Kementerian Kebudayaan RI Dan GEK-IND Gelar Tribute Penyanyi Era 60 an

Kementerian Kebudayaan RI Dan GEK-IND Gelar Tribute Penyanyi Era 60 an.

WanitaIndonesia.co – Kementerian Kebudayaan RI bersama Gerakan Estafet Kebudayaan (GEK-IND) menyelenggarakan acara penghormatan bagi penyanyi legendaris era 60-70an pada 24 November 2024 di Auditorium Kementerian Kebudayaan RI.

Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan, Dr. Fadli Zon, M.Sc., mengajak generasi muda untuk mengenang dan menghargai perjuangan para seniman legendaris yang telah berkontribusi besar bagi budaya Indonesia.

Acara ini dihadiri oleh sejumlah penyanyi dan musisi ternama, seperti Ernie Johan, Titiek Sandhora, Muchsin Alatas, Titiek Hamzah, serta Julius Sitanggang. Hadir pula Wakil Menteri H. Giring, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Dr. Abdul Mukti, M.Ed., serta perwakilan Kantor Kepresidenan Yovie Widianto dan Raffi Ahmad.

Dengan tema “Estafet Kebudayaan”, acara ini diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan bersama Gerakan Pemberdayaan Seniman yang dipimpin oleh Neno Warisman.

“Kita berharap mereka yang menjadi legenda di era 60-an hingga 80-an memberikan banyak inspirasi dan memori indah dalam perjalanan jutaan orang, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di panggung dunia,” ujar Fadli Zon dalam pidatonya.

Tribute ini juga menjadi langkah awal untuk memberikan penghargaan lebih luas kepada para seniman legendaris, tidak hanya dari kalangan penyanyi, tetapi juga dari berbagai bidang seni lainnya.

Fadli Zon menegaskan bahwa Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan para seniman, penyanyi, dan musisi, baik yang telah berjaya di masanya maupun yang masih aktif hingga kini.

“Kami ingin menghadirkan nostalgia yang bermakna, sekaligus menyampaikan nilai-nilai perjuangan seni budaya kepada generasi muda,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan tantangan yang dihadapi seniman di masa lalu, di mana keterbatasan teknologi dan ekonomi tidak menghalangi mereka menghasilkan karya yang menjadi identitas bangsa.

“Pada era itu, masyarakat hanya bisa menikmati seni melalui media terbatas seperti radio atau televisi yang hanya dimiliki orang tertentu saja kalaupun ada piringan hitam salah satu alat untuk mendengarkan lagu yang diputar. Berbeda dengan sekarang, ketika akses digital memberikan kemudahan luar biasa,” tambah Fadli Zon.

Kementerian Kebudayaan berencana melibatkan para seniman legendaris dalam berbagai platform penghargaan di masa depan. Mereka juga diharapkan dapat menjadi inspirasi dan mentor bagi generasi muda.

“Kita harus memberikan ruang kepada mereka untuk berbagi pengalaman dan nilai perjuangan masa lalu yang sangat relevan untuk dipelajari,” kata Fadli Zon.

Neno Warisman, sebagai penggagas Gerakan Pemberdayaan Seniman, turut memberikan apresiasi atas inisiatif ini. “Seniman legendaris adalah penjaga memori kolektif bangsa, dan ini adalah upaya untuk memastikan warisan mereka tetap hidup,” ujarnya.

Acara yang digelar di Jakarta, Selasa (26/12) ini diharapkan menjadi titik awal berbagai inisiatif kebudayaan lainnya, menjadikan seni sebagai penghubung antargenerasi sekaligus sarana untuk melanjutkan warisan budaya bangsa.