Wanitaindonesia.co . Jakarta, – PT Takeda Indonesia, perusahaan biofarmasi terkemuka, turut memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli dengan menyelenggarakan diskusi media bertema “Perlindungan Keluarga dari Bahaya Demam Berdarah Dengue”. Diskusi yang digelar secara daring ini turut menghadirkan narasumber dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (“Kemenkes RI”) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (“IDAI”).
DBD merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, dengan tingkat keparahan yang dapat merenggut nyawa dibandingkan dengan demam Dengue biasa. Berdasarkan data dari Kemenkes RI selama semester 1 tahun 2022, secara kumulatif terdapat 52.313 kasus Dengue di kabupaten atau kota di 34 provinsi Indonesia. Angka tersebut merupakan peningkatan hingga lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, sebesar 19.156 pada Juni 2021.
Untuk itu, Takeda Indonesia mengambil langkah konkret untuk mendukung program Pemerintah dalam upaya pencegahan penyebaran Dengue.
Andreas Gutknecht, General Manager PT Takeda Indonesia mengatakan, “PT Takeda Indonesia berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah menuju Zero Dengue Death pada 2030. Hal ini bisa tercapai dengan meningkatkan kesadaran orang tua maupun anak-anak akan bahaya Dengue”. “Seperti diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara dengan hiperendemi Dengue di mana kasus Dengue cenderung mengalami peningkatan saat peralihan musim hujan ke musim kemarau. Karena itu, orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan akan gejala Dengue serta ciri yang menyertainya”.
Lebih lanjut, setiap orang berisiko terjangkit Dengue, tidak terbatas pada umur, jenis kelamin, di mana mereka tinggal, maupun gaya hidup. Oleh karena itu, seluruh anggota keluarga memiliki risiko yang sama terjangkit Dengue. Melansir data dari Kemenkes RI, jumlah kasus Dengue dapat ditemukan pada seluruh kelompok usia, dimana pada rentang usia 5-14 tahun dan 15-44 tahun, masing-masing sebanyak 36,10% dan 38,01%. Sedangkan jumlah kasus kematian akibat Dengue paling banyak adalah pada kelompok usia 5-14 tahun, yaitu sebanyak 40,58%. Berangkat dari hal tersebut, Takeda Indonesia menilai perlunya sumber informasi terpercaya yang dapat menjadi referensi keluarga dan masyarakat mengenai pencegahan Dengue.
“Kami memperkenalkan situs www.cegahdbd.com ini sebagai platform informasi Dengue dan pencegahannya yang dapat diakses oleh masyarakat luas. Selain itu, Takeda juga mengajak masyarakat untuk bergabung dalam kampanye “Jentik Jari”, yang menandakan semangat bersama untuk pencegahan Dengue yang komprehensif dan cermat, termasuk dengan motede pencegahan inovatif.” kata Andreas.
Dengan tingginya jumlah anak-anak hingga remaja yang terkena bahkan meninggal dunia akibat Dengue ini, Dr. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), Ketua UKK Infeksi & Penyakit Tropis, IDAI mengatakan “Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam meminimalisir jumlah kasus Dengue. Para orang tua diharapkan mewaspadai adanya individu yang terjangkit dengue di lingkungan rumah, sekolah, tempat penitipan anak, maupun tempat bermain anak. Apabila anak demam, berilah banyak minum, istirahat, dan segera ke layanan kesehatan untuk memastikan apakah ia terinfeksi oleh virus dengue. Apabila anak anda dengue, upayakan setiap hari dapat berkonsultasi ke dokter dan waspadalah apabila anak memasuki fase penurunan demam yaitu di hari ke-3 sampai 7 sakit. Pada fase ini, anak mungkin menunjukkan tanda bahaya seperti muntah-muntah, nyeri perut hebat, perdarahan hidung atau tempat lain, tangan teraba lembab/anyep, gelisah, kejang, atau sulit dibangunkan. Apabila ditemukan tanda bahaya, segeralah membawa anak ke rumah sakit atau puskesmas dengan tempat perawatan karena kondisi dapat berlanjut menjadi berat (severe dengue) yang mengancam kehidupan, akibat terjadinya kebocoran plasma hebat, perdarahan berat dan kerusakan organ.” tambah Dr. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K).
Terkait hal ini, pemerintah telah menargetkan penurunan angka kejadian Dengue hingga kurang dari 10 per 100.000 penduduk pada tahun 2024 dan nol kasus kematian akibat Dengue pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah melakukan berbagai upaya, antara lain: dengan melakukan penguatan sistem surveilans serta manajemen kejadian luar biasa, penguatan tata laksana secara komprehensif, meningkatkan partisipasi dari kemandirian masyarakat, meningkatkan komitmen pemerintah pusat maupun daerah serta partisipasi mitra dan multi sektor, dan mengembangkan kajian penelitian serta inovasi untuk penetapan kebijakan pengendalian Dengue ke depannya.
“Kami optimis bahwa Dengue dapat dikendalikan dan angka kejadian hingga kematian dapat ditekan secara signifikan. Hal ini tentunya dapat tercapai jika seluruh masyarakat dari berbagai sektor turut berpartisipasi dalam pencegahan Dengue dimulai dari lingkungan masing-masing”. “Oleh karena itu kami mengapresiasi Takeda Indonesia atas partisipasi aktifnya dalam membangun kesadaran masyarakat akan bahaya Dengue dan pentingnya pencegahan Dengue, termasuk berbagai upaya preventif yang dapat dilakukan dan membawa opsi inovasi pencegahan guna mendukung upaya pemerintah mencapai nol kasus kematian akibat dengue pada 2030,” ungkap Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI.