Site icon Wanita Indonesia

Hati-hati, Jangan Posting 12 Foto Anak Ini di Medsos

Hati-hati, Jangan Posting 12 Foto Anak Ini di Medsos

wanitaindonesia.co – Tidak sedikit orang tua yang menjadikan tingkah anak yang menggemaskan dan setiap tahapan hidupnya menjadi konten media sosial (medsos). Niatnya, sihposting di medsos untuk dokumentasi, sarana berbagi informasi bagi sesama orang tua, atau bahkan sebagai bentuk apresiasi orang tua terhadap anaknya dan diri sendiri.

Akan tetapi, jangan karena kemudahan penggunaan medsos atau album foto dan video digital ini, orang tua jadi oversharing sehingga abai, lalu posting hal-hal yang justru membahayakan anak.

Ingat! Medsos Bukan Album Pribadi
Media sosial memang bisa dianggap sebagai album foto/video digital. Akan tetapi, kita harus tetap mengingat bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara dokumentasi dengan publikasi. Dengan posting dokumentasi foto/video kita ke medsos, artinya kita melakukan publikasi karena medsos memang bersifat publik.

Foto dan video yang kita posting tidak tersimpan layaknya album pribadi yang hanya bisa dibuka oleh keluarga, melainkan bisa diakses oleh semua orang bahkan orang tak dikenal sekalipun. Ellen Kusuma, Kepala Sub-Divisi Digital At-Risk, SAFEnet mengingatkan orang tua mengenai kemungkinan adanya orang berniat buruk atau jahat yang mengakses foto/video dokumentasi anak kita tersebut.

Ia menyebut bahwa dunia digital memiliki bahaya khusus untuk anak-anak. Anak-anak rentan mengalami penyalahgunaan data yang dapat menempatkan mereka pada risiko penculikan, incaran predator seksual atau child groomingpenipuan, atau bullying. Tak hanya itu, foto dan video anak kita juga bisa disalahgunakan menjadi meme yang bisa jadi viral dan membuat anak malu, menjadi bahan promosi tanpa izin, atau diedit menjadi bahan diskusi di grup pedofil.

Oleh karenanya, walaupun sering kali ada momen yang membuat orang tua sangat bahagia, tetap hati-hati untuk tidak posting sembarangan. Berikut ini adalah foto atau video yang sebaiknya tidak diunggah oleh orang tua di medsos:

1. Kartu Identitas Anak (KIA) atau Kartu Pelajar
Orang tua seharusnya menjaga privasi anak. Sayangnya, tidak sedikit yang tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan di medsos telah melanggar privasi anak, misalnya saja dengan mengunggah Kartu Identitas Anak (KIA) atau kartu pelajar di sekolah. Padahal, di KIA tersebut tertera dengan jelas nama lengkap, tanggal lahir, bahkan alamat dan foto anak tanpa diburamkan atau dibuat blur.

Identitas anak di KIA seharusnya menjadi privasi yang disimpan baik. Sebab, bisa saja konten yang sudah diunggah tersebut dijadikan sumber informasi bagi orangyang ingin melakukan penculikan atau aksi kejahatan lainnya.

2. Bayi Baru Lahir Beserta Data Kelahirannya di Boks Tidur
Bahagia sekali memang rasanya ketika buah hati yang telah dinanti akhirnya lahir ke dunia. Banyak orang tua yang mendokumentasikan bayi mungil mereka yang tengah tidur di dalam boks bayi yang berisi papan data kelahiran rumah sakit atau klinik bersalin. Pihak RS atau klinik bersalin biasanya menuliskan nama lengkap bayi, nama orang tua, tanggal lahir, serta berat lahir di setiap boks bayi.

Anda mungkin belum menyadari bahaya memasukkan data kelahiran tersebut. Tahun 2018 lalu, ada upaya penculikan di kereta di mana pelaku awalnya bersikap ramah dan menanyakan detail kelahiran anak termasuk jam lahir atau berat badan. Saat turun, pelaku langsung menarik dan menggendong anak serta berpura-pura menjadi orang tua aslinya yang mengetahui detail kelahirannya. Bahkan, pernah juga ada kasus foto bayi dimasukkan ke dalam situs jual-beli bayi. Waaah, bahaya nih, Ma…

Baca juga: 10 Kebiasaan Ini Hindari Anak dari Penculikan

3. Lomba Foto Online
Belakangan, lomba foto online untuk bayi dan balita menjadi tren. Beberapa kontes mensyaratkan Mama-Papa untuk posting foto anak dengan informasi nama lengkap, usia, berat badan dan tinggi badan, serta domisili anak. Memang senang, sih, bila anak kita menang. Akan tetapi, Anda juga patut waspada akan dampak mengunggah informasi tersebut, ya.

4. Area Privat Anak Tidak Tertutup
Perhatikan apakah di foto dan video yang Anda posting, anak berpakaian lengkap. Pastikan area privat anak tertutup. Pastikan juga anak tidak hanya memakai baju dalam di foto atau video. Hal ini bisa menjaga mereka agar tidak menjadi incaran predator seksual. Anda mungkin masih ingat kasus Fanpage bernama “Penggemar Kaos Dalam Singlet Anak SD” di Facebook yang dibuat oleh kumpulan pedofil. Dari situ, kita bisa belajar bahwa ternyata bukan hanya foto dalam kondisi telanjang saja lho, yang berisiko.

5. Sedang Mandi atau Sedang Toilet Training
Kadang orang tua gemas ingin posting setiap perkembangan anak termasuk saat anak belajar mandi sendiri atau sedang toilet training. Foto dan video aktivitas anak di area kamar mandi dengan area privat yang tidak tertutup jangan sampai dipublikasikan ya, Ma, Pa.

6. Anak Sedang Baby Spa
Lucu memang melihat bayi mengapung di kolam berisi air dengan pelampung lehernya. Dokumentasi baby spa memang menarik. Akan tetapi, sayangnya tidak sedikit orang tua yang membiarkan area genital anak terlihatjelas tanpa diedit atau diburamkan di dalam dokumentasi yang dipublikasikan di medsos tersebut.

7. Rutinitas Anak
Tanpa sadar, orang tua mungkin oversharing rutinitas anak lewat Instagram story, misalnya. Orang tua mungkin posting foto atau video mengantar-jemput anak sekolah, meninggalkan anak di tempat les, atau kegiatan mereka bermain di luar rumah. Tanpa sadar, foto dan video tersebut meninggalkan informasi berharga bagi orang yang punya niat jahat. Orang tersebut jadi tahu lokasi anak di jam-jam tertentu karena orang tua sendiri yang posting berulang.

8. Nama Sekolah Anak
Hindari posting foto anak di depan plang sekolah. Hal yang sama juga berlaku untuk foto anak berseragam sekolah lengkap dengan badge nama sekolah dan kelas. Ini juga bisa menjadi sumber informasi untuk orang yang merencanakan skenario penculikan. Mereka bisa dengan mudah mengetahui ke mana harus menjemput anak.

9. Momen yang Bisa Membuat Mereka Malu
Foto anak saat sedang kebelet buang air besar, menangis, mengupil, terjatuh adalah dokumentasi yang mungkin bisa membuat mereka malu di kemudian hari. Anda tentu tak ingin, kan, foto atau video tersebut menjadi bahan yang menyebabkan anak Anda mengalami bullying?

10. Foto dengan Fitur Lokasi
Terbiasa mengaktifkan fitur lokasi di medsos? Sebaiknya Anda berpikir ulang. Kebiasaan ini bisa menjadi jejak bagi orang yang berniat jahat.

11. Foto Anak Bersama Teman
Bila Anda harus melindungi privasi anak Anda, maka hal yang sama harus Anda lakukan pada anak lain. Sebelum posting foto atau video saat anakbersama temannya, tanyakan dulu pada orang tuanya apakah Anda diperbolehkan posting.

12. Twibbon Sekolah atau Tempat Les
Twibbon sedang jadi tren, nih. Banyak sekolah yang menggunakan twibbon di hari-hari tertentu seperti HUT RI, Hari Anak, dan lain sebagainya. Bahkan, tidak sedikit juga sekolah atau tempat les yang meminta wali murid menggunakan twibbon berisi tulisan “I’m ready for XXX”, “I’m Part of XXX”, “Anak XXX”, atau “Bangga jadi XXX” di saat penerimaan siswa baru. Twibbon ini bisa jadi salah satu cara meningkatkan eksposur sekolah atau tempat les, memang. Tapi, sebaiknya orang tua lebih bijak dan berpikir ulang mengenai keamanan membagikan twibbon ini. Pikirkan lagi siapa saja viewer yang mungkin akan melihat lokasi sekolah dan tempat les anak Anda dan apakah menurut Anda mereka termasuk circle yang aman.

Mama dan Papa juga mungkin bisa mempertimbangkan pengaturan privasi di media sosial masing-masing dan juga memelajari fitur report. Pastikan semua anggota keluarga termasuk pengasuh anak memahami aturan yang sama.

Jika, anak sudah punya media sosial sendiri, Anda juga harus mengajarkannya prinsip keamanan digital yang bisa menjaga mereka.

Exit mobile version