, serta bosan bisa dienyahkan.

Taktik Tasya Berkelit dari Cemaran Mikroplastik

Saat ditanya cemaran mikroplastik yang membuat wajah bangsa kembali disorot dunia, Tasya mengaku prihatin. Sebagai ibu aku mengetahui hal tersebut lewat hasil penelitian para ahli lingkungan yang dipublikasikan.
Daratan, sungai, hingga lautan telah terkontaminasi oleh limbah plastik.

Mikroplastik merupakan serpihan plastik berukuran sangat kecil,kurang dari 4,8 milimeter, merupakan limbah berbahaya karena mengandung zat kimia PCB. Asalnya dari timbunan sampah plastik seperti kantung kresek, plastik kemasan, sedotan, hingga styrofoam.

Cemaran bahan kimia berbahaya tersebut telah menjadi bagian dari rantai makanan lewat bahan pangan seperti ikan, kerang, udang, sayuran, serta minuman kemasan.

Menurut Tasya upaya yang harus segera dilakukan adalah membentengi diri dari bahan pangan yang diduga terkontaminasi mikroplastik. Selain penting melakukan manajemen sampah dari rumah, diet plastik, styrofoam, serta hanya membeli produk-produk ramah lingkungan.

Kehadiranku di acara peluncuran produk Unicharm yang menggunakan Bio
Material ramah lingkungan merupakan bentuk kepedulian akan hidup berkelanjutan.

“Aku bukan orang yang tepat untuk melarang mengonsumsi pangan tercemar tersebut dikarenakan bukan ahlinya. Tapi sebagai ibu, Enthusiast lingkungan aku akan selalu mengingatkan agar lebih peduli, berhati-hati, serta mau memilah, serta memilih bahan pangan yang sehat, “ujar Tasya.

“Buat keluarga, aku jadi lebih selektif dengan memilah, serta memilih bahan pangan. Salah satunya mengonsumsi bahan pangan organik. Halaman rumah, aku jadikan kebun mini yang ditanami dengan aneka sayuran. Selain
rutin berkonsultasi ke pakar nutrisi, dokter soal menu untuk menjaga imun booster, “imbuh Tasya.

Ia menegaskan, selain melakukan tindakan preventif, tentunya butuh edukasi masif berkelanjutan ihwal cemaran mikroplastik di Indonesia. Harus sampai, serta mengena ke akar rumput, dikarenakan mereka menjadi agen perubahan terbesar di Indonesia.

Tasya menyarankan, untuk menarik minat, biasakan untuk memulai dari rumah tangga masing-masing dengan menyasar ke anak-anak. Mereka mudah mempelajari, mencerna, serta mempraktikkan kebaikan dari orang tuanya langsung seperti praktik merawat Bumi.

Tasya melanjutkan, “Saat anaknya ulang tahun, Tasya dan suami mencoba mengedukasi inner cyrcle anaknya untuk merawat Bumi dengan edutainment bertanam. Selain memberikan goodie bag berupa makanan ringan, juga hadiah berisi bibit tanaman sayur beserta perlengkapan berkebun.

“Ternyata teman-teman Arrasya sangat antusias. Mereka jadi memiliki pengalaman baru berkebun di rumahnya masing-masing. Kian seru saat di group, anak-anak menceritakan, up-load foto progres bibit yang mereka tanam.
Dari penyemaian bibit, saat merawat, hingga melihat pohon kesayangan mereka berbuah. Wah sangat menyenangkan tentunya, “pungkas Tasya.

Exit mobile version