WanitaIndonesia.co, Solok – Pada siang itu (Sabtu, 8/06), di Nagari Sirukam, Solok, Sumatera Barat, seorang pria terlihat membawa dua karung berisi rumput untuk pakan sapi. Mengendarai motornya, ia menuju kandang Dompet Dhuafa (DD) Farm Solok Sirukam. Sesampainya di sana, ia langsung memberi makan ketiga sapinya.
Herdianto, seorang pria berusia 44 tahun, awalnya adalah peternak ayam broiler. Namun, setelah melihat potensi besar dalam program THK, ia memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada pemeliharaan dan pembesaran sapi dengan penuh kesabaran.
“Saya tahu dari bapak jorong (RT) dan masyarakat sekitar sini. Dulu sebelum bekerja di peternakan DD Farm ini, kami memelihara ayam broiler. Namun, karena ada program dari DD yang terlihat bagus dan dapat memberdayakan masyarakat, kami pun bergabung dengan SOP dan standar yang diberikan,” ungkap Herdianto.
Selain merawat tiga sapi miliknya, ia juga diberi tanggung jawab untuk mengurus tiga sapi milik kakak iparnya, karena salah satu anggota keluarganya sedang sakit. Jadi, Herdianto harus merawat enam sapi sekaligus.
Sebagai peternak THK Dompet Dhuafa, Herdianto bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan sapinya. Ia bangun sebelum fajar dan bekerja hingga senja, memastikan sapi-sapi mendapatkan perawatan terbaik dan tumbuh dengan sehat.
“Kita mulai dengan mengecek kondisi sapi saat datang. Pagi-pagi kita perhatikan bagaimana interaksi sapi dengan kita, apakah ada respon atau tidak. Setelah itu, kita memberi pakan, membersihkan kandang, dan memandikan sapi. Setiap hari kita memberi makan dua kali, pagi paling lambat setengah sepuluh, dan sore jam enam,” cerita Herdianto.
Alhamdulillah, dengan beternak sapi THK Dompet Dhuafa, Herdianto tidak hanya mendapatkan stabilitas finansial, tetapi juga kesempatan merencanakan masa depan yang lebih baik bagi keluarganya.
Sebelumnya, ia mengalami masa-masa sulit terutama dalam hal biaya pendidikan anak-anaknya. Terpaksa meminjam ke sana sini, ia mencari solusi yang pasti. Namun, dengan adanya sapi, ia kini memiliki jaminan finansial yang dapat diandalkan.
“Kalau kepepet, kita cari dana talangan dulu. Ketika sapi sudah bisa dijual, kita akan menerima uang dan membayar pinjaman. Sangat membantu,” tambah Herdianto.
“Secara ekonomi ada peningkatan. Walaupun untuk beli rokok setiap hari mungkin tidak dapat, tapi untuk biaya sekolah anak dan membangun rumah, bisa,” imbuh Herdianto.
“Pernah kita dapat musibah, istri di-opname karena kista. Saat itu kepepet, tapi karena ada sapi, kita bisa mencari dana talangan dengan janji akan membayar saat sapi terjual,” sambungnya.
Di tengah perbincangan, Herdianto merasa prihatin atas peristiwa banjir bandang yang melanda Tanah Datar, Sumatra Barat. Ia bertekad membantu para korban dengan membagikan hewan kurbannya.
“Kalau kita di sini, sedih lah. Bencana alam memang tidak bisa kita pastikan, tapi sebagai sesama manusia, apalagi sesama orang Sumatra Barat, kita merasa sedih dan prihatin. Semoga para korban tabah dan kita bisa bangkit,” kata Herdianto.
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan bahwa rekannya sesama peternak juga terdampak banjir bandang tersebut.
“Ada teman satu profesi, pemelihara kandang ayam broiler dari Tanah Datar. Semua kandangnya habis rata. Sistem kandangnya sudah beton, tapi sekarang satu tiang pun tidak ada. Kita sesama profesi pasti sedih,” cerita Herdianto.
Secercah harapan di tengah bencana yang melanda, InsyaAllah Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam menjadi target distribusi program THK Dompet Dhuafa. Mendengar kabar tersebut, Herdianto merasa lega karena bisa turut berkontribusi membantu korban meski hanya dengan merawat sapi.
“Kalau ada yang ingin mengambil sapi di sini (donatur), kami sangat berterima kasih. Ini yang bisa kami lakukan, dengan doa kita bantu,” tutupnya. (adv)