WanitaIndonesia.co, Jakarta – Indonesia akan menghadapi fenomena meningkatnya jumlah populasi lansia di tahun 2045, jika tak ditangani dengan baik akan berpengaruh pada perekonomian nasional.
Fenomena Ageing Population, akan diikuti oleh penurunan jumlah penduduk muda berusia di bawah 15 tahun. Hal ini akan menyebabkan
menurunnya jumlah berpengaruh terhadap produktivitas laju pertumbuhan ekonomi. Dibutuhkan upaya agar bonus demografi ini tak mematik permasalahan sosial seperti faktor ekonomi, dan kesehatan para lansia.
Kehidupan Lansia di Indonesia termasuk kurang sejahtera. Identik dengan kondisi tubuh yang lemah, sebagian menderita penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, dan stroke. Tentu saja dengan kondisi serba terbatas ini, keseharian mereka jauh dari kata produktif, tak mampu mengurus diri sendiri. Tak aktif bergerak, lebih banyak menghabiskan waktu dengan tirah baring dikarenakan faktor kesehatan.
Aspek penting terkait kesejahteraan, serta kesehatan mental pun
tak kalah memilukan. Keberadaan mereka seolah jadi beban oleh orang terdekat. Faktor lainnya, kurang meratanya bantuan sosial dari Pemerintah kepada lansia, serta sebagian besar bermukim di lingkungan yang tak sehat, tentunya semakin memperburuk derajat kesehatan mereka.
Ihwal kesejahteraan lansia menjadi konsen Pemerintah selaku penanggung jawab utama sesuai amanah Undang-undang. Tak sendiri, didukung para Pemangku Kepentingan, pihak swasta, serta tak kalah penting peran keluarga yang tinggal bersama.
Beragam permasalahan sosial yang berdampak khususnya pada aspek kesehatan lansia Indonesia telah, serta akan diantisipasi Kemenkes RI dengan menghadirkan sejumlah inisiasi, upaya berkelanjutan, serta kolaborasi.
Para pemangku kepentingan turut andil lewat upaya berkelanjutan dalam mengedukasi serta melayani lansia dengan sepenuh hati, seperti yang dilakukan oleh
Persatuan Perawat Indonesia. Mereka memiliki andil, serta konsen khusus pada perawatan jangka panjang kepada
lansia yang sakit. Program untuk membuat lansia, serta keluarganya sehat, serta sejahtera dengan kunjungan ke rumah selalu dihadirkan lewat beragam terobosan terbaik.
Dan yang membanggakan upaya berkelanjutan Lifree, brand popok dewasa dari PT Uni-Charm Indonesia Tbk dengan menghadirkan inovasi produk terbaru Lifree Popok Perekat dengan komitmen terhadap Nol Luka Dekubitus.
Dekubitus merupakan luka yang terjadi akibat tekanan, gesekan pada kulit yang terjadi dalam waktu lama, dikarenakan posisi tubuh dalam keadaan tirah baring yang tak dirubah. Kondisi ini memicu terhambatnya aliran darah ke kulit, yang berdampak rusaknya permukaan kulit.
Selain dialami oleh lansia yang tirah baring, juga mereka yang menggunakan kursi roda dalam waktu lama.
Komitmen Nol Luka Dekubitus
Presdir PT Uni-Charm Indonesia Tbk, Takumi Terakawa menyampaikan, “Luka dekubitus memicu permasalahan sosial di Indonesia. Berdasarkan riset yang kami lakukan, konsumen Indonesia membutuhkan popok berkualitas, tak berisiko menimbulkan ruam tinggi.”
Takumi melanjutkan, “Lifree Popok perekat
merupakan popok dewasa pertama, dan satu-satunya di Indonesia yang menggunakan 100% bahan breathable (bersirkulasi).”
“Produk merupakan hasil kolaborasi pertama di Indonesia antara Pemerintah, produsen, serta akademisi yang melakukan riset bersama Clinical Research Supporting Unit – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hasil pengujian internal popok dapat mengurangi kelembapan kulit area sekitar perut hingga 25% dibandingkan dengan popok perekat biasa berbahan vinyl. Aspek kelembapan di dalam popok lebih baik 23% dibandingkan popok perekat biasa, “terang Takumi.
Dilakukan pula uji penggunaan kepada pasien, serta perawat Rumah Sakit Umum Kabupaten Bekasi, serta Rumah Sakit Atmajaya Jakarta. Hasilnya seluruh partisipan sepakat sirkulasi udaranya bagus, tak menyebabkan ruam, serta merasa lebih nyaman. Kesan positif dari keluarga pasien, sebanyak 95% dengan produk popok inovasi terbaru ini kondisi kulit yang mengalami luka dekubitus membaik.
Director of Education & Research Rumah Sakit Atmajaya, dokter Eva Suryani, M.D.,
Psychiatrist memperkuat hasil tes. Popok yang selama ini digunakan pasien di Rumah Sakit tak memiliki sirkulasi udara yang baik, sehingga keluarga pasien harus membeli salep untuk mengatasi gatal, dan ruam. Walau demikian gatal, dan ruam tak juga membaik.
Tentu dengan penggunaan popok yang tepat yang dilengkapi dengan material breathable dapat mengatasi masalah kulit, serta biaya perawatan. Terpenting, kualitas hidup pasien jauh lebih meningkat.
Upaya berkelanjutan Lifree dalam mensejahterakan lansia lewat produk inovatif diapreasi Pemerintah, serta pemangku kepentingan. Selaras tema Hari Lansia Nasional “Lansia Terawat Indonesia Bermartabat”, Pemerintah memiliki konsen penuh untuk mensejahterakan kehidupan lansia agar aktif sejahtera.
dr. Nida Rohmawati, MPH, Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kemenkes menyampaikan, “Momentum Hari Lansia Nasional menitikberatkan pada peran keluarga, serta tenaga kesehatan dalam perawatan lansia, khususnya yang membutuhkan perawatan jangka panjang, yang berpotensi besar pada munculnya luka dekubitus.”
“Upaya mensejahterakan kesehatan lansia akan membuat lansia bermartabat, serta berdaya bagi diri, keluarga, lingkungan, dan bangsa. Kemenkes fokus untuk terus meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan, meningkatkan peran keluarga melalui panduan, dan juknis. Menyelenggarakan kegiatan orientasi dan seminar terkait perawatan jangka panjang, “ujar dr. Nida.
Posyandu Agar Lansia Smart
Kemenkes telah menginisiasi Posyandu Lansia yang ditujukan untuk yang berumur 60 tahun ke atas. Bertujuan untuk melayani lansia dalam meningkatkan kesehatan, serta kesejahteraan mereka agar sehat, bahagia, mandiri, serta berguna.
Para petugas akan
mengedukasi generasi yang telah banyak berjasa tersebut seputar pengetahuan praktis, praktik-praktik sederhana untuk aktif bergerak, serta menjadi produktif dalam kehidupan sehari-hari.
Selain melakukan pemeriksaan seperti pengukuran tinggi, dan berat badan tekanan darah. Pelayanan medis, serta penyuluhan terkait dengan pemantauan kesehatan umum secara komprehensif,
gizi seimbang, dan kualitas tidur yang optimal, aktivitas fisik teratur, juga perawatan kesehatan gigi, dan mulut.
Jika lansia terkendala hadir, tim akan menyambangi rumah, dengan konsen pada edukasi kepada lansia beserta anggota keluarga, pemantauan, serta melakukan pelayanan medis.
Terkait luka dekubitus, dr. Rinadewi Astriningrum Sp.D.V.E., Subsp. D.A.KSDGI berpendapat, “Lansia dengan tirah baring dalam jangka waktu lama, serta mobilitasnya terbatas, berisiko tinggi terkena luka dekubitus. Oleh karenanya keluarga harus rutin melakukan pengecekan pada area belakang tubuh, sebagai upaya pencegahan dini.”
Selain rutin merubah posisi tirah baring, kalah penting penggunaan popok yang tepat, yang memiliki sirkulasi udara, guna mencegah kulit pengap, serta tak iritasi. Serta melakukan upaya perawatan pada luka sesuai petunjuk medis, “imbuh dr. Rinadewi.
Rinadewi menerangkan ciri-ciri klasifikasi dari setiap tahapan luka dekubitus, yang dapat dikenali masyarakat dengan mudah.
Tingkat 1
Ditandai dengan terjadinya perubahan warna kemerahan, maupun kebiruan pada area kulit tertentu seperti pada bagian tulang ekor (bokong).
Area kulit yang mengalami luka akan menimbulkan rasa sakit, serta gatal.
Tingkat 2
Terjadinya luka lecet maupun luka terbuka
Tingkat 3
Terjadinya luka terbuka pada beberapa lapisan kulit yang lebih dalam.
Tingkat 4
Terlihat luka dalam hingga mencapai otot, dan tulang.