WanitaIndonesia.co, Jakarta – Di tengah dinamika ekonomi global akibat tensi geopolitik dan perangtarif, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tetap mampu menunjukkanpertumbuhan positif di seluruh segmen bisnis, khususnya dengan tetap menempatkansegmen UMKM sebagai fokus utama. Pertumbuhan positif di seluruh segmen bisnistersebut diikuti dengan capaian laba bersih konsolidasian BRI pada Triwulan I 2025 yang mencapai sebesar Rp13,80 triliun.
Hal tersebut disampaikan pada Press Conference Kinerja Keuangan BRI Triwulan I 2025 oleh Direktur Utama BRI Hery Gunardi, dan dihadiri oleh Direktur Finance & StrategyBRI Viviana Dyah Ayu, Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom, Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya, dan Direktur Network & Retail Funding BRI Aquarius Rudianto.
Membuka paparannya, Direktur Utama BRI Hery Gunardi menyampaikan bahwasepanjang Triwulan I tahun 2025 perekonomian global masih diwarnai oleh ketidakpastian, terutama akibat tensi geopolitik dan dampak lanjutan dari perang tarifyang turut menekan aktivitas perdagangan internasional dan rantai pasok.
Hery mengungkapkan bahwa BRI memperkirakan akan ada dampak jangka pendekakibat kebijakan tarif baru. Namun, saat ini sedang berlangsung negosiasi antaraIndonesia dan Amerika Serikat yang diharapkan menghasilkan kesepakatan yang lebihbaik. “Perlu dicatat bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis BRI, lebih banyakbergantung pada konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata uang yang sudah terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak signifikan”, ujarnya.
Di samping itu, konsumsi domestik masih menjadi kontributor utama dari pertumbuhanekonomi Indonesia tercatat masih tumbuh positif. Namun demikian, konsumsi domestikmasih belum pulih sepenuhnya seperti kondisi sebelum pandemi Covid.
“Hal ini menjadi tantangan bagi sektor UMKM yang sangat bergantung pada daya belimasyarakat. Dalam kondisi tersebut, BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang pro-rakyat dengan tetap fokus menumbuhkembangkan dan memberdayakanUsaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia, sebagai upaya nyata dalammendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional,” jelas Hery.
Di tengah dinamika ekonomi global yang masih penuh dengan tantangan, BRI Group mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp13,80 triliun dan asset mencapai sebesarRp2.098,23 triliun atau tumbuh 5,49% secara year on year (yoy). Pertumbuhantersebut didorong penyaluran kredit yang selektif dan berkualitas, dimana semuasegmen kredit mencatatkan pertumbuhan positif dengan tetap berfokus pada segmenUMKM.
Dari sisi penyaluran Kredit, Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya menjelaskanbahwa BRI telah mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp1.373,66 triliun atautumbuh 4,97% yoy. Penyaluran kredit BRI tersebut masih didominasi oleh segmenUMKM dengan porsi mencapai 81,97% dari total kredit BRI, atau dengan nominal sebesar Rp1.126,02 triliun.
“Penyaluran kredit UMKM BRI yang terus tumbuh positif tersebut juga diiringi oleh berbagai inisiatif untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan. Salah satunyamelalui AgenBRILink yang jumlahnya telah mencapai 1,2 juta agen, menunjukkanpertumbuhan yang signifikan dengan pertumbuhan sebesar 49,48% yoy.
“Agen-agen tersebut tersebar di lebih dari 67 ribu desa atau menjangkau lebih dari88% dari total desa di Indonesia, serta mencatat volume transaksi sebesar Rp423 triliundi sepanjang Triwulan I 2025”, ungkap Akhmad.
Seperti diketahui, AgenBRILink merupakan perluasan layanan BRI, dimana BRI menjalinkerja sama dengan nasabah sebagai agen/mitra yang dapat melayani transaksiperbankan bagi masyarakat secara real-time online dengan konsep sharing fee.
“Berbagai inisiatif BRI tersebut mempertegas komitmen BRI dalam memperkuat fondasiekonomi kerakyatan dan berperan strategis dalam membuka lapangan kerja dan menurunkan tingkat kemiskinan. Hal ini sejalan dengan visi pembangunan nasionalyang tertuang dalam Asta Cita Pemerintah Republik Indonesia”, jelas Akhmad.
Terkait dengan kualitas kredit, Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom memaparkanbahwa pertumbuhan kredit BRI juga diikuti dengan perbaikan kualitas yang diperolehdari penerapan manajemen risiko yang efektif dan prudent dalam penyaluran kredit. Hal tersebut tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) BRI yang membaik dari 3,11% di akhir Triwulan I 2024 menjadi 2,97% di akhir Triwulan I 2025. Rasio Loan at Risk(LAR) juga terus membaik, dari semula 12,68% di akhir Triwulan I 2024 menjadi11,12% di akhir Triwulan I 2025.
Di sisi lain, BRI juga tetap menyiapkan pencadangan yang memadai untukmengantisipasi potensi pemburukan kualitas aset. Hal tersebut tercermin dari Rasio NPL Coverage BRI yang mencapai 200,60%.
“Dengan coverage ratio yang sangat memadai ini, BRI tidak hanya mampu menjagastabilitas neraca secara berkelanjutan, namun juga memberikan keyakinan kepadainvestor, regulator, dan seluruh stakeholders bahwa perseroan memiliki fundamental yang kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi, terutama di tengah kondisi tekananekonomi dan geopolitik global seperti perang tarif”, jelas Mucharom.
Selanjutnya adalah Direktur Network & Retail Funding BRI Aquarius Rudianto yang menjelaskankinerja Dana Pihak Ketiga BRI. “Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mampu menghimpunDPK sebesar Rp1.421,60 triliun. Dana murah (CASA) mendominasi penghimpunan DPK BRI dengan proporsi mencapai 65,77% atau setara dengan Rp934,95 triliun”, ungkap Aquarius.
Pencapaian CASA BRI tersebut tercatat meningkat dibandingkan dengan porsi CASA pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 61,66%. Pencapaian CASA BRI tersebut salah satunya didukung pertumbuhan transaksi digital Super App BRImo yang semakin memperkuat posisi BRI dalam layanan digital banking di Indonesia.
“Hingga akhir Maret 2025, tercatat pengguna super app BRImo telah mencapai 40,28 juta user, atau meningkat 20,26% yoy. Sementara dari sisi jumlah dan nilai transaksi, pada Triwulan I 2025 BRImo melayani 1,2 miliar transaksi finansial, naik 25,5% YoY dengan volume sebesar Rp1.599 triliun atau meningkat 27,79% YoY”, ungkap Aquarius.
Aquarius menambahkan bahwa dalam menghadapi era digitalisasi, BRI juga aktifmembangun infrastruktur pembayaran yang modern dengan memperluas jangkauanlayanan transaksi non-tunai di seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut dibuktikan darikeberhasilan BRI membangun ekosistem pembayaran digital dengan dukungan lebih dari 4,3 juta merchant QRIS dan 344 ribu merchant EDC yang tersebar dari pusat kotahingga pelosok desa.
Dari sisi likuiditas dan permodalan BRI juga berada dikondisi yang kuat, sehingga BRI masihmemiliki ruang untuk tumbuh lebih baik pada periode yang akan datang. Hal tersebut disampaikan Direktur Finance & Strategy BRI Viviana Dyah Ayu.
“Kinerja positif BRI hingga akhir Maret 2025 juga didukung dengan kondisi likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini ditunjukkan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank berada di level 86,03% dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 24,03%. Posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI tersebut jauh di atas ketentuan batas minimal CAR yang dipersyaratkan”, ungkap Viviana.
Pada penutup press conference, Direktur Utama BRI Hery Gunardi menjelaskan bahwasaat ini perseroan dihadapkan pada tantangan global yang tidak mudah. Namun, di balik tantangan tersebut, BRI melihat peluang besar untuk terus bertumbuh, berinovasi, dan memperkuat posisi BRI di industri keuangan nasional dan regional.
“Saat ini BRI memiliki fondasi yang sangat kuat untuk mengoptimalkan peluangtersebut. “BRI memiliki lebih dari 36.600 tenaga pemasar yang terdiri dari tenagapemasar mikro (Mantri), RM Lending, dan RM Funding & Transaction dan BRI juga didukung oleh lebih dari 6 ribu unit kerja, mulai dari Kantor Cabang hingga BRI Unit yang tersebar hingga ke pelosok negeri. Menjadikan BRI sebagai bank dengan jaringandan jangkauan terluas di Indonesia,” ujar Hery.
Selain itu, Hery menambahkan BRI juga memiliki customer base yang besar dimanahingga akhir Maret 2025 terdapat lebih dari 221 juta rekening simpanan serta 211 ribuuser QLola di segmen korporasi. Ini bukan hanya angka, ini adalah ekosistem besaryang menjadi kekuatan strategis BRI ke depan.
Hery menjelaskan transformasi BRI menuju universal banking adalah jawaban atastantangan saat ini. BRI tidak hanya akan menjadi bank terbaik di segmen UMKM, tetapijuga harus mampu melayani seluruh spektrum kebutuhan nasabah dari individu hinggakorporasi besar, di seluruh lapisan masyarakat.
“Dengan pijakan kinerja positif pada tiga bulan pertama tahun 2025 ini, kedepan BRI optimis dapat mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang berkelanjutan denganmengedepankan prinsip-prinsip prudential banking dan risk management yang baik di tengah dinamika kondisi perekonomian global,” pungkas Hery.
Sebagai informasi, Direktur Utama BRI Hery Gunardi, Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom, Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya, dan Direktur Network & Retail Funding BRI Aquarius Rudianto yang diangkat pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tanggal 24 Maret 2025 dan dapat melaksanakan tugas dan fungsidalam jabatannya setelah mendapatkan persetujuan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan OJK. (srv)