Diperdaya, Merindu lalu Mengikhlaskan Buah Hatinya, Aqilla Menginspirasi melalui “Air Mata di Ujung Sajadah”

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Apa iya wanita sekarang bermental pejuang, sabar, tabah, cerdas menyelesaikan sebuah permasalahan dengan baik?

Keyakinan Wanita Indonesia itu hebat, kuat, tabah, serta mampu menyelesaikan permasalahannya dengan baik, diyakini oleh produser kondang Ronny Irawan. Lahir ide dari buah pikir bernas Film Air Mata di Ujung Sajadah. Melalui skenario yang ditulis apik oleh Titien Wattiwena, dengan penulis pendamping Ummu Amalia Misbah, Muthi’ah Khairunnisia dan Key Mangunsong masyarakat perfilman Indonesia mendapat tontonan film drama I
istimewa.

Ide dan kekuatan skenario membuat para pemain watak senior sekaliber Jenny Rachman luluh dan bersedia untuk menerima peran. Pun halnya dengan pemain lainnya.
Air Mata di Ujung Sajadah menjadi film drama situasi yang mendobrak dominasi genre film horor paska pandemi.

Ceritanya cukup mengena dengan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian wanita yang berjuang untuk memperoleh momongan, tentunya bahagia jika berhasil mengadopsi anak yang lucu menggemaskan. Namun, di sisi lainnya ada ibu yang merasa dikhianati karena buah hatinya diberikan secara diam-diam ke orang tua lain.

Launching official trailer dan poster film Air Mata di Ujung Sajadah.(Foto : WanitaIndonesia.co)

Film menceritakan perjalanan Aqilla (Titik Kamal) yang dibohongi ibunya Halimah (Tutie Kirana) bahwa bayinya bersama Arfan (Krisjiana Baharudin) meninggal.
Padahal ibu Halimah menyerahkan bayi tersebut kepada pasangan Arif (Fedi Nuril) dan Yumna (Citra Kirana) yang belum memiliki anak.

Tujuh tahun sebelum Halimah wafat, terungkap rahasia besar anaknya Baskara (Faqih Alaydrus) masih hidup dan diasuh oleh Arif-Yumna.
Konflik batin pun dimulai dengan sejumlah adegan yang mengaduk-aduk emosi. Kerinduan bercampur dengan emosi, perjuangan, kemudian muncul perasaan kasihan yang menjadi perjalanan panjang nan kelabu Aqilla.

Melalui komunikasi dengan Rabb-Nya, lewat untaian doa dan derai air mata di atas sajadah, Aqilla kemudian mencapai pemikiran tertinggi dari hakikat hidup manusia, ikhlas. Ikhlas merupakan cara bijak untuk mensyukuri hidup, serta karunia Ilahi dengan hal-hal yang positif.

Aqilla mulai berdamai dengan perasaannya. Yang awalnya dianggap tak adil, kemudian dimaknai sebagai cobaan sebagai orang yang dipilih Tuhan.
Ia pun berbesar hati untuk membiarkan buah hatinya tumbuh kembang dalam pengasuhan keluarga lain.

Sutradara wanita Key Mangunsong yang piawai menggarap tayangan sinetron mampu menambah scene demi scene guna menguras emosi penonton. Utamanya melalui dua sosok pemeran utama yang merupakan ibu muda.

Banyak pembelajaran menarik
dari sejumlah hal-hal menyentuh. Satu meminta haknya, yang lain mempertahankan dengan bumbu pemeran lain dengan segala upaya untuk memengaruhi keduanya.

Bagi Key, kekuatan film yang menjadi debut perdananya sebagai sutradara, layak diapreasi masyarakat. Skenarionya itu apik, didukung oleh pemeran yang lekat sebagai pemain watak hebat. Menjadi awal kebangkitan industri perfilman Indonesia paska pandemi, saat pemain senior berbakat beradu akting dengan pemain muda bersinar.

Key mengatakan pesan santun ditampilkan melalui skenario anti mainstream. Walau hadir konflik, tapi dipertontonkan secara elegan dan cerdas. Tak terlihat luapan amarah, maupun adegan tak elok yang berlebihan, layaknya sosok antagonis di sebuah film drama.

Tokoh utama digambarkan sebagai sosok bijak, sabar, namun tetap berjuang untuk mendapatkan, serta mempertahankan haknya. Kala menghadapi situasi sulit yang menyulut emosi, sang produser Ronny Irawan dan Nafa Urbach dapat meredam melalui kekuatan doa dan cucuran air mata khas Wanita Indonesia.

Film Air Mata di Ujung Sajadah kian menyentuh dengan
soundtrack “Sepi” yang dibawakan penuh penjiwaan oleh penyanyi Yuni Shara. Yuni mampu menempatkan emosi pada lagu, menghadirkan perasaan mengharu-biru. Ia mumpuni layaknya bintang terang, dari sedikit bintang yang mampu bersinar dari banyaknya bintang baru dalam industri musik Indonesia.

Yuni berkisah, lagu Sepi ciptaan Melly Goeslow merupakan lagu yang pernah digunakan sebagai Soundtrack sebuah film dengan genre serupa produksi Malaysia. ”
Tak kalah memukau saat penyanyi pendatang baru berbakat Fadhilah Intan menyanyikan Soundtrack kedua “Dawai”.

Film produksi Beehave Pictures dan MBK Productions menghadirkan sejumlah talenta terbaik pemeran senior dan junior di industri perfilman Indonesia.
Dibintangi oleh Titi Kamal (Aqilla), Fedi Nuril (Arif), Citra Kirana (Yumna), Jenny Rachman (Eyang Uti Murni), Faqih Alaydrus (Baskara), Krisjiana Baharudin (Arfan), Tutie Kirana (Halimah) dan Mbok Tun sebagai Mbok Tun.

Buat Anda yang rindu dengan film drama berkualitas bisa menyaksikan mulai 7 September 2023 di seluruh bioskop Indonesia.
(RP)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini