WanitaIndonesia.co, Jakarta – Kesadaran akan risiko dinilai masih rendah di tengah masyarakat Indonesia. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO), sebuah organisasi yang aktif mengampanyekan pentingnya berpikir jangka panjang dan mempertimbangkan risiko dalam setiap keputusan.
“Budaya sadar risiko adalah cara berpikir yang memandang jauh ke depan. Bukan ‘nanti bagaimana?’, tetapi ‘bagaimana nanti?’,” ujar Ketua MASINDO, Dimas Syailendra, dalam keterangannya kepada media, Kamis (22/7).
Dimas menyoroti bahwa masyarakat masih sering mengedepankan sisi emosional ketimbang rasionalitas dalam mengambil keputusan. Menurutnya, kesadaran terhadap risiko seharusnya tidak hanya terbatas pada urusan keselamatan di jalan raya, tetapi juga mencakup berbagai aspek penting kehidupan—mulai dari kesehatan, lingkungan, ekonomi, hingga investasi digital.
Ia mencontohkan, konsumsi makanan tidak sehat dalam jangka panjang bisa memicu penyakit kronis, sementara tawaran investasi dengan imbal hasil tinggi dalam waktu singkat bisa menjadi jebakan investasi bodong.
“Kami memiliki cakupan perhatian yang luas karena visi kami adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang sadar risiko demi kehidupan yang lebih baik,” tambah Dimas.
Dua Karakter dalam Menyikapi Risiko
Lebih lanjut, Dimas menjelaskan bahwa kesadaran risiko merupakan fondasi penting dalam menciptakan bangsa yang tangguh menghadapi kompleksitas zaman. Saat ini, ia mengidentifikasi dua jenis pendekatan masyarakat dalam menanggapi risiko.
Pertama, mereka yang sama sekali tidak menyadari adanya risiko dan cenderung bertindak impulsif. Kedua, individu yang menyadari risiko tersebut, namun memilih untuk mengabaikannya dengan alasan merasa aman atau tidak terdampak secara langsung.
“Contohnya, saat seseorang berkendara motor tanpa helm—itu jelas berisiko. Tapi jika memakai helm, kita mengurangi potensi cedera bila terjadi kecelakaan. Sama halnya dengan penggunaan sabuk pengaman di mobil. Itulah prinsip pengurangan risiko atau harm reduction,” terang Dimas.
Harm Reduction: Realistis dan Berdampak
MASINDO juga mendorong strategi harm reduction sebagai pendekatan pragmatis untuk mengurangi dampak dari kebiasaan yang sulit dihentikan secara instan, termasuk merokok. Meski berhenti total adalah pilihan terbaik, Dimas menyadari bahwa tidak semua orang mampu melakukannya.
“Di sinilah kami mendorong penggunaan produk alternatif yang risikonya lebih rendah, seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, atau kantong nikotin. Produk-produk ini tetap mengandung nikotin, tetapi tidak melalui proses pembakaran, sehingga tidak menghasilkan tar dan ribuan zat berbahaya lainnya,” ujarnya.
Melalui kampanye bertajuk #KurangiRisiko, MASINDO berupaya mengarahkan masyarakat pada perubahan perilaku yang lebih sehat dan bertahap. Strategi ini, menurut Dimas, jauh lebih realistis ketimbang menuntut perubahan ekstrem secara mendadak.
“Kalau seseorang belum bisa berhenti, jangan dipaksa. Berikanlah jalur transisi yang memungkinkan. Lebih baik ada kemajuan kecil daripada tidak ada sama sekali,” tegas Dimas.
Perubahan Budaya Butuh Konsistensi
Sejak berdiri pada 2021, MASINDO telah menjalankan berbagai kegiatan edukatif secara daring dan luring, melibatkan pemerintah, sektor swasta, akademisi, media, serta komunitas. Semua ini dilakukan demi mendorong pembentukan kebiasaan berpikir sadar risiko dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami ingin membentuk kebiasaan untuk berpikir sadar risiko sebelum bertindak. Bersama pemerintah, kami juga mendorong agar pendekatan ini dapat diintegrasikan ke dalam regulasi dan perundang-undangan,” jelasnya.
Dimas menegaskan bahwa membangun budaya sadar risiko adalah proses berulang yang membutuhkan waktu dan konsistensi. Ia berharap kesadaran ini bisa menjadi bagian dari pola pikir masyarakat dalam merespons masa depan.
“Sadar risiko bukan tentang menjadi takut, tapi menjadi lebih bijak. Karena yang kita hadapi bukan sekadar kemungkinan, melainkan masa depan,” pungkasnya. (WIB)





