WanitaIndonesia.co – Kisah sukses Daniel Budiman dalam membangun brand fashion lokal The Bloom House merupakan inspirasi nyata bagaimana kerja keras, kreativitas dan keberanian mengambil risiko bisa mengubah tantangan menjadi kesempatan.
Perjuangan Daniel dimulai di awal 2000-an. Kala itu, keluarga Daniel memiliki pabrik jeans dengan 150 karyawan. Namun, persaingan dengan produk jeans impor murah dari China membuat usaha besar itu runtuh.
Awal yang Penuh Perjuangan di Tanah Abang
Memasuki tahun 2013, Daniel yang tengah mengambil kuliah malam mulai kembali menekuni bisnis pakaian. Dimulai dengan menjahit kemeja wanita, hingga akhirnya berjualan di Tanah Abang.
Untuk usahanya ini, Daniel menyewa toko yang paling murah di Tanah Abang, yakni sekitar 10-20 juta setahun.
Hasilnya, jauh dari kata mulus. Tahun pertama, penjualan kacau, barang banyak tidak laku dan hutang menumpuk sampai Rp 1 miliar. Hingga akhirnya, Pasar malam Ramadhan di tahun itu mengubah segalanya.
Di sana, kemeja yang tadinya tidak laku justru laris terjual. Dalam 10 hari menjelang penghujung Ramadhan, penjualan bahkan meledak hingga 10 ribu potong. Dari situlah Daniel bisa melunasi sebagian besar hutang.
Di tengah perjuangan bisnis, Daniel sempat berpikir untuk berhenti kuliah. Namun akhirnya bertekad untuk menyelesaikan kuliah malam yang tinggal setahun lagi.

Beradaptasi di ranah E-commerce
Tahun 2016, Daniel mencoba peruntungan di e-commerce yang saat itu masih baru. Ia bergabung di Shopee dan tak disangka berhasil menjadi Seller of the Month dan bahkan Seller of the Year 2016.
Namun, di tengah pencapaian besarnya ini, banyak perjuangan yang harus ia lakukan, termasuk menemukan identitas brand yang cocok dengan visi dan misinya.
Daniel mengaku, ia beberapa kali melakukan rebranding, dari Blues, Wonder, dan kemudian The Blouse, sebelum akhirnya menjadi The Bloom House.
Momentum besar di Tengah Pandemi Covid-19
Pandemi 2020 menjadi titik balik tak terduga. Saat banyak usaha kolaps, The Blouse justru melesat hingga menjual 500 potong per hari. Semua itu berkat terhentinya pasokan pakaian impor dari China, sehingga banyak produk lokal yang kemudian penjualannya meledak di e-commerce.
Sayangnya, ketika akan mempatenkan namanya, Daniel harus menelan kenyataan bahwa nama The Blouse terlalu general untuk dijadikan merk. Ia kemudian mengubah namanya menjadi The Bloom House yang merupakan perpanjangan nama dari The Blouse.
Memang, diakui Daniel, perubahan nama membawa tantangan baru bagi bisnisnya. Terlebih dengan adanya kenaikan harga, serta penurunan daya beli masyarakat. Namun demikian, bukan lantas Daniel harus menyerah.
Ia sudah paham betul bagaimana memulai segala sesuatunya dari nol, sehingga termotivasi untuk terus mencari celah untuk bertahan dan berkembang. “Makanya sekarang lagi banyakin bazaar, karena lumayan banget. Ads dan konten FYP juga sangat membantu,” terang Daniel.
Sejarah The Bloom House
The Bloom House adalah brand fashion lokal Indonesia yang berfokus pada berbagai koleksi pakaian wanita, mulai dari kemeja, dress hingga atasan bergaya kasual dan semi-formal. “Target kami adalah generasi muda, khususnya fresh graduate dan pekerja kantoran yang mencari fashion stylish dan nyaman. Kami ingin setiap konsumen merasakan kualitas dan keunikan desain lokal,” ujar Daniel.
Selain hadir di Tanah Abang, Jakarta, The Bloom House juga aktif melalui platform e-commerce dengan strategi digital yang matang, Mulai dari iklan online, konten media sosial hingga partisipasi dalam bazar lokal.
Dengan konsistensi, inovasi dan semangat adaptasi, The Bloom House kini menjadi salah satu brand fashion lokal yang tumbuh pesat, berdaya saing, dan semakin dicintai masyarakat. (GIE)





