wanitaindonesia.co,, Jakarta – Krisis global nyata kita rasakan. Naiknya harga pangan, energi dan fiskal membuat rakyat bingung dan susah.
Sosok Bunga Bangsa Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia berteriak lantang. Ia menyuarakan hal penting yang bisa dilakukan agar dapat bertahan di tengah gempuran krisis. Sesungguhnya dampak krisis berimbas langsung kepada kualitas kehidupan keluarga, khususnya terhadap ibu yang memiliki peran strategis.
WanitaIndonesia.co menghadiri undangan deklarasi KopiSusi, relawan pendukung ibu Susi yang digagas oleh sekelompok milenial. Berawal dari ketertarikan akan sosok ideal dan tegas yang dibahas melalui grup percakapan Telegram.
Kami mewawancarai sosok yang lekat dan peduli dengan rakyat melalui kata dan perbuatan. Berharap melalui buah pikiran beliau, hadir persepktif baru, inspirasi dan tentu saja action buat seluruh Wanita Indonesia berjibaku melawan krisis.
WanitaIndonesia.co :
Indonesia terdampak krisis multidimensi, ekonomi, sosial, politik dan hukum.
Langkah preventif apa yang mudah dilakukan, khususnya para ibu rumah tangga untuk berkelit dari krisis?
Susi Pudjiastuti :
Ada banyak dampak dari krisis multidimensi yang kita hadapi sekarang. Jika diurai satu persatu cakupannya sangat luas. Sebut saja krisis ekonomi dulu deh. Harga-harga kebutuhan hidup sekarang melonjak drastis. Asisten rumah tangga saya belanja ke pasar, beli cabai rawit Rp. 10.000,- hanya dapat 10 butir. Ayam setengah ekor harganya Rp. 38. 000,- sekian. Ironisnya kita kemarin dipertontonkan dan merasakan kelangkaan, serta meroketnya harga minyak goreng.
Tiket penerbangan ke Bali melonjak drastis karena kelangkaan avtur (bahan bakar pesawat). Kisaran 2 juta sekian hanya berlaku untuk sejali jalan, tidak lagi untuk pergi-pulang. Amerika sekarang malah dilanda inflasi tinggi. Banyak warganya yang harus antri makanan gratis pada sejumlah Bank Pangan. Maskapai di sana bahkan berani memberikan insentif hingga US$10. 000, – di luar dari harga tiket yang dipesan bila calon penumpang membatalkan terbang.
Problem lain, walaupun Anda memiliki uang tapi tiket penerbangan sangat sulit dicari, karena maskapai besar mulai membatasi layanan karena langkanya avtur.
Wah, ekonomi dunia sedang morat-marit lho karena beragam sebab. Selain krisis gegara pandemi Covid-19, j
perang Rusia-Ukraina yang kesemuanya berdampak panjang pada pemulihan ekonomi.
WanitaIndonesia.co :
Langkah-langkah preventif apa saja untuk membentengi keluarga, walau krisis, tapi dampaknya tidak signifikan. Minimal mampu mencukupi kebutuhan dasar makan dan minum yang bergizi?
Susi Pudjiastuti :
Semuanya sudah ada ukuran, harus ikut aturan main. Saya melihat masih banyak rumah tangga yang mengutamakan konsumsi secara berlebihan. Senang makan, pesta atau nongkrong di cafe atau resto. Sekarang, semua anggota keluarga harus satu suara untuk mulai berhemat. Buat sendiri steak, minuman kopi, maupun ragam cake nikmat dari dapur rumah.
Jika belum mahir, manfaatkan komunitas di lingkungan masing-masing untuk belajar dan memasak secara patungan. Belanja,
memasak dan makan bersama-sama layaknya tradisi poutluck party di Amerika.
Penting melakukan diversifikasi pangan dan mengubah teknik memasak. Minyak goreng naik, hadirkan olahan alternatif dengan dibakar, direbus, maupun dikukus. Penggemar pedas dapat mengerem selera dengan mengurangi konsumsi cabai.
Mulai mengonsumsi bahan pangan yang beragam. Selain nasi, konsumsi pula umbi-umbian, sagu, jagung dlsbnya yang lebih murah dan sehat.
Alternatif bahan pangan tersebut dapat menjadi alternatif sarapan atau saat makan malam. Untuk makan siang boleh mengonsumsi nasi.
Hadirkan mindset, makan bukan hanya sekedar pemuasan selera. Orang bijak adalah mereka yang dapat mengontrol keinginan. Utamakan mengonsumsi bahan pangan yang mendatangkan manfaat buat kesehatan.
Lupakan tagline ‘makan kurang nikmat dan berselera tanpa sambal’ atau belum makan bila belum mengonsumsi nasi. Itu sudah old, basi!
Pedomani semboyan ‘You Are What You Eat’ Kamu adalah apa yang kamu makan, yang mengacu kepada kondisi kesehatan seseorang.
Mengurangi mengonsumsi nasi, serta lemak jahat seperti minyak goreng terbukti mampu mengurangi risiko penyakit degeneratif. Ketika beralih pola konsumsi dibutuhkan tekad, bahwa hidup di zaman Now itu makan tidak hanya sekedar kenyang dan puas, juga harus sehat!
Buat ibu rumah tangga, maupun yang berkarir harus memanfaatkan waktu luang dan halaman rumah dengan bertanam bumbu dapur, sayur, buah.
Cabai rawit itu paling gampang dibudidayakan lho. Kalau tidak punya halaman, ga usah muluk-muluk dengan bertanam hidpronik. Tanam di kaleng atau wadah bekas. Demikian halnya beberapa bumbu dapur yang bisa dibudidayakan dengan cara-cara sederhana. Bagi yang memiliki halaman, lebih banyak lagi yang bisa dilakukan untuk memperkuat ketahanan pangan, bisa beternak ayam dan memelihara ikan.
Saya di rumah mulai beternak ayam petelur, yang telur dan dagingnya bisa dikonsumsi. Pakannya dari limbah rumah tangga, sisa siangan ikan, sayuran, serta sedikit sampah dari makanan. Ketika minyak goreng langka, saya membuat minyak kelapa, tanpa harus menggunakan proses pemasakan. Saya punya tanaman kelapa tapi tidak banyak. Sayangnya petani kelapa sudah tidak banyak, coba dulu kita tidak terburu-buru mengkonversi minyak kelapa ke minyak sawit, tentu masyarakat Indonesia dan petani akan senang dan sejahtera. Susi juga menyorot kebenaran pemerintah yang gemar impor yang sejatinya produksi dalam negeri mencukupi dan tak kalah berkualitas. Ironi bila Vietnam dan Filipina yang mencoleng hasil laut ikan Indonesia kemudian hasil rampokannya tersebut malah dibeli Indonesia. Ini di luar akal sehat. Karenanya saya tak segan untuk menangkap lalu menenggelamkan kapal-kapal tersebut, serta menyerukan untuk proses hukum pelakunya.
Kenaikan harga pangan, tentunya diikuti oleh kenaikan harga bbm dan sebaliknya. Buat yang masih gengsi dan mengutamakan naik mobil pribadi, mulai beralih ke angkutan umum. Yang berniat beli mobil, tunda dulu.
Sebaiknya uang disimpan untuk kebutuhan penting. Pemerintah tidak akan mampu mensubsidi bbm terus-menerus. Sekarang dana yang digelontorkan untuk subsidi tembus hingga 500 triliun!
Bersiap untuk hal terburuk kenaikan harga bbm yang sangat tinggi karena pemerintah sudah tidak mampu memberikan subsidi. Urungkan untuk membeli mobil.
Utamakan gaya hidup go green. Jarak dekat 500 M hingga di bawah 1 Km jalan kaki saja. Kalau belum terbiasa, gunakan sepeda, atau angkutan umum yang lebih murah dan hemat bbm tentunya.
Masih banyak aspek lain seputar ekonomi yang bisa dihemat. Semuanya bukan saran baru, sudah sering dikatakan para ahli, hanya sayangnya dilupakan.
WanitaIndonesia.co :
Selain diversifikasi pangan dan memperkuat ketahanan pangan setiap rumah tangga, langkah kongkret apa lagi yang bisa dilakukan?
Susi Pudjiastuti :
Kencangkan ikat pinggang, berhemat. Beli sesuai kebutuhan. Sudah tidak zaman menuruti selera. Memang makanan itu dicari lezatnya, namun ketika sudah beberapa suap, semuanya terasa biasa dan tidak ada yang istimewa. Tinggal tagihan bill-nya saja yang bisa membuat kita sport jantung.
Kaum wanita harus lebih peduli dengan isu lingkungan yang berdampak pada pemanasan global. Diantaranya dengan mengurangi pola konsumsi berlebihan, yang berdampak pada produksi limbah makanan.
Cermat memilih produk yang benar-benar go green, jangan terjebak produk ramah lingkungan abal-abal (greenwashing). Gen Z dan Milenial harus peduli dengan isu kerusakan lingkungan yang dampaknya perlahan dan nyata. Generasi Old jangan hanya berpidato tapi minim action.
Lakukan cara klasik, menabung. Tabung sesuai kemampuan. Jika setiap anggota keluarga memiliki tabungan, tentunya hadir jaring pengaman di rumah. Tunda dulu bepergian, karena transportasi, serta kebutuhan wisata saat ini terbilang mahal.
Lakukan refreshing cerdas dan hemat. Bisa menonton tv bersama, memasak, berkebun, memelihara ternak,
apapun yang dapat membuat seluruh anggota keluarga senang.
Langganan internet bulanan tentunya
lebih hemat dari pada membeli paket kuota.
Upayakan tetap stay di rumah mengingat angka penderita Covid-19 trennya naik kembali.
Jika masih dirasa sulit, carilah penghasilan tambahan. Buat garage sale dari barang-barang atau pakaian yang layak pakai, tapi sudah jarang disentuh. Bagi yang punya skills seputar memasak, ketrampilan maupun jasa, maksimalkan hingga menjadi sumber penghasilan tambahan. Atau lakukan hal-hal yang bermanfaat, serta mendatangkan penghasilan tambahan.
Saya kenal seorang ibu yang gemar menghadiri acara memasak. Karena supel, si ibu kemudian dipercaya menjadi koordinator penonton untuk berbagai acara demo masak. Walau tidak mahir memasak, tapi ia mampu memberdayakan skills – nya.
WanitaIndonesia.co :
Apa tanggapan ibu terhadap Komunitas pendukung Ibu Susi (KopiSusi) yang dideklarasikan khusus untuk memuliakan peran ibu?
Susi Pudjiastuti :
Saya speechlees, terharu, susah untuk berkata-kata. Apresiasi yang diberikan oleh kaum milenial dari seluruh Indonesia ini membuat saya bangga. Ok saya hargai, saya support.
Saat ini anggota KopiSusi jumlahnya telah mencapai 20 ribu lebih.
Hari ini saya sengaja bersama anak-anak saya terbang dari Pangandaran ke Griya Ardhia Garini Jakarta. Saya berterima kasih untuk kasih sayangnya, siapalah saya, kok masih ada masyarakat yang menginginkan saya untuk menjadi calon presiden di masa depan.
Tanpa bermaksud menjudge, kita tahu pemerintahan ini sudah dibentuk by desaign. Orang yang tidak punya kendaraan parpol, ya ga mungkin, atau sulit maju. Ini fakta, sebagian pejabat didominasi oleh lingkaran kekuasaan, orangnya itu-itu saja. Habis menjabat menteri kemudian menjadi anggota dewan, setelahnya menduduki jabatan strategis di sejumlah BUMN.
Hei, ke mana 250 juta rakyat Indonesia, masa sih tidak ada wajah baru yang berkompeten untuk menghandle jabatan strategis itu?
Saya tegaskan ke pengurus komunitas KopiSusi yang bersilaturahmi ke rumah saya di Pangandaran, jangan terlalu berharap yang muluk-muluk. Lebih bijak relawan KopiSusi dijadikan gerakan moral movement. Jangan ada lagi polarisasi,
katakan tidak pada korupsi, tenggelamkan oligarki, Indonesia untuk Indonesia.
Untuk sekarang saya selalu menggaungkan perubahan di lingkup terkecil seperti tempat tinggal, diantaranya dengan melakukan ketahanan pangan dalam rumah tangga, peduli dengan lingkungan, serta berhemat. (RP).