Kala Film ‘Suami Yang Lain Tayang Perdana’ Acha Septriasa Sekeluarga Umroh

Foto : Istimewa.

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Acha dan keluarga bersyukur mendapat limpahan rahmat, karunia, serta nikmat dari Allah SWT.

Saat mawas diri di pergantian Tahun Baru kemarin, ia dan suaminya Vicky Kharisma merasa sebagian besar keinginan mereka telah tercapai. Memiliki keluarga kecil yang Samawa karir bersinar dengan beragam tawaran pekerjaan. Niat memiliki rumah di Australia-pun tercapai. Dari sisi spiritual, mereka sekeluarga kian mendekat ke Rabb-Nya.

Kabar baik dari keluarganya tersebut dibagikan ke WanitaIndonesia.co, saat wawancara intimate dua hari lalu, sebelum pemutaran perdana film Suami Yang Lain, serta perjalanan Umrohnya.

Berfokus kepada iktibar (pembelajaran) yang diambil dari film terbarunya ini, WanitaIndonesia.co
meminta Acha menceritakan, serta berbagi saran seputar kehidupan rumah tangganya yang harmonis, tak terpengaruh oleh riak kehidupan.

Saat memutuskan untuk mengatakan ya, ketika Vicky melamarnya, Acha Septriasa menerapkan ajaran klasik yang mengedepankan aspek Bibit (garis keturunan), Bebet (status sosial), Bobot (kepribadian, pendidikan).
Tak hanya berfokus dari kriteria klasik yang diharapkan dari calon suami, Acha pun harus ‘selesai’ dengan urusan dirinya sendiri. Hal ini penting dalam menjaga hubungan yang harmonis di dalam rumah tangganya.

Karenanya, Acha senantiasa berpesan ketika masih sendiri, jadilah sosok yang bebas merdeka, mandiri dengan melakukan hal-hal terbaik. Karena setelah berumah tangga, para wanita harus berbagi ruang, dan waktu untuk suami, serta anak-anak. Ini menjadi tantangan terbesar bagi para istri.
Walau ada anjuran me time, sejatinya peran mulia istri, dan ibu itu senantiasa hadir di hati, serta pikiran yang fokusnya senantiasa ke keluarga. Ini merupakan bentuk tanggung jawab, serta pengabdian.

Acha menceritakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangganya, mereka melakukan komunikasi intens, serta bonding berkualitas di tengah kesibukan.
Saat diminta Vicky untuk menjadi istrinya, serta menetap di Sydney-Australia, suaminya berpikir bahwa Acha akan terus berada disisinya, terlebih saat mereka dikaruniai buah hati cantik menggemaskan Brigdia Kalian Kharisma (Brigdia).

Ternyata tawaran pekerjaan itu tetap ada. Sebagai suami yang mencintai keluarganya dengan tulus,
Vicky tak pernah melarang Acha menerima tawaran pekerjaan.
“Suamiku sadar, bahwa istrinya memiliki passion, serta kecintaan pada dunia seni peran, serta masih dibutuhkan. Agar dapat menjalani peran yang selaras, aku dan Vicky sepakat untuk mengatur waktu kerja. Salah satunya lebih selektif menerima peran, pembagian waktu yang baku seperti tak shooting terus-menerus,
namun dijeda seperti 30 hari shooting, 30 hari istirahat, kembali ke keluarga, “ujar Acha.

Komunikasi, bonding, agama kiat Acha-Vicky Samawa. Foto : Istimewa.

Komunikasi Intens, Bonding Berkualitas

Setelah menyelesaikan shooting film dengan genre horor “Aku Tahu Kapan Kamu Mati” datang tawaran lain yang tak kalah menantang “Dengan Suami Lain”. Waktu itu Acha masih berada di Jakarta.
Muncul tantangan karena ia berperan sebagai istri yang selingkuh, ada hal yang tak elok karena Acha harus memerankan adegan intim dengan dua orang pria lawan mainnya.

“Wooow, ini merupakan
Peer terberat, bagaimana caranya aku mendapat izin suami dengan melakukan komunikasi yang tepat. Prosesnya memakan waktu, menguras emosi aku dan suamiku. Agar diijinkan aku harus cari cara dong, “kata Acha.

Mengambil waktu saat di rumah, ketika ia dalam keadaan rileks.
“Awalnya aku spil tipis-tipis tentang tawaran peran di film terbaru itu. Aku hanya memberikan sinopsis yang tak utuh. Reaksi suamiku kaget,
lha kok bisa ada tawaran peran seperti ini?, keluhnya. Hari berganti, ia bergeming, tak mengatakan iya atau tidak. Kala itu aku berpikir apa ia lupa ya?, mengingat kesibukannya.
Hingga suatu hari ia meminta sinopsisnya secara utuh. Selesai dibaca, suamiku shock. Butuh waktu untuk mendapatkan ijin itu, diantaranya melalui diskusi panjang seputar peranku, “terang Acha.

Walau setuju, Acha tahu muncul pergolakan batin dalam diri suaminya. Dua bulan menjadi waktu yang panjang, mengaduk-aduk emosi, serta perasaan dikarenakan suaminya bukanlah orang yang memiliki latar belakang sebagai pekerja seni. Pun dengan inner cyrcle-nya. Muncul perasaan khawatir, prasangka, serta tabu yang menjadi rambu dalam tatanan kehidupan di keluarganya.

Melihat kepercayaan, serta ketulusan suami, Acha berkomitmen untuk menjaga marwahnya, serta keluarga. Diantaranya untuk tak mengulang adegan intim dengan memaksimalkan peran saat berakting. Serta saat adegan tersebut diambil, hanya boleh disaksikan oleh crew yang bertugas, serta hal-hal penting lainnya yang dibahas detil. Bersyukur produser, sutradara, serta lawan mainnya setuju.

Sebagai pekerja seni Acha berkeinginan agar pesan di setiap film yang ia perankan sampai ke penonton. Menarget pasangan muda yang berencana akan menikah, maupun yang telah menikah, atau keluarga yang mengalami kisah yang sama, semuanya wajib menonton Suami Yang Lain.
Ini menjadi proses panjang dari perjalanan karirnya sebagai pekerja seni, tanggung jawab profesi, serta kiprah seorang istri.

Acha dan Bridgia, bersyukur dianugerahi buah hati cerdas, tambatan hati. Foto : Istimewa.

Acha-Vicky Konsen Pendidikan Agama Buah Hati

Pernikahan Acha dengan Vicky telah dikaruniai permata hati nan cantik Bridgia Kalian Kharisma (Bridgia) yang lahir 21September 2017.
Bridgia merupakan putri yang hebat, sportif,
memiliki kecerdasan yang membanggakan.

Saat peluncuran Film Suami Yang Lain 4 Januari, Acha sekeluarga bertolak dari Australia ke Makkah untuk melaksanakan ibadah Umroh. Ini menjadi bagian dari perjalanan kehidupan spiritualnya, sekaligus ungkapan rasa syukur karena telah mendapatkan limpahan rahmat, serta nikmat dari -Nya. Doa terbaik akan dipanjatkan, serta resolusi akan dikuatkan bagi kehidupan keluarga kecilnya, serta keluarga besar mereka berdua.

Membersamai perjalanan Umroh, Acha mengajak putri tercinta Brigdia untuk mengenal, mendekat ke rumah Allah.
Kami ingin anak ini mengenal Tuhan, melalui praktik ibadah. Saat bermukim di Sydney pembelajaran agama untuknya agak terkendala dikarenaksn beragam sebab. Sulit mencari sekolah, serta guru agama yang dapat memberikan bimbingan
buat Bridgia.

Sebagai ibu aku berperan untuk membentuk karakter dirinya menjadi muslimah sejati. Pelajaran dasar berupa tata cara shalat 5 waktu aku perkenalkan di rumah, berbarengan saat aku menunaikan shalat. Proses ini melatih kesabaranku, mengingat usia Brigdia masih kecil. Ia kerap menanyakan secara berulang, serta banyak hal lain yang dilihat, serta dipraktikannya.

Ia menanyakan mengapa anggota tubuh tertentu wajib dibasuh air sebanyak 3 kali. Kalau airnya gak ada, wudhunya gimana Ma? bisa digantikan dengan apa, serta hal-hal lainnya yang membutuhkan perhatian, serta antusiasku dalam menjawab semua pertanyaannya.
Aku melakukan komunikasi dua arah, memilih kata lalu merangkai menjadi sebuah kalimat yang mudah dicerna olehnya.

Terkadang perasaan sabarku diuji, manakala ia minta shalat setelah aku selesai beribadah. Tentunya aku harus mengulang kembali ritual berwudhu, lalu shalat bersamanya. Dalam keadaan lelah, serta mengantuk aku berusaha sabar, tak marah ke dirinya. Tapi sebagai ibu, aku bertanggung jawab penuh untuk mengajarkan tata cara sholat yang benar.

“Aku bilang begini, kalau sudah azan apapun aktivitas yang sedang kita lakukan, kita harus berhenti, kemudian menjawab panggilan azan dengan mengulangnya, dan seterusnya.
Sholat itu harus tepat waktu setelah azan dikumandangkan ya nak. “Ia mengangguk setuju, tapi ke depan hal serupa terulang kembali. Hal ini menjadi pembelajaran berharga bagiku untuk senantiasa menyertakan rasa sabar dalam mendidik buah hatiku ini, “jelas Acha.

Minat, serta keinginan tahuan-nya sangat besar.
Untuk sebuah rukun shalat saja, dia bisa bertanya berkali-kali. Usai dijawab yang satu, lalu dia akan bertanya yang lain. Rasa ingin tahu yang besar, serta tingkat kecerdasannya itu membuatku terharu,
bangga, serta tentunya senang bahwa Brigdia merupakan anak yang cerdas. Bahkan menurutku sikapnya ini terlalu baik untuk seorang anak.

“Bayangkan, dalam perjalanan panjang Australia – Jakarta, ia duduk tenang, tak berisik, serta tahu menempatkan diri. Pun saat aku shooting, ia tinggal, serta diasuh ibuku. Saat break, aku rutin telepon menanyakan keadaannya. Ibuku bilang dia tetap menyenangkan. Semuanya serba teratur, termasuk saat makan, bermain dan waktu tidurnya. Ya Allah, Alhamdulillah untuk anugerah terindah yang telah Engkau berikan dalam hidupku, “ungkap Acha mengharu-biru.

Usai pulang beribadah Umroh aku berniat untuk mencarikan guru agama yang dapat membimbingnya secara intens, karena kami ingin Brigdia tumbuh menjadi anak dengan kecerdasan spiritual yang baik.

Saat promosi film Suami Yang Lain, kami terbang ke Jakarta. Aku banyak mendapat pertanyaan dari penonton, fans seputar upaya menjaga hubungan yang harmoni dengan suami agar tak senasib dengan tokoh Olivia.
Acha menceritakan dalam keseharian di keluargaku, komunikasi menjadi yang utama. Aku rutin menanyakan kabar suami, soal pekerjaan walau tak detil, serta memberikan apresiasi terhadap pencapaian yang diperolehnya.

“Saat berkomunikasi aku tinggalkan sejenak gadget, melakukan secara dua arah. Terkadang sambil merapikan pakaiannya, atau melakukan hal-hal kecil lain yang membuatnya merasa hadir, nyaman, serta dihargai olehku. Penting saat berkomunikasi untuk melakukan kontak mata, tersenyum, serta melakukan sentuhan kecil, “pungkas Acha. (RP).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini