Eksostisme Batik Pekalongan Lakon Indonesia Hadirkan Koleksi “Pasar Malam” untuk Streetwear Indonesia

Koleksi "Pasar Malam" Lakon Indonesia (Foto : JF3)

WanitaIndonesia.co, Serpong – Tangerang,
Mencintai ketradisionalan, mencintai negeri, mencintai budaya dengan membuka wawasan kebhinekaan berpikir merupakan jalan pengabdian Thresia Mareta, Founder Lakon Indonesia.

Lewat ide, gagasan, serta langkah konkret, wanita yang diberikan kekuatan energi inspiratif ini bersama timnya selalu menggaungkan budaya lewat beragam aspek, salah satunya yang paling banyak dinantikan masyarakat lewat karya indah koleksi busana yang berdaya pikat, serta membumi.

Bagi Thres eksostisme Batik tak diragukan, tapi seberapa banyak masyarakat Indonesia, serta dunia yang mengetahui, memahami, serta memaknai batik secara utuh?, filosofi, jenis batik, corak, motif, teknik pembuatannya?

“Ini menjadi salah satu konsen Lakon Indonesia untuk membumikannya, tentunya tak hanya batik, melainkan keseluruhan wastra Nusantara agar kian hub bernilai, tak hanya sekedar indah dilihat, serta dikenakan, yang banyak mengacu kepada fungsinya saja, “ujar Thres.

Thres melanjutkan, “Penting masyarakat kita, serta dunia memahami seluruh elemen yang ada di dalamnya, sehingga kemudian muncul apreasi mendalam, tak menjadi tren sesaat, kemudian surut dilupakan.
Justru ke depan akan menjadi identitas, bagian lifestyle fashion masyarakat dengan mengedepankan aspek fungsi, serta estetika berbusana. ”

Gaya streetwear modern dari DNA budaya Indonesia (Foto : JF3)

Modernitas Budaya Lewat Karya Artisan Mumpuni

Berfokus pada pelestarian wastra Nusantara yang disalin rupa salah satunya menjadi koleksi streetwear modern, yang ditampilkan di runway JF3 di Salsa Fashion Tent, Summarecon Mall Serpong.
Hadir ragam koleksi streetwear modern, hasil kolaborasi dengan salah satu Maestro Batik Pekalongan Dudung Alisyahbana.

Dudung dikenal sebagai salah satu Maestro Batik yang memiliki corak, serta motif batik Pekalongan dengan karakter kuat.
Dominasi warna biru – putih yang terlihat pada koleksi memiliki makna tersendiri.

Biru akan memberikan rasa tenang, kepercayaan diri, kelembutan pekerti, keikhlasan, serta kesetiaan. Sedangkan putih itu kan simbol kehidupan, kesucian, ketentraman hati, sifat pemaaf dari pemakainya.

Salah satu kreasi ikonik dihadirkan Dudung lewat motif buketan khas Pekalongan berupa ilalang, bunga, serta burung bangau cantik.

Kolaborasi Lakon Indonesia menggandeng desainer lrsan dengan menggunakan batik Pekalongan kreasi Dudung Alisyahbana, tentunya menjadi sinergitas apik anak bangsa. Untuk setiap koleksi, Lakon Indonesia akan mendapuk salah satu artisan untuk diajak bekerja sama dalam pembuatan koleksi.

(Foto : JF3)

Koleksi “Pasar Malam” akan membuat pemakaiannya terlihat stunning, karena menggunakan batik yang lahir dari buah pemikiran, serta tangan kreatif sang Maestro Dudung Alisyahbana. Hadir desain, teknik, dan finishing mengandalkan teknik pekerjaan tangan.

Thres menegaskan, Ini menjadi perayaan bagi konsistensi, serta komitmen untuk mengangkat hasil karya tangan artisan tradisional pada koleksinya.
Pasar Malam menjadi tema yang related dengan tampilan busana sederhana yang dihadirkan lewat ketegasan potongan-potongan baru.

“Koleksi Pasar Malam tak serta merta muncul begitu saja, lewat perenungan, serta hasil riset yang terjadi dalam keseharian di jalan, serta mengakomodir apa sih yang dibutuhkan oleh generasi sekarang, “ujar Thres.

“Salah satu kesimpulannya, kekinian muncul tren pakaian olah raga seperti training yang dijadikan fashion keseharian generasi muda.
Mungkin dianggap nyaman, bebas bergerak, tapi sebagian pengguna justru mengabaikan aspek etika, serta estetika berbusana, dikarenakan tak semua momen, maupun ruang itu cocok dengan gaya seperti ini, “pungkas Thres.

Lewat RTW2024/2025 oleh Irsan’s 7 Collection For Lakon Indonesia kami persembahkan rangkaian koleksi yang menjanjikan kenyamanan dalam perjalanan, tanpa menghilangkan kegunaan, serta aspek estetika dalam berbusana.

Saat pagelaran, Tim kreatif Lakon menghadirkan ambience Pasar Malam yang terdiri dari beragam elemen seperti musik rakyat dhangdut, ragam ornamen lampu, hiasan, serta munculnya angkutan bajaj yang menjadi center point runway JF3.