

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Orang tua harus menguasai 3 Metode Penting dari SUN, Gerakan Lahap Makan. (dr. Dimple Nagrani, Sp.A, BMedSc, Dokter Spesialis Anak)
Lewat peluncuran Program Gerakan Lahap Makan (GLM) yang merupakan sinergitas epik melawan Gerakan Tutup Mulut, yang diinisiasi oleh SUN, Produk makanan pendamping ASI dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Hadir kolaborasi bersama Expert dr. Dimple Nagrani, Sp.A, BMedSc yang mengajarkan 3 Metode Penting bagi para orang tua saat memberikan MPASI.
Momen Penanda Lintasan Sejarah Emas bagi tumbuh kembang optimal anak-anak Indonesia, dukung Generasi Emas Indonesia 2045, merupakan upaya berkelanjutan SUN, dan PT Indofood untuk mempersiapkan generasi muda berkualitas serta berdaya saing tinggi.
Dokter Spesialis Anak, Dimple Nagrani menjelaskan 3 Metode Penting Lawan GTM jadi GLM sebagai suluh bagi para orang tua dalam memberikan MPASI kepada anaknya.
1. Saat hendak memberikan makan, ibu harus memastikan bahwa kondisi anak sudah dalam keadaan lapar.
Beri jeda selama 2-3 jam sebelum makan serta kondisi anak tidak sedang mengantuk. Tentunya jika kedua aspek ini diabaikan, anak akan melakukan Gerakan Tutup Mulut.
Pemberian jeda 2-3 jam bertujuan agar makanan sebelumnya dapat dicerna dengan baik.
Pun ketika saat anak melakukan GTM, bisa jadi di dalam mulut masih ada makanan. Kalau masih ada tunggulah sampai anak menelannya, kemudian baru disuapi lagi.
2. Variasikan rasa, dan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan zat gizi anak. Seperti MPASI harus mengandung karbo, protein serta lemak seperti yang terkandung di dalam ASI.
Ihwal protein terbaik gunakan yang berasal dari hewani seperti daging, ati sapi, ayam, ikan, seafood. Sebaiknya tidak menggunakan olahan kedelai seperti tahu, dan tempe.
Rangsang selera makan anak dengan aroma sedap serta rasa lezat yang disukai anak untuk olahan MPASI. Jika tidak anak memiliki kecenderungan untuk menolak serta beralih kembali ke ASI.
Variasi MPASI itu wajib. Jangan Nasi Sop Ayam terus, sebaiknya buat beragam seperti Sop Bola-bola Sapi. Nugget ayam, dlsbnya.
Penggunaan garam sebaiknya diganti dengan rempah-rempah, atau bisa diberikan dalam takaran sedikit.
Tak kalah penting pastikan tekstur makanannya sesuai dengan tahapan usia anak. Tak disarankan untuk menaikkan kemudian menurunkan tekstur karena biasanya anak akan menolak.
Sebaiknya jika sudah naik usahakan untuk terus naik walau pun itu dilakukan secara bertahap. Karena tekstur makanan yang naik akan membuat anak memiliki refleks untuk mengunyah. Seperti bubur, teksturnya harus kental dan halus, bisa dicolek dengan jari seperti tekstur mash Potato.
Jika terlalu cair mulut anak akan belepotan. Biasanya mereka tak senang dengan kondisi seperti ini. Pedomannya pada usia 9-12 bulan tekstur bubur harus padat, dan lembut. Untuk usia di atas itu bisa diberikan makanan keluarga yang tak terlalu pedas.

3. Orang tua perlu memperhatikan cara pemberian makanan yang tepat. Seperti anak harus dalam posisi duduk yang benar.
Kebiasaan memberi makan sambil menggendong anak sebaiknya dihindari, dikarenakan posisi punggung dan leher yang tak tegak berpotensi membuat anak tersedak.
Penting untuk meminimalkan distraksi (gangguan yang membuat perhatian anak teralihkan dari makanan), agar anak dapat mengenali makanan sembari belajar mengunyah serta menelan dengan baik.
Berikan di dalam ruangan yang tak ada orang lain. Karena bila ada pihak ketiga atau di tempat ramai, anak jadi tak fokus ke makanan. Yang sudah-sudah ia lebih senang lihat kiri, lihat kanan.
Jangan berikan MPASI sambil bermain dengan gadget atau sambil di ajak berjalan-jalan sembari berinteraksi dengan hewan.
Melatih fokus anak pada makanan merupakan stimulasi sensoris yang bermanfaat untuk melatih serta menggunakan indra penciuman, peraba serta perasa. Ini sangat berperan penting di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan serta dalam menunjang keberhasilan pemberian MPASI.
Banyak pertanyaan serta keluhan saat anak terutama yang berusia di atas 9 bulan maunya makan sendiri. Menurut Dokter Dimple hal ini bukan masalah serius, dan boleh saja dilakukan.
Orang tua harus memberikan kesempatan agar anak melakukannya dengan baik. Kontrol volume makanan yang dikonsumsi tidak sedikit ataupun terlalu banyak. Saat makan sendiri waktu maksimal makan adalah 30 menit, lebih dari itu sebaiknya dihentikan.
Jika dibiarkan jadwal makan anak jadi berantakan yang membuat GTM menjadi tak dapat diatasi. Sebaiknya lakukan pada waktu jam makan berikutnya.

Zat Besi Penting Pada MPASI, dari Sumber Hewani atau Nabati?
Pada momen ini dr. Dimple memberikan penekanan akan pentingnya pemenuhan kebutuhan zat besi pada anak dengan MPASI. Menurutnya, kebutuhan Zat Besi pada anak berperan penting dalam pengembangan sistem saraf, pembentukkan sel darah merah serta pertumbuhan, dan perkembangan yang optimal.
MPASI harus mengandung zat besi. Jika anak kekurangan zat besi akan berisiko mengalami anemia defisiensi besi yang akan mempengaruhi secara umum serta dikaitkan juga dengan peningkatan angka kesakitan yang berdampak infeksi, gagal jantung hingga kematian.
Zat besi memiliki fungsi utama dalam perkembangan sistem saraf. Sumber energi bagi otot yang mempengaruhi ketahanan fisik. Zat besi menjadi mineral penting bagi semua jaringan dalam tubuh anak yang sedang berkembang.
Anemia merupakan kekurangan zat besi disebabkan oleh berkurangnya cadangan zat besi dalam tubuh prevelansinya masih cukup tinggi terutama pada balita serta anak usia sekolah.
Kekurangan zat besi akan berdampak pada kecerdasan, perilaku serta kemampuan motorik anak.
Anemia defisiensi Zat Besi pada anak di bawah usia 2 tahun akan berdampak respons anak menjadi lambat, mudah rewel serta sulit untuk mengendalikan diri. Jika tidak segera ditangani dengan baik akan berdampak lebih serius pada pertumbuhan serta perkembangan anak.
Solusi agar tak kekurangan Zat Besi pada anak dengan MPASI, berikan bahan pangan yang kaya Zat Besi. Sumber utamanya yang berasal dari hewan seperti daging, ayam, hati sapi, hati ayam, ikan, seafood, karena mudah diserap tubuh dibandingkan dengan sumber Zat Besi yang berasal dari nabati seperti sayuran, kacang-kacangan serta produk olahannya seperti tahu, dan tempe. Sumber Zat Besi Nabati sulit diserap tubuh.
