WanitaIndonesia.co, Jakarta – Saat pesohor wafat hanya ada dua yang tercatat dalam tinta sejarah. Legacynya dalam berkarya, serta hubungan baik ke sesama. Namun Almh. Nani Wijaya menyempurnakan melalui keimanan dari sifat dermawan!
Wafat di Rumah Sakit Fatmawati – Jakarta, Kamis, 16/3/2023 setelah berjuang melawan penyakit penyakit ginjal, stroke dan belakangan demensia nama Nani Wijaya begitu harum, terutama oleh orang yang mengenal dekat dirinya.
Nani Wijaya merupakan sosok Role Models abadi pada setiap generasi melalui peran multitasking sebagai tulang punggung keluarga, istri, ibu, serta eyang putri bagi keluarga inti. Serta sosok ibu bagi banyak orang karena kiprah, serta aktivitasnya.
Sosok Nani Wijaya dikenang dengan sifat keibuan, namun perempuan alumni Universitas Indonesia lulusan Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial bisa bertingkah jenaka, baik hati, perhatian, sekaligus mampu bersikap tegas.
Ia mumpuni menjalankan peran sebagai aktris film, maupun sinetron dalam beragam genre seperti drama, horor, serta komedi. Menekuni karir sejak tahun 1961, sudah ratusan judul film dan sinetron yang dilakonkan oleh ibu dari 6 orang anak ini. Tak terhitung banyaknya penghargaan atas totalitasnya dalam berkesenian.
Nani Wijaya menjadi sosok aktris baheula yang mampu menyelaraskan kemampuan aktingnya dengan tuntutan zaman. Ia menjadi aktris ikonis yang dikenal generasi sekarang melalui peran Emak dalam sitkom Bajaj Bajuri dan Emak Haji dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji, Almh. Nani Wijaya telahmeninggalkan legacy (warisan) yang tak ternilai bagi keluarga, serta masyarakat melalui passionnya dalam seni peran.
Presiden Jokowi turut kehilangan, beliau mengapresiasi dedikasi, serta loyalitas Nani Wijaya sebagai bunga bangsa dalam seni peran Indonesia. Sebilah bunga papan menjadi simbol ungkapan duka Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana.
Nina Kartika, putri sulung Nani Wijaya menyampaikan, “Ibuku itu sosok yang hebat, beliau menyayangi kami dan tidak pernah mengingkari janji. Sesibuk apapun aktivitasnya, beliau berusaha mewujudkan janjinya untuk membahagiakan anak-anak, serta cucu-cucunya.
Passion dan Prestasi
Totalitas beliau dalam berkesenian bukan bertujuan untuk mengumpulkan materi, tapi merupakan dedikasinya untuk kemajuan dunia kesenian Indonesia. Satu pesan ibu yang sangat menyentuh “Apapun yang akan kita kerjakan, kita harus fokus. Ini bukan masalah uang, melainkan hati.”
Hidup itu bewarna dan Nani Wijaya sempat mengalami kejadian saat dia harus terpuruk ketika putri bungsunya Sukma Ayu wafat.
Putri kesayangannya tersebut wafat saat karirnya sedang bersinar melalui kejadian memilukan di tahun 2004.
Walau dalam keadaan koma, Nani dan suaminya Misbach Yusa Biran berupaya keras agar putrinya sadar dan bisa sembuh. Sementara di luar sana, banyak yang menyampaikan bahwa kondisi putrinya tersebut sudah tidak harapan. Setelah 5 bulan koma dan. bertahan dengan bantuan ventilator (mesin untuk membantu pernapasan bagi pasien yang sudah tidak bisa bernapas atau sulit bernapas) Nani harus mengikhlaskan permata hatinya tersebut ‘pergi’ mendahuluinya.
Usai ditinggal putri tercinta, perlahan Nani mulai kembali menata hidupnya. Tak lama berselang di tahun 2012 Nani harus kembali kehilangan belahan jiwanya. Suaminya Misbach Yusa Biran wafat.
Hidup Nani kembali bewarna kala ia memutuskan untuk menikahi Ajip Rosidi sastrawan dan budayawan teman dari Alm. suaminya. Keduanya menikah di tahun 2017 dalam kondisi menua, Ajip (79), Nani (73). Mereka mengaku dipersatukan karena membutuhkan teman bicara, teman berbagi, dan bukan untuk urusan lainnya. Selain, mereka memiliki kesamaan nasib, ditinggal wafat pasangan, serta passion dalam berkesenian.
Cahya Kamila putri Nani dan Connie Sutedja sempat mencounter sorotan media, serta omongan usil sebagian masyarakat atas pernikahannya tersebut. Nani dan Ajip butuh teman untuk menghabiskan sisa umur dengan pasangan yang memiliki kesamaan passion dalam berkesenian, jadi tidak ada tujuan lain. Pernikahan yang kedua ini hanya bertahan selama 3 tahun karena Ajip Rosidi wafat ditahun 2020! Lagi-lagi Nani harus merapuh, dan kembali menata hidupnya.
Soal sifat, totalitasnya dalam seni peran Nani Wijaya sangat dipujikan oleh para sahabatnya. Nani beruntung dipersatukan oleh Alm. Sys NS, aktor, sutradara dan politisi dengan sahabat-sahabatnya dalam kelompok Golden Girls Indonesia. Beranggotakan Nani Wijaya, Connie Sutedja, Rina Hasyim dan Almh. Ida Kusumah.
Golden Girls Indonesia langsung populer di era tahun – 90 an melalui program Opera Sabun Colek tayang di SCTV.
Nani memerankan tokoh perempuan penegak hukum, menyesuaikan dengan background pendidikannya.
Ada cerita lucu saat Nani dan sahabat-sahabatnya tersebut ‘ngambek’ tidak bersedia shooting. Hal tersebut dipicu oleh kru yang menyiapkan makanan, yang akan mereka santap untuk kebutuhan shooting. Makanan disiapkan asal-asalan, gak ditutup dan dikerumuni lalat. “Hiii.., jijik dan geli. Mereka pun protes, namun tak digubris. Lucunya kami-kami ini langsug ngambek cerita Rina Hasyim.
Akhirnya Sys NS yang berusaha membujuk ke – 4 orang perempuan hebat tersebut untuk melanjutkan shooting, dan hasilnya menjadi episode yang paling sukses. Berangkatkan Umroh Kru Pribadi yang Tak Ingkar Janji
“Ibu merupakan tipikal orang tua dan eyang putri yang baik, sabar, perhatian kesiapapun. Beliau muslimah yang taat dalam menjalankan ibadah yang wajib, maupun sunnah! Puasa sunnah Senin-Kamis, serta ibadah sunnah lainnya tak terputus di tengah kesibukannya, maupun ketika sakit, “kenang Nina.
Hal tersebut diamini oleh Latief Sitepu pemeran Haji Muhidin, lawan main Nani disinetron Tukang Bubur Naik Haji. Ibadah wajib seperti sholat senantiasa tepat waktu. Beliau juga senantiasa mengingatkan siapapun untuk sholat. Pun demikian dengan ibadah sunnah.
Puasa sunnah Senin-Kamis tak pernah ditinggalkan beliau.
“Soal bersedekah, Almh. Nani Wijaya menjadi umat kesayangan Allah dan dirindukan surga. Saat berperan sebagai Emak Haji di Tukang Bubur Naik Haji, beliau membiayai 15 orang kru sinetron untuk melaksanakan ibadah umroh ke tanah suci. Melalui kedermawanannya,mimpi orang-orang biasa untuk berkunjung dan beribadah umrah terlaksana, “kata Latief.
“Sifat dermawan inilah yang kelak akan dikenang terus oleh orang-orang yang menerima kebaikannya. Dan Inshaa Allah menjadi bekalnya di alam barzah, “pungkas Latief. ”
“Ibu merupakan tipikal orang tua dan eyang putri bagi keluarga. Cintanya yang besar, serta ikatan batin yang kuat telah memberikan spirit yang luar biasa bagi dirinya untuk tabah dan sabar, melalui hari-hari panjang dari gempuran rasa sakit! Ia hanya ingin memastikan untuk dapat membersamai, serta melihat kebahagiaan kami di momen terakhir hidupnya. Hal ini terasa sangat menyentuh, serta mengharu biru, “kenang Nina sedih.
Nani Wijaya tak pergi dalam keadaan sunyi sendiri. Namun pergi dalam keadaan tersenyum. Ia terbaring di temani oleh orang-orang yang sangat mencintainya dan dicintai, yang mampu menjadi obat penawar sakitnya.
Kini, Nani telah menyelesaikan tugas, dan kembali menghadap Rabb-Nya. Sosok role models yang dicintai ini telah menorehkan tinta emas dalam industri film Indonesia dari sejumlah prestasi, loyalitas, serta dedikasi.
Terbang bagaikan merpati Putih, tersenyum dan beristirahatlah dengan tenang disisiNya Ceu’ Nani. (RP)