Site icon Wanita Indonesia

Cerita Unik Thrifting, dari Kolektor Kancing hingga Up-grade Fashion Collectible Items

Thrifting kaki lima di Pontianak Foto : WanitaIndonesia.co

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Thrifting yang dilarang bukan sekedar transaksi jual beli produk fashion bekas luar negeri. Ada upaya fashion berkelanjutan, serta minat kolektor!

Katyusha praktisi gaya hidup memiliki cerita seru yang dibagikan ke WanitaIndonesia.co. Ia menyampaikan tak semua pembeli merupakan pengguna. Saya memiliki beberapa orang teman yang memiliki minat berbeda terhadap pakaian bekas luar negeri ini.

A merupakan Enthusiast di bidang seni. Ia rutin menyambangi lapak thrifting di Pasar Senen – Jakarta hanya untuk mencari busana yang memiliki kancing unik.
Ada items produk fashion luar yang memproduksi khusus kancing menyesuaikan dengan desain busananya.

Koleksi kancing A, Enthusiast seni dari hasil perburuan thrifting Foto : Istimewa.

Selama hunting belasan tahun, A berhasil mengumpulkan beragam material kancing mulai dari plastik premium, logam, mutiara, tulang, hingga gading!

Untuk material kancing dari tulang dan gading ia mendapatkan dari fashion etnic made in Afrika dan India. Kok bisa nyasar ke dalam produk thrifting?
Kancing tulang di dapat dari produk fashion Afrika Selatan. Materialnya tak terlalu menyolok, ukiran motif hewannya tak terlalu jelas, harus diamati teliti.

Material kancing gading didapat dari model busana pria kurta India. Hanya satu dan dijadikan kancing di bagian atas. Ukirannya terbilang rumit, seekor gajah yang didalamnya ada gajah kecil yang diukir dengan tingkat kesulitan tinggi. Ini koleksi berharga yang ia punya, karena sebelumnya dan seterusnya ia belum pernah menemukan kembali kancing dengan model ini.

Kancing-kancing tersebut ia dapatkan dari busana thrifting yang diobral seharga 5 ribu rupiah. Untuk kancing tulang dan gading didapat dari produk premium yang dibelinya seharga ratusan ribu rupiah, yang merupakan produk hasil seleksi pedagangnya.

Ditangan ER desainer Indie lace pada busana thrifting di up-grade menjadi elemen dekorasi.Foto : Istimewa.

Saat tahu penjualan thrifting dilarang A hanya tersenyum, tapi keinginan untuk terus mencari koleksi kancing berdesain unik tetap ada. Mungkin ia akan menyasar garage sale yang dilakukan expatriat maupun kelompok sosialita di Jakarta. Karena sebelumnya ia mendapatkan koleksi kancing kuno berlogo keraton.

Kerabat lain Katyusha adalah “IR”, berprofesi sebagai desainer Indie. Biasa membuat fashion custome untuk beragam kesempatan. IR memiliki rutinitas membeli thrifting bukan
untuk digunakan atau dijual kembali. Ia tertantang untuk menghadirkan fashion berkelanjutan, gegara dampak limbah fashion di Indonesia yang sangat mengkhawatirkan.

Kreativitas Cantik dari Thrifting

Waktu melihat timbunan busana yang dijual murah, dia berpikir kalau yang tidak laku pastinya banyak yang dibuang, mengingat perputaran thrifting sangat cepat.

Gak mungkin disimpan atau malah dibiarkan menumpuk karena tempat berjualan terbatas. Penjual berkata dengan nada bicara santai, ya dibuang, kalau ada yang mau ambil silahkan. Atau saya jual dengan harga diskon habis, seribu rupiah perpotong.

Dari sini IR tertantang untuk mencegah produk yang tak laku jadi limbah fashion yang mengotori alam Indonesia.
Muncul keinginan untuk meng-upgrade busana dengan imajinasi, serta kreativitas yang ia punya.

Awalnya ia membeli puluhan celana jeans yang tak layak pakai, diobral seharga Rp. 5 ribu. Celana yang robek di sana-sini, pudar, serta terkena noda tersebut di up-grade menjadi tas dalam beragam desain diantaranya tas belanja, tas selempang, tas jinjing hingga tas gadget. Kreasi lain dengan memotong celana jeans dalam bentuk, serta ukuran yang sama dalam jumlah banyak. Kemudian seluruh potongan disambung dan dijahit rapi menjadi sajadah, alas duduk mini, serta hiasan dinding yang catchy.

Pun saat melihat tumpukan dasi yang diobral, ia membeli dalam jumlah banyak dengan memilih beragam motif bunga. Ia menggabungkan dasi pria tersebut dengan dijahit menjadi alas duduk personal yang unik.

Pernah juga ia menemukan jaket jeans Korea yang robek di sana-sini, namun tampilan masih baru. Ia beli, kemudian diberi sentuhan renda pada bagian bawah dan ujung lengan jaket. Bagian robek diberi aplikasi karakter kartun terkenal, serta hiasan mote dan panyet. Hasilnya, “wow…, unik dan menarik.

Saat menemukan busana tak layak pakai berhias renda mahal, ia mengambil renda bewarna hitam tersebut yang digunakannya sebagai material penghias botol selai. Peruntukkannya pun multifungsi diantaranya sebagai tempat lilin.

Dengan kreativitas, serta apresiasi masyarakat terhadap karyanya tersebut, ia merasa belum puas. Mengaku kecewa karena tak banyak orang-orang yang membeli thrifting untuk menyelamatkan bumi. Banyak yang menggunakan hanya beberapa kali saja, kemudian dibuang. Tentunya upayanya menjadi tak berarti mengingat berton-ton baju impor bekas masuk ke Indonesia, tanpa ada upaya untuk membuatnya bernilai pakai lama! (RP).

Exit mobile version