WanitaIndonesia.co – Program Young Flaggers for Differently-abled Talent adalah bagian dari program Young Flaggers, yang memberikan kesempatan kepada lulusan baru dengan disabilitas untuk mengikuti program magang dan on the job training selama 3 bulan di Frisian Flag Indonesia. Dengan pengalaman kerja dan bimbingan dari mentor, diharapkan dapat mengembangkan potensi dan keterampilan mereka, membangun kepercayaan diri dan mempersiapkan mereka memasuki persaingan dunia kerja, khususnya di perusahaan global.
Latar belakang dan tujuan FFI mengadakan program ini adalah untuk mengambil langkah nyata dalam merealisasikan purpose perusahaan: Embrace the power of differences, dengan mendorong inklusi dan keberagaman di lingkungan kerja. Perusahaan ingin memberikan kesempatan yang setara bagi generasi muda penyandang disabilitas dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, di mana setiap individu merasa dihargai, didukung, dan memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Inklusivitas akan memperkaya keragaman perspektif, pengetahuan dan keterampilan, yang dapat membantu perusahaan menjadi lebih inovatif, kreatif, dapat lebih memahami kebutuhan konsumen, dan menjadi perusahaan yang terdepan. Selain itu, inklusivitas adalah nilai-nilai dasar kemanusiaan yang menghormati hak asasi manusia dan memastikan kesetaraan bagi semua individu.
Para peserta Young Flaggers for Differently-Abled Talent ditempatkan di delapan departemen di FFI, yaitu procurement, continuous improvement (Operations), Sales, Brand Marketing, Tax, IT, Corporate Affairs, dan Human Resource. Peserta program akan terlibat dalam operasional sehari-hari perusahaan FMCG yang dinamis dan dipandu oleh mentor yang ditugaskan. Para mentor ini adalah karyawan FFI. Mereka berperan sebagai mentor bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan kepercayaan diri dalam bekerja dan menjadi agen perubahan dalam transformasi budaya FFI menjadi lebih inklusif.
Saat pendaftaran program ini dibuka, ada lebih dari 1.000 orang yang mendaftarkan diri. Setelah melalui proses perekrutan yang ketat akhirnya didapatkan Sembilan orang yang berkesempatan mengikuti program ini selama 3 bulan di kantor FFI di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Empat di antara mereka adalah:
Muhammad Naufal Al Hadi
Program Young Flaggers for Differently-Abled Talent menempatkan Naufal di Divisi Human Resource, sesuai dengan pengalaman kerjanya selama dua tahun di Bandung di perusahaan retail, yang merekrutnya sebagai seorang dengan disabilitas.
Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi EKUITAS di Bandung jurusan Management HR, ini mengatakan pengalaman kerja di FFI dengan pengalaman kerja sebelumnya ternyata agak berbeda. Di situ dia bisa mengambil pengalamannya dan belajar banyak, terutama saat diberikan project. Sehingga dia bisa belajar hal-hal baru yang belum pernah dipelajari sebelumnya dan mengembangkan diri.
Sebagai orang dengan keterbatasan pendengaran, Naufal kadang-kadang menghadapi masalah komunikasi, sebab dia lebih paham bahasa isyarat dan membaca gerak bibir. Kadang-kadang ada kolega yang memakai masker, sehingga harus diingatkan untuk membuka masker. Tapi mereka menjadi paham bagaimana berinteraksi dengan penyandang disabilitas seperti dirinya.Mentor banyak membantu Naufal untuk memahami prosedur, misalnya untuk mengerjakan proyek. Mentor juga menjelaskan bahwa di departemen mereka tidak ada yang dibeda-bedakan.
Naufal mengatakan program ini adalah kesempatan emas untuk belajar dan mengembangkan diri. Di perusahaan ini juga dia bisa menyerap semangat untuk menghadirkan kesehatan melalui produk susu. Bagi Naufal pribadi, susu sangat penting karena memiliki banyak kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sebelum beraktivitas pada pagi hari, sebaiknya diawali dengan minum susu.
Naufal mengajak penyandang disabilitas untuk tidak takut menunjukkan dirinya dan memperkenalkan dunia disabilitas yang banyak tak dipahami orang. “Dalam budaya disabilitas itu banyak sekali variabelnya. Saya berharap the next young flagger differently-abled bisa menunjukan budaya kita, sebagai disabilitas,” ucapnya.
Ardian Wahyu Hidayat
Ardian adalah mahasiswa tingkat akhir di jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, yang sedang menyusun skripsi. Sebelumnya dia pernah menjadi intern di perusahaan lain. Di FFI, Ardian ditempatkan di Divisi Tax, di mana dia belajar mengenai mekanisme dan implementasi pajak, khususnya di industri FMCG.
Ardian mengatakan interaksinya dengan karyawan lain berjalan lancar. Karyawan lain cukup welcome dan antusias, sering bertanya tentang kehidupannya. Melalui program ini dia banyak belajar serta beradaptasi di lingkungan kerja baru. Mentor banyak membantunya untuk menjalani aktivitas day by day, sharing mengenai perpajakan.
Tantangan yang dihadapi, kata Ardian, adalah sebagai orang dengan keterbatasan fisik, sehari-hari harus menggunakan tangan kiri. Mengetik dengan satu tangan membuat speed-nya berbeda. Tapi dengan bantuan tools tertentu, itu banyak membantunya.
Menurut Ardian, program Young Flaggers for Differently-Abled Talent adalah kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya. Dia mengatakan, program ini menunjukkan bahwa FFI memiliki budaya inklusif yang berfokus pada talenta dan potensi seseorang terlepas dari kondisi fisiknya.
Bagi Ardian kesehatan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi aktivitas dan tumbuh kembang kita. Selain makanan bergizi, nutrisi bisa diperoleh dari susu. Di sinilah FFI memberikan dampak ke masyarakat melalui produknya, produk susu yang berkualitas.
Ardian mengajak para penyandang disabilitas untuk tidak takut mencoba dan meraih apa yang diinginkan. “Different-abled bukan adalah penghalang untuk mewujudkan sebuah mimpi, tapi merupakan sebuah tantangan untuk kita bisa menemukan jalan lain meraih apa yang kita inginkan,” katanya.
Clarina Az Zahra Noor
Clarina Az Zahra Noor atau Rara, begitu ia akrab dipanggil, adalah lulusan Sastra Inggris dari Universitas Al Azhar Indonesia yang pernah bekerja di agency PR selama 3 tahun, sebelum bekerja di sebuah BUMN di bagian sales pada dua tahun terakhir. Rara mengatakan, program Young Flaggers for Differently-Abled Talent mendorongnya untuk belajar dan berkembang, serta berkontribusi kepada perusahaan, dengan bantuan para mentor.
Rara mengatakan sejauh ini belum ada kendala dalam bekerja, karena mentor dan timnya banyak membantu mengenai tugas-tugas harian dan operasional bisnis sehari-hari. Mereka juga sangat welcome, sering mengajak ngobrol dan makan bersama.
Kendala yang dihadapi, kata Rara, pada awalnya lebih kepada akses dari titik A ke titik B. Sebagai penyandang cerebral palsy, dia memang membutuhkan treatment khusus, supaya bisa diturunkan di lobi kantor karena tidak semua mobil bisa masuk dan masalah ini diakomodir dengan baik.
Rara memuji budaya kerja yang mengedepankan kesehatan dan pentingnya asupan susu di FFI. Menurutnya, susu memang sangat penting untuk kesehatan dan perlu menjadi main intake bagi semua orang.
Untuk para penyandang disabilitas yang lain, Rara mengatakan tiap orang punya kelebihan kekurangan masing-masing. “Mari berfokus pada kelebihan, mencari apa yang disukai, mencari apa yang menjadi skill kita dan tidak takut untuk mencoba. Semua pasti ada jalannya,” katanya.
Achmad Faiz Sanusi
Sebelum diterima di program Young Flaggers for Differently-Abled Talent, Achmad Faiz Sanusi adalah seorang freelancer dan private tutor. Lulusan jurusan Fisika dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini pernah magang di sebuah perusahaan kecil di divisi pengembangan program IT. Ini adalah kali pertamanya bekerja di lingkungan perusahaan besar.
Ditempatkan di Divisi ICT, pemuda yang bisa dikenal dengan nama Faiz ini langsung mendapat mini project. Walau pekerjaannya memiliki tekanan tersendiri, menurutnya itu semua masih dalam batas wajar dan menunjukkan bahwa dia dipandang setara. Para mentor membantunya dengan baik untuk beradaptasi di lingkungan baru dan dalam pekerjaan sehari-hari.
Faiz mengatakan, setiap individu dengan disabilitas memiliki keterbatasan yang berbeda-beda. Tantangan yang dihadapinya sebagai orang dengan keterbatasan fisik adalah karena setiap saat harus menggunakan tangan kiri. Tapi pekerjaannya lebih banyak dilakukan di desk sehingga tak ada kendala berarti.
Dari pengalamannya selama beberapa hari, Faiz menilai FFI telah menerapkan lingkungan kerja inklusif dengan baik.
FFI juga dinilainya telah menunjukkan bagaimana pentingnya kesehatan melalui konsumsi susu diimplementasikan dalam operasional kantor sehari-hari, dengan menyediakan susu untuk dikonsumsi karyawan setiap hari. Faiz mengatakan susu itu mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk berkembang.
Untuk penyandang disabilitas yang lain, Faiz mengatakan jangan ragu untuk meraih potensi dan #UnleashYourNature. Yes, memang penyandang disabilitas berbeda dan memiliki keterbatasan. “Tapi kita bisa melakukan lebih dan kita bisa setara,” ucap Faiz.