“Hi…Seram, Lubang Maut Penghamba Budaya Instan

Foto : Ilustrasi, (Istimewa).

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Maraknya penipuan bermodus penggadaan uang seringkali terjadi dan banyak meminta korban.

Korban merupakan sebuah yang mengontrak rumah di Bekasi, dibunuh dengan cara diracun. Yang membuat kaget pelakunya adalah suami korban, Wowon Darmawan, dia dibantu oleh temannya Solihin dan Dede yang menjadi bagian dari komplotannya.

Dari pengembangan kasus yang dilakukan oleh kepolisian, terbongkar kejahatan serupa yang telah meminta 6 korban jiwa, di mana mayat korban ditemukan dikubur secara tak layak di daerah Cianjur. Para korban merupakan istri, anak kandung, anak sambung, pekerja migran Indonesia, serta tetangga dari otak pelaku Wowon Darmawan.

Tak habis pikir dengan ulah keji pelaku, bagaimana komplotan pembunuh ini merencanakan kejahatan, kemudian mengeksekusi tanpa perasaan, lalu menutupinya sambil memainkan lakon di masyarakat dengan hidup normal seperti biasanya. Mereka tak merasa takut dihantui oleh arwah para korban seperti yang sering diceritakan oleh pembunuh-pembunuh lainnya.

Mengapa korban dibunuh dengan cara keji? Ditreskrikum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menyampaikan, “Modus utama ingin menguasai harta korban, khususnya mereka yang bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI). Selain mereka juga membunuh saksi yang mengetahui aksi kejahatan tersebut.
Namun mengapa ia dan komplotannya membunuh anak-anak, awalnya Wowon mengaku untuk menyempurnakan ‘ilmunya’. Belakangan ia mengatakan merasa terganggu dengan rengekan, serta tangisan Bayu yang berlangsung setiap hari, lalu menyuruh Solihin untuk ‘mendiamkan’ anak tersebut, “papar Hengki.

Kasus kejahatan pembunuhan berantai dari modus penggadaan uang dan praktik perdukunan menjadi klimaks dari kasus serupa yang banyak terjadi di masyarakat. Dimas Kanjeng, kasus dukun di Bekasi merupakan bukti.

Menjebak korban dengan mengaku-aku orang pintar yang mampu menggandakan uang dengan sejumlah syarat, serta pantangan. Penipu mengandalkan triks pesulap untuk membuat korbannya percaya, serta mengobral
janji manis yang sangat meyakinkan, terutama bagi korban yang telah terperangkap. Selain
memperlihatkan bukti palsu berupa harta hasil dari penggadaan yang sengaja dipamerkan.
Walau irasional, dengan kejadian berulang, serta banyak memakan korban, masyarakat tak jera, mau saja di PHP – in pelaku.

Semuanya Butuh Proses

Katyusha pemerhati permasalahan sosial menyayangkan mentalitas sebagian masyarakat yang masih memercayai praktik klenik yang bertentangan dengan ajaran agama, irasional dan tidak bertanggung jawab!

Budaya instan yang dianut oleh sebagian masyarakat telah menjadi life style keseharian.
Umumnya tak mementingkan proses, ingin tercapai tujuan hidup atau cita-citanya secara instan, ga pakai ribet. Lainnya berobat ke dukun, ingin mendapat pekerjaan atau karir sukses, apalagi jelang tahun politik, dukun menjadi populer.
Selain budaya menyogok (gravitasi), ingin viral di medsos,
atau malas antri yang merupakan bagian dari budaya instan, “papar Katyusha.

Untuk memutus mata rantai dari life style masyarakat, Katyusha memberikan langkah preventif sebagai berikut.

1. Ubah budaya instan yang diindentikkan dengan sifat malas, tak mau berjuang dengan budaya kerja keras, yang mengedepankan keahlian seseorang.
Pahami, bahwa segalanya harus berproses, diusahakan dan diperjuangkan.

2. Kembali ke ajaran agama.
Islam mengajarkan bahwa praktik perdukunan merupakan hal sesat dan menyesatkan. Penting peran tokoh agama untuk mengangkat tema ceramah yang berkaitan dengan fenomena yang terjadi di masyarakat seperti praktik pengadaan uang, agar masyarakat tak lalai dan terjerat ke dalamnya.

3. Berpikir kritis, rasional. Jadikan kasus-kasus yang ada sebagai bahan pembelajaran diri, keluarga dan lingkungan. Cara sederhana dengan membahas setiap kasus di link keluarga atau pertemanan, sambil mencarikan solusinya. (RP).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini