Kala Desainer Visioner Paris Menerjemahkan “Recrafted A New Vision” Lewat Sentuhan Couture

Jude Ferrari tawarkan persefektif baru gaya koboi yang tak biasa sentuhan couture Foto : Istimewa.

Wanitaindonesia.co, Jakarta – Mode menjadi ‘bahasa’ yang mudah dimengerti oleh masyarakat dunia khususnya lewat peran talenta muda berbakat.

Hal inilah yang dipertontonkan oleh generasi muda mewakili kota Paris sebagai fashion desainer ternama, yang memiliki kesamaan visi dalam mengolah seni budaya menjadi produk baru serta menarik.

Hadir show spesial “La Nouvelle Ecriture” yang digawangi oleh desainer muda Prancis yang memiliki pengaruh kuat dalam industri mode Eropa
Jude Ferrari, Louise Marcaud, dan Solene Lescouet.
Show di malam minggu kian istimewa serta memancarkan romansanya di Runway JF3 Fashion Festival, di La Piazza Fashion Tent, Summmarecon Mall Kelapa Gading.

3 desainer muda visioner asal Prancis menerjemahkan “Recrafted A New Vision” lewat kekuatan desain personal dengan sentuhan couture. Penonton terpukau dengan keseluruhan look yang ditampilkan oleh para talenta muda Prancis, yang memiliki karakter kuat, inovasi serta sentuhan artistik.

Rodeo padukan detil berani, dan siluet halus.
Foto : Istimewa.

Panggung JF3 dimulai dengan tampilan koleksi Rodeo – nya Jude Ferrari. Parisien cantik ini menghadirkan eksplorasi estetika, antara semangat koboi Texas dengan derap wanita masa kini. Lewat brandnya Maison J. Simone, alumni Central Saint Martins mendefinisikan kembali arti feminitas lewat couture yang penuh permainan.

Baca Juga :  Armine Ohanyan in JF3 "From Paris to Jakarta With Love"

Nyata terlihat dari siluet yang berani, dipadukan detil terlihat sangat halus. Koleksi ini didedikasikan sebagai perayaan individualitas, kepercayaan diri serta kejutan yang menyenangkan.

“Hmmm, hasilnya sangat istimewa. Busana ditujukan dengan statment untuk perempuan yang memiliki niat kuat serta memiliki keberanian, hadir dengan sentuhan pemberontakan.

Kilas balik Rodeo, Jude mengaku terinspirasi oleh ketegangan masyarakat urban serta spirit klasik wild west. Mempertemukan dunia yang bertolak belakang, Rodeo Texas, dan Rodeo Urban.

Bicara siluet, desainer yang terlihat sangat humble ini memiliki jam terbang tinggi lewat pengalaman bekerja di sejumlah rumah mode bergengsi Paris, dan Jepang.

Louise Marcaud hadirkan koleksi bergerak bersama tubuh ‘Retrograde’. Foto : Istimewa.

Koleksi Rodeo menghadirkan 20 look, dengan siluet terinspirasi dari gaya koboi seperti rumbai, kulit terkesan lawas serta sepatu bot lancip.

Kesemuanya itu dipadukan dengan pengendara motor yang lekat dengan jalan beraspal, gedung serta deru kendaraan lewat volume berani. Kain yang digunakan merupakan penggabungan keunggulan serta fungsi seperti denim mentah, suede, rajutan mesh, dan jersey teknis.

Last but not least dari kisah heroik koboi tanpa pelana, Jude menyelipkan pesan bahwa koboi kerap terjatuh tapi memiliki semangat untuk bangkit kembali. Ini merupakan ode bagi semangat, keberanian, dan gaya.

Baca Juga :  Pikat Busana Desainer Indonesia - Perancis "PINTU Participants X Ecole Duperre"
Koleksi Louise Marcaud identik dengan DNA deonstructed, ekspresif, dan tahan lama.
Foto : Istimewa.

From Paris to Jakarta with LOVE

Menyusul koleksi berikutnya dari yang menampilkan “Retrograde”, terinspirasi oleh Bauhaus.
Lekat dengan garis-garis arsitektural ala Le Corbusier serta tekstur karya Jean Dubuffet. Ia juga berkiblat pada olahraga balap motor, dan sepak bola Amerika.

Hadir perpaduan yang melambangkan kecepatan, benturan serta ketahanan tubuh, yang membentuk dasar visual dari filosofi koleksi ini.

Siluetnya terlihat kokoh namun dinamis. Bahu tegas, volume yang dipahat dengan cermat serta garis-garis bersih berpadu detil subtil, dan gerak yang mengalir. Koleksi Retrograde dikerjakan dengan keahlian tailoring yang khas.

Menggunakan material wol, katun, dan sutra berasal dari stok kain mati (dead stock). Merupakan sisa kain dari industri mode yang tidak digunakan.
Hal ini menyelaraskan dengan aspek hidup berkelanjutan.

Koleksinya ini dikerjakan di Paris, di Atilier yang kesemuanya didedikasikan atas nama cinta, rasa hormat dengan keahlian tangan.

Manifesto Puitis karya desainer eksentrik, eksperimental Solene Lescouet
Foto : Istimewa.

Koleksi Louise Marcaud identik dengan DNA deonstructed, ekspresif, tahan lama. Setiap pakaian merefleksikan gaya bahasa, struktur serta kehadiran yang nyata.
Menurutnya, cara berpakaian akan memperkuat identitas personal yang bisa hadir lewat keindahan serta ketegasan bentuk.

Baca Juga :  Kim Kardashian Sebut Insiden Perampokan di Paris Membekas dan Membuatnya Merasakan Trauma Berat

Yang menarik, usai pagelaran, Louise memberi kesempatan bagi wanita urban Jakarta, untuk memiliki koleksinya. Sebagian koleksi dapat dibeli langsung, selebihnya akan dipasarkan secara online serta akan dirilis kemudian di Bulan September.

Sebagai desainer humble, wanita yang memiliki limpahan energi kreatif ini melayani pesanan custome serta made-to-measure. Khusus buat pelanggan yang menghendaki desain personal.

Menurut Louise selain berfungsi sebagai pelindung tubuh, pakaian harus mengekspresikan keunikan, dan jati diri penggunanya. Spesial untuk perhelatan JF3 Fashion Festival, Louise menghadirkan 20 look yang terdiri dari 50 lembar pakaian.

Karya Solene Lescouet lekat dengan warna serta detail teatrikal
Foto : Istimewa.

Manifesto Puitis karya Solene Lescouet menjadi penutup pagelaran “La Nouvelle Ecriture”.
Ia menghadirkan perpaduan teatrikal serta emosional pada koleksinya yang kompilatif dari empat proyek terakhir Punkettes Attack!, The Tales of Solene, Circus, dan Crimson Lovers 2025. Ini menjadi semacam penanda DNA nya sebagai desainer yang eksentrik, eksperimental namun menggugah emosi.