Site icon Wanita Indonesia

Kekuatan Hati Atlet Para-Powerlifting Ni Nengah Widiasih

Para-Powerlifting Ni Nengah Widiasih
wanitaindonesia.co – Indonesia gegap gempita ketika berhasil meraih medali pertama dalam Paralimpiade Tokyo 2020. Atlet peraih medali pertama untuk Indonesia tersebut adalah Ni Nengah Widiasih yang menyabet medali perak setelah berada di urutan kedua dalam pertandingan di Tokyo International Forum. Bertanding di kelas 41 kg putri, atlet yang akrab disapa Widi itu mencatatkan angkatan terbaik 98 kg. Widi berada di bawah Guo Lingling (China) yang memecahkan rekor dunia dengan angkatan terbaik 108 kg.

Prestasi Widi meningkat dibandingkan perolehannya pada Olimpiade 2016 Rio de Janeiro lalu ketika ia membukukan angkatan 95kg dan meraih medali perunggu. Selain itu, catatan 98kg juga menjadi rekor terbaiknya dalam kariernya sebagai atlet para-powerlifting kelas 41 kg. Semangat dan kerja kerasnya selama ini telah menjadikan Widi sebagai sosok yang tak bisa di pandang sebelah mata. Kekuatan kedua tangannya kerap kali membuat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang.

Widi lahir di Banjar Bukit, Desa Sukadana, Kabupaten Karangasem, Bali, 12 Desember 1992. Sejak kecil, Widi melakukan semua aktivitasnya dari kursi roda karena kedua kakinya mengalami kelumpuhan. Saat berusia 3 tahun, anak kedua dari empat bersaudara itu didiagnosa mengalami polio, yang menyebabkan kedua kakinya tak berfungsi normal. Sejak saat itu, Widi tak dapat berjalan secara normal dan harus hidup dengan kursi roda. Namun siapa sangka jika hal itu menjadikan sosok Widi sebagai seorang pekerja keras sejak kecil.

Kakak kandungnya Gede Suantaka, seperti yang dilansir dari Kompas.com, mengisahkan perjuangan Widi sejak muda. Ia memilih merantau ke Yogyakarta untuk tinggal di yayasan yang menampung orang-orang difabel. Yayasan itu mengajari Widi berbagai keterampilan agar mandiri dan berdaya. Dua tahun setalahnya, lanjut Suantaka, Widi kemudian kembali ke Bali. Ia tinggal di asrama Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Jimbaran, Bali dan bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Di tempat itu merupakan awal Widi mengenal dan jatuh cinta pada olahraga angkat berat.

Ketertarikan Widi terhadap olahraga angkat berat tak lain berkat sang kakak yang terlebih dulu bergelut di cabang olahraga tersebut. Menurut Suantaka, latihan pertama Widi dilakukan di asrama YPAC Bali dengan alat seadanya. Hingga suatu ketika, Widi, dilihat oleh salah seorang guru SLB B, yang lalu mengajarinya teknik yang benar. Kata Suantaka, Widi harus melalui perjuangan yang tidak mudah. Demi cita-citanya, Widi berusaha menyeimbangkan waktu latihan dan sekolah, sepulang dari sekolah langsung latihan sampai malam.

Kekuatan hatinya membawa Widi menjadi atlet para-powerlifting andalan Indonesia di berbagai kompetisi internasional, termasuk di Paralimpiade Tokyo. Tercatat, Widi telah memperoleh sejumlah medali, mulai dari ajang ASEAN Para Games, World Championship di Dubai, hingga pesta olahraga terbesar di dunia untuk atlet disabilitas, Paralimpiade Rio de Janeiro 2016. (wi)

Exit mobile version