Site icon Wanita Indonesia

Inilah Kesalahan Orang Tua Memuji Anak

wanitaindonesia.co – Jika ingin ketahui kewajiban parenting yang sangat gampang, betul, salah satunya menyanjung anak ini. Apalah susahnya bilang ke anak:“ Waaaahh kalian hebat amat sangat, Nak!” ataupun“ Aduhhh cantiknya kalian gunakan pakaian ini.” Tetapi, percaya jika metode menyanjung semacam itu telah pas? Ataupun barangkali, sepanjang ini banyak kekeliruan yang kerap kita jalani dikala menyanjung anak tanpa kita sadari?

Baca Juga: Cara Disiplinkan Anak dengan ADHD

Coba kita lihat lagi, kualitas aplaus yang kita lontarkan pada anak tuh seberapa bagus? Badaniah sematakah? Overpraise- kah? Kurang lebih akibat dari aplaus kita pada anak, apakah betul- betul telah dapat memotivasi serta tingkatkan rasa yakin diri anak?

Untuk jadi materi perenungan, selanjutnya kita list down sebagian kekeliruan yang kerap dicoba orang berumur dikala menyanjung anak. Biar kita tidak salah lagi. Ikuti, ayo.

Menyanjung cuma hingga lahiriah

Bagus, menawan, manis, gemesin, serta sebaris tutur aplaus yang tertuju buat mengapresiasi performa lahirian sang kecil nyatanya boleh- boleh saja dicoba. Salahnya, bila dicoba sangat kerap serta itu jadi materi aplaus sangat penting. Membanjiri anak dengan aplaus terpaut raga dapat berakibat minus pada anak bagi psikolog anak serta anak muda Sutji Sosrowardojo. Sebagian anak jadi menghormati dirinya dari bagian raga semata. Setelah itu mencuat keinginan buat jadi pusat atensi sebab merasa seluruh orang memandang dirinya menawan.

Gelombang menyanjung sangat sering

Sangat kerap dipuji membuat anak merasa dirinya istimewa. Merasa berkuasa atas seluruh suatu, serta berasumsi itu dapat diperoleh dengan gampang. Kesimpulannya anak tidak sedia mengalami tantangan. Di lain bagian, anak pula dapat merasa terhimpit dampak sangat kerap dipuji. Akhirnya, anak jadi gampang berserah dikala hadapi kesusahan, serta dorongan mereka gampang turun buat menggapai tujuan.

Aplaus manis tetapi kosong

Memanglah sih, perkataan aplaus sangat gampang dilemparkan dikala anak memenangkan perlombaan basket merupakan“ Kalian hebat amat sangat!”. Karena bilang:“ Intensitas latihanmu sepanjang ini menghasilkan hasil. Kalian berkoordinasi dengan baik di alun- alun mulanya!” itu rasanya lebih runyam nama lain jauh bener. Tetapi ketahui tidak, diambil dari Huffpost, menyuguhi anak dengan hanya aplaus manis hebat, aksi, awesome, great, serta lain- lain, tanpa menyinggung usaha yang sudah dicoba anak, itu serupa saja berikan anak santapan praktis nan enak tetapi tidak segar. Anak jadi tidak dapat memandang di bagian mana beliau telah lebih bagus ataupun apa yang butuh beliau perbaiki. Sementara itu, itu yang lebih berarti buat kemajuan dirinya.

Menyanjung apa yang telah sepatutnya anak sanggup jalani di usianya

Misalnya dikala umur anak satu tahun orang berumur menyanjung:“ Astaga, hebat telah dapat berjalan,” ataupun di umur 4 tahun:“ Pinternyaaa, telah dapat makan sendiri.” Sementara itu apa yang dicoba anak merupakan bagian dari berkembang bunga yang sepatutnya, serta terjalin atas eksitasi yang kita latihkan pada anak. Dibanding mengatakan begitu, hargailah upaya ataupun koreksi yang anak jalani. Misalnya sebelumnya makan sembari jalan- jalan, saat ini ingin adem buat bersandar sampai berakhir makan. Ataupun, sebelumnya makan berhamburan, saat ini telah lebih apik.

Menyanjung yang membidik ke menyamakan anak lain

Ini kekeliruan orang berumur dikala menyanjung anak yang kadangkala jadi kelewatan. Hasrat menyanjung hasil sang kakak, justru dijadikan dimensi standar untuk sang adik. Bisa- bisa, sang adik jadi rendah diri, ataupun justru jadi mencuat sibling rivalry, ataupun merasa perlakuan orang berumur tidak seimbang. Ayo, hati- hati dalam memilah perkataan aplaus. Janganlah hingga terdapat tutur“ Tuh, dek, amati kakak, hebat kan? Kalian pula antusias dong supaya dapat seperti kakak!” Apabila terdapat aplaus yang dirasa khusus, sampaikan dengan cara perorangan langsung pada anak yang mau dipuji, tidak butuh seluruh dipaparkan di depan banyak orang.

Memuji mengalem gunakan“ tetapi”

“ Pendapatan akademikmu telah lebih bagus semeseter ini, tetapi, bantu semester depan lebih bagus lagi, betul.”

“ Afdal mulanya panggung nyanyinya, tetapi kayaknya luang terdapat yang fals, betul, Nak?”

Telah dinaikan, kemudian dijatuhkan lagi. Pujilah anak dengan ikhlas, tanpa embel- embel menuntut. Bila tujuannya mau memotivasi, lumayan bilang:“ Pertahankan, betul!” ataupun“ Senantiasa antusias belajar, betul!”

Exit mobile version