WanitaIndonesia.co, Jakarta – Srikandi Pahlawan Bulutangkis Indonesia Susy Susanti bersyukur semasa berjaya menorehkan banyak prestasi, ia sudah paham manajemen finansial keuangan yang dianjurkan oleh orang tua dan ‘gurunya’ Ir Ciputra.
Hal tersebut diungkapkan oleh Susy pada peluncuran produk terbaru Allianz Life Indonesia LegacyPro, guna menginspirasi sebanyak-banyaknya masyarakat Indonesia untuk peduli, serta memahami aspek finansial melalui beragam produk asuransi, salah-satunya LegacyPro.
Saat kita tiada tentu akan dikenang melalui warisan (legacy). Selain harta bergerak maupun yang tak bergerak, warisan bisa prestasi mendunia yang dicapai melalui serangkaian tahapan perjuangan.
Susy Susanti telah mengukir nama indahnya dengan tinta emas pada sejarah bulutangkis Indonesia. Beliau satu-satunya Wanita Indonesia yang memperoleh medali emas pada Olimpiade Barcelona tahun 1992.
Prestasi yang diganjar oleh banyak hadiah tak membuatnya terlena dengan membelanjakan uangnya secara tak bijak. Lebih banyak ditabung, dilekatkan sebagai aset tanah, properti dan tentunya membeli produk asuransi yang menyelaraskan dengan kebutuhan dirinya dan kedua orang tuanya.
Walau telah lama gantung raket, jiwa dan mentalitasnya senantiasa lekat dengan atlet sejati.
Ia bersama suaminya Alan Budikusuma rutin memberikan latihan, sharing, serta upaya berkelanjutan dalam membina, serta melahirkan atlet-atlet bulutangkis muda Indonesia berbakat. Tak tertarik menjadi pegawai negeri, mereka sibuk mengurusi bisnis menyesuaikan dengan passion. Brand Astec
usaha rintisan Susy-Alan memproduksi peralatan olahraga bulutangkis, peralatan olahraga lainnya, serta produk lifestyle penunjang aktivitas berolahraga.
Bersyukur Berkah Perecananaan Finansial Keuangan
Susy dan Alan memiliki 3 orang buah hati Laurencia Averina Wiratama, Albertus Edward Wiratama, Sebastianus Frederick Wiratama
yang sekarang sedang menimba ilmu di Amerika Serikat.
Tentunya kuliah di negara yang terkenal dengan biaya hidup yang mahal, terlebih saat krisis global seperti sekarang menghadirkan banyak tantangan. Namun pasutri flamboyan ini mampu menjalankan hidup mereka dengan tenang, dikarenakan mapan.
Ketika masih muda berprestasi, mereka berdua telah memiliki mindset yang benar seputar perencanaan keuangan yang merupakan esensi penting dalam kehidupan.
Waktu berniat menyekolahkan anaknya, Susy dan Alan telah memperhitungkan secara cermat seluruh komponen biaya yang dibutuhkan. Termasuk kemungkinan terburuk berupa inflasi.
Saat pandemi, di mana banyak mahasiswa yang kuliah di luar negeri terdampak, pasutri pahlawan bulutangkis Indonesia ini mensyukuri berkat yang diberikan Tuhan.
Susy bersyukur dikaruniai anak-anak yang bertanggung jawab. Mereka memiliki pemahaman soal uang, serta bijak saat membelanjakannya di usia yang teramat belia.
“Untuk budget kuliah, saya dan mas Alan sudah menghitung secara cermat komponen biaya yang harus mereka keluarkan. Utamanya uang kuliah, biaya hidup seperti makan, pemondokan, kesehatan, serta entertain. Apalagi saat krisis global yang merundung Amerika sekarang, saya menambah alokasi budget dikarenakan biaya hidup menjadi lebih mahal, “kata Susy.
Walau memiliki aset berlebih, Susy tak mau memanjakan anak-anaknya. Ia mengaku ikhlas, saat buah hatinya bercerita memanfaatkan waktu senggang usai kuliah, dengan mencari uang tambahan sebagai helper, pada berbagai aspek layanan. “Uang yang terkumpul digunakan buah hatinya untuk tambahan ketika ingin membeli sesuatu. Ini momen penting buat mereka untuk menempa jiwanya, hidup itu identik dengan berjuang,
mandiri, serta kreatif, “terang Susy.
Susy bersyukur, saat anak-anaknya jauh dari pengawasan orang tua, ada banyak keluarga, saudara, serta sahabat yang bekerja di konjen Indonesia yang ikut membantu mengawasi, memberikan spirit kepada buah hatinya.
“Sebagai ibu terkadang saya mencemaskan kondisi mereka, terutama pada saat pandemi Covid-19 kemarin. Banyak yang saya pikirkan, “imbuh Susy.
Perencanaan Keuangan uSusy bebaskan Laurencia untukFoto : Istimewa.
berkarir sesuai passionntuk Semua Strata Ekonomi
Saat ditanya seputar instrumen pembiayaan yang harus dilakukan orang tua ketika anaknya tertarik untuk menekuni olahraga bulutangkis, Susy menghela napas panjang.
“Memang benar saat ini olahraga bulutangkis mampu memberikan kesejahteraan yang lebih baik dari masa sebelumnya. Namun, biaya yang harus dikeluarkan orang tua juga cukup besar. Karena pemerintah belum totalSusy bebaskan Laurencia untuk berkarir sesuai passion membantu biaya pembinaan. Orang tua harus menyiapkan biaya pelatihan, peralatan, transportasi, serta aspek pembiayaan lainnya seperti saat mengalami cidera saat berlatih maupun bertanding. Jangan abaikan asupan nutrisi yang harus dikonsumsi anak yang juga butuh perhatian serius, “pesan Susy.
Susy mengatakan upaya panjang berkelanjutan tersebut juga harus diimbangi oleh semangat juang, kerja keras, serta kegigihan. Barulah ketika menjuarai kejuaraan tingkat Provinsi mereka bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah.
Yang perlu diingat bahwa kompetisi di cabang olah raga bulutangkis ini terbilang sangat ketat. Akan selalu hadir lawan-lawan tangguh dalam dan luar negeri yang siap mengisi posisi juara. Karena itu tak cukup hanya memiliki bakat, butuh sikap mental yang baik, tenang dan sabar dalam setiap latihan, terlebih pada saat pertandingan. Setiap atlet yang masuk pelatnas tentunya akan di target juara, mampukah menghadapi tekanan-tekanan tersebut?
“Anak-anak saya memiliki bakat yang cukup bagus. Dahulu pernah berlatih bulutangkis dan dikenal hingga tingkat Jakarta Utara, sayang ia tak memiliki kemauan yang tinggi. Saya pun tak memaksanya, “karena hasilnya tak akan maksimal. Untuk berprestasi butuh kerja keras, displin, serta gigih. Biarlah mereka berprestasi di jalur pendid
Saat berbicara masalah asuransi, Susy berpesan ke masyarakat Indonesia untuk memprioritaskannya. Kehidupan kian dinamis dengan beragam aspek pembiayaan yang semakin tinggi.
Menurut Susy, saat muda merupakan momen paling tepat untuk memulai membeli produk asuransi, menyesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Harga premi jauh lebih terjangkau, lebih leluasa dalam memilih asuransi, serta menghindari gaya hidup boros dan jeratan hutang.
Masyarakat harus membiasakan diri untuk memiliki minimal satu atau dua asuransi yang menyelaraskan dengan kondisi keuangan, serta kebutuhan mereka.
Tapi jangan alih-alih belum punya ini-itu, produk asuransi menjadi diabaikan, serta tak diprioritaskan. Minimal untuk yang belum, ambil yang affordable, dengan opsi pembayaran premi singkat. Dari sini, setelah menerima manfaat, masyarakat tentunya akan tergerak untuk memiliki produk asuransi lainnya dengan waktu pembayaran yang lebih panjang, serta manfaat lebih.
“Pun edukasi berkelanjutan menjadi aspek penting. Pihak penyedia asuransi harus mampu memberikan penjelasan secara terperinci tentang kewajiban dan hak nasabah. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti, jangan memberikan harapan tinggi, agar tidak timbul perselisihan di kemudian hari. Jika akhirnya muncul perselisihan, pihak asuransi harus dapat memberikan solusi dengan baik, serta bijak tanpa meninggalkan kekecewaan pada nasabah. Ingat, masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memahami asuransi, “pungkas Susi. (RP).