WanitaIndonesia.co – Dompet Dhuafa melalui Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) telah meluncurkan fase kedua bantuan bagi Palestina. Peluncuran bantuan ini dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada hari Senin.
Presiden Joko Widodo menyampaikan rasa syukur, mengatakan, “Alhamdulillah, hari ini kita sekali lagi akan mengirimkan bantuan kepada saudara-saudara kita di Gaza, yang terdiri dari dua pesawat dengan total muatan 21 ton obat-obatan, perlengkapan rumah sakit, makanan, dan kebutuhan lain sesuai kebutuhan masyarakat di Gaza.”
Seperti bantuan sebelumnya, pesawat akan menuju El Arish di Mesir sebelum didistribusikan ke Gaza, seperti yang diungkapkan oleh Presiden.
Menanggapi agresi militer yang terus berlanjut, Presiden Joko Widodo menekankan perlunya penghentian segera. “Saya sampaikan secara langsung pentingnya menghentikan kekejaman di Gaza. Kedua, gencatan senjata harus segera dilakukan. Ketiga, perang harus dihentikan. Terakhir, bantuan kemanusiaan harus dipermudah masuk ke Gaza,” tambahnya.
Penting dicatat bahwa IHA menyumbangkan 6 ton dukungan logistik beragam untuk memenuhi kebutuhan dasar. Shofa Qudus, General Manager Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, melaporkan, “IHA menyumbang 6 ton, termasuk 440 selimut dewasa, 375 selimut anak-anak, dan 1.000 kasur dari Dompet Dhuafa.”
Per 20 November 2023, United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) melaporkan jumlah korban jiwa sebanyak 11.078 orang, dengan 4.506 di antaranya anak-anak dan 3.027 perempuan. Namun, angka ini berdasarkan data hingga 11 November 2023, karena gangguan pada saluran komunikasi.
Sebanyak 2.700 individu, termasuk sekitar 1.500 anak-anak, dilaporkan hilang, mungkin terjebak atau meninggal di bawah puing, menunggu penyelamatan atau pemulihan. Sebanyak 27.490 warga Palestina lainnya dilaporkan terluka.
Dengan lebih dari 1,7 juta orang di Gaza diperkirakan menjadi pengungsi internal, termasuk hampir 900.000 pengungsi di setidaknya 154 tempat penampungan UNRWA, situasinya tetap sulit. Tempat penampungan UNRWA penuh sesak dan tidak mampu menampung pendatang baru, memaksa ribuan pengungsi mencari tempat tidur di dinding atau ruang terbuka.
Densitas penduduk berkontribusi pada penyebaran penyakit, termasuk infeksi saluran pernapasan dan diare, memperburuk tantangan lingkungan dan kesehatan. Unit pancuran terbatas (satu untuk setiap 700 orang) dan toilet (satu untuk setiap 150 orang) semakin membebani kemampuan UNRWA untuk memberikan layanan dengan efektif dan tepat waktu.
Sebagai penutup, artikel ini menyampaikan terima kasih kepada para donatur atas dukungan mereka, menyoroti pentingnya upaya bersama untuk membantu dan mendukung rakyat Palestina dalam situasi sulit ini. Panggilan untuk persatuan dan solidaritas menekankan pentingnya bersama-sama mendukung kesejahteraan komunitas Palestina, mengingatkan kita bahwa “Bumi Cuma Satu.” (adv)